01. Intro

3 0 0
                                    

"Aily Gyandra gugus Diponegoro."

Mendengar namaku dipanggil, aku langsung melangkahkan kaki cepat menuju barisan sesuai gugus yang sudah ditentukan tersebut. Aku bernafas lega melihat ada yang ku kenal, teman satu sekolahku dan kami lumayan dekat. Diam-diam kami sedikit berbincang sambil menunggu kakak-kakak osis yang masih menyebutkan nama siswa lainnya.

Hari semakin terik, dan jujur aku sedikit lelah terus berdiri seperti ini. Aku memperhatikan keadaan sekitar, ku lihat yang lain juga merasakan hal yang sama. Seisi lapangan dipenuhi oleh siswa-siswi yang masih memakai seragam berbeda, tak jarang ku lihat para kakak osis yang memakai jas berwarna hijau tua itu lalu lalang kesana kemari. Sepertinya mereka akan sangat sibuk untuk beberapa hari kedepan.

"Perhatiannya sebentar adik-adik. Dibarisan terdepan kalian ada kakak osis dimasing-masing gugus yang akan membimbing kalian selama mos ini berjalan. Jadi, jika kalian membutuhkan sesuatu atau ada yang ingin ditanyakan bisa ke mereka saja ya."

Aku mencoba melihat siapa yang sedang berbicara saat ini, karna aku berada dibarisan belakang agak sulit untukku bisa melihatnya. Aku menepuk pelan pundak seseorang yang berada didepanku, menanyakan siapa orang yang sedang berbicara itu. Ia bilang kakak tersebut merupakan ketua osis di SMA ini. Aku langsung penasaran, kaki ku sedikit menjinjit agar bisa melihat kedepan. Namun nihil, aku tidak bisa melihat sosok ketua osis yang katanya sangat didambakan itu.

Tiap barisan mulai tercerai berai, berpisah mengikuti instruksi oleh masing-masing kakak pembimbing tiap gugus. Kulangkahkan kaki mengikuti orang didepan sambil sesekali melihat beberapa gedung. Ipa ips bahasa, gumamku pelan. Aku baru sadar ternyata sekolah ini besar dan luas, hingga tiap jurusan saja dibuatkan gedung tersendiri. Aku tidak ambil pusing karna wajar saja bagi sekolah favorit dikota ini.

Seketika langkahku terhenti disebuah ruangan yang cukup luas. Lantainya putih bersih dikelilingi tembok berwarna kuning, sama seperti warna bangunan lainnya yang ada disekolah ini. Ada banyak kursi berwarna biru yang sudah tertata rapi mengarah ke proyektor, semua orang pun sempat dibuat kagum dengan dekorasi ruangan yang memberikan kesan elegant namun tidak berlebihan. Diberbagai sudut terlihat pula beberapa kakak osis yang mengatur para siswa baru agar tertib. Kulihat tidak semua gugus berada diruangan ini. Mungkin berada diruangan lain, pikirku.

Jika tadi waktu dihabiskan dengan berdiri dilapangan ditemani matahari yang cukup menyengat, kali ini kami hanya duduk sambil mendengarkan salah satu guru yang memperkenalkan sekolah dan bercerita mengenai prestasi yang sudah dicapai banyak siswanya. Membosankan memang, tapi yang bisa kami lakukan hanya diam dan mendengarkan. Tidak ada kesempatan untuk bersenda gurau bersama teman, karna para kakak osis tidak henti-hentinya memperhatikan kami dengan tatapan tajamnya. Lebih baik diam daripada cari mati bukan.

Setelah tiga jam berlalu akhirnya Pak Gunawan, nama guru tadi yang menjabat sebagai wakil kesiswaan selesai juga mengocehkan berbagai macam hal yang rasanya tidak akan ada habisnya jika salah satu kakak osis tidak mengingatkan bapak itu. Banyak dari kami yang hampir terbawa ke alam mimpi langsung tersadar begitu terdengar salam penutup dari Pak Gunawan dan digantikan dengan kakak osis yang sangat tampan? sudahlah, sebenarnya apa yang sekarang sedang kupikirkan. Aku menepuk-nepuk pelan pipiku agar bisa segera sadar.

Selanjutnya, acara diisi oleh kakak osis yang memperkenalkan diri masing-masing.

"Pradipta Alterio. Kelas XII IPS 1, yang paling ujung tapi paling bagus kelasnya digedung ips. Sebentar lagi bakal pensiun jadi sekarang kalian puas-puasin dulu ngeliat saya. Buat yang mau kenalan lebih dekat langsung aja datang ke kelas saya. Panggil aja kak Dipta, ditambah sayang juga boleh." kakak itu terkekeh diiringi sorakan para kakak osis lainnya yang tidak habis pikir dengan kelakuan ketua mereka.

"Kak mau nanya, berarti anak-anak cowok kalau ada perlu sama kakak manggilnya harus Kak Dipta sayang gitu?." tanya salah satu siswa dengan suara lantangnya yang sukses membuat seisi ruangan tergelak.

"Ga gitu juga konsepnya dek, cuma diperuntukkan dedek gemes yang cantik-cantik ini. kalau kamu merasa salah satu dari mereka ya silahkan." jawab Kak Dipta dengan wajah belagunya itu.

Kembali suasana dibuat heboh dengan jawaban Kak Dipta. Ada yang bersiul bermaksud mengejek, ada pula yang menggoda siswa tadi sampai wajahnya memerah karna malu. Jangan lupakan pula beberapa siswa yang tidak henti-hentinya tertawa sampai terbaring dilantai sambil memegang perutnya. Ya sebenarnya ini masalah humor.

Aku sedikit tidak menyangka bahwa kakak tampan itu ternyata ketua osis yang dimaksud. Tinggi menjulang dan terlihat sedikit atletis, memiliki dada yang bidang, bahkan proporsi wajahnya sempurna. Dilihat dari berbagai sisi pun tidak memiliki kekurangan. Gayanya yang cool namun friendly disaat yang bersamaan, gerak-geriknya yang membuat semua orang tidak bisa memalingkan wajah darinya, dan yang paling penting ketika ia tersenyum dengan dimple yang menemaninya terlihat sangat manis. Benar-benar definisi boyfriendable yang siapa saja pasti ingin memiliki pacar sepertinya.

Sekarang aku mengerti mengapa banyak yang membicarakannya. Dari yang ku dengar dia juga siswa terbaik dan berprestasi disekolah ini, walaupun aku yakin kakak ini pasti buaya. Senang mempermainkan perasaan mangsanya.

Perkenalan terus berlangsung dan tak luput dari candaan dan kelakuan absurd dari beberapa kakak osis yang membuat suasana makin meriah. Gelak tawa selalu terdengar, semua bersuka cita. Membuat siapapun yang menyaksikannya saat ini tak bisa menahan senyuman. Mungkin ini awal dari masa putih abu-abu yang orang bilang masa paling indah, pikirku dengan raut wajah berseri-seri.

"Baiklah sekian kegiatan mos kita pada hari ini, semoga apa yang adik-adik dapatkan hari ini bisa bermanfaat untuk kedepannya dan bisa dipahami dengan baik. Untuk besok jangan sampai ada yang telat lagi, saya ga akan mentolerir apalagi buat mereka yang ga membawa atribut mos. Kalau kalian ga mau dihukum, harap patuhi peraturan. Terima kasih dan silahkan pulang. Hati-hati dijalan."

Apa mungkin cuma perasaanku saja? atau memang kak Dipta mengatakan kalimat terakhir sambil menatapku? Entahlah. Pikiran bodoh macam apa lagi yang ada dikepala dangkalku ini.

Hiraeth - jjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang