1. Gadis Gila

25 15 4
                                    

Hello Readers Zea bawa Cerita Baru nih. Jangan lupa Votmen onghey?

•••

Bagian 1 : Gadis Gila

Angin malam ini terasa begitu menusuk  bagi seorang gadis yang tengah meringkuk memeluk lututnya yang nyatanya hanya mengenakan kaos oversize lengan pendek dan hotpants. Dan hawa dingin itu semakin menyesakkan karna tangis pilu yang sedang diudarakan oleh sosok tersebut.

Kilatan kejadian beberapa saat lalu masih berputar jelas di otaknya. Bagaimana dia memergoki sahabat dan pacarnya-- ralat, mantan pacarnya tengah bermesraan di sebuah kelab malam, dan bagaimana tangan ini bisa melayangkan sebuah tamparan untuk sahabatnya itu karna rasa kecewa teramat mendalam.

"Wahh.... Gue ga nyangka kalian ada main dibelakang gue," tawa sarkas Athifa dengan airmata di pelupuk matanya, hanya sekali kedip saja  airmata itu akan lolos ke pipi mulusnya.

"Ga gitu, Fa," ucap Zyan sambil meraih tangan Athifa tapi dengan cekatan segera di tepisnya.

"Apa?! Mau jelasin gimana lagi? Gue udah liat dengan mata kepala gue sendiri! Hiks kalian tega," lirih Athifa diiringi isak tangisnya.

"Lo!" tunjuk Athifa pada perempuan dihadapannya yang ber-notaben sahabat Athifa. "Lo sahabat gue, bisa-bisanya lo disini mesra-mesraan dengan pacar gue. Munafik! Dasar jalang!"

Plak

Athifa menampar Nata dengan keras membuat sang empunya geram.

"Anjing!" umpat Nata. "Jangan salahin gue kalo Zyan selingkuh dari lo! Lo sendiri yang ga pernah punya waktu untuk dia! yang lo sibukkan cuman belajar, belajar dan belajar! Dimana lo saat dia lagi rapuh? Upss mungkin lo aja ga tau kalo orang tuanya dia sekarang cerai!" cerca Nata.

Athifa rasanya tertampar mendengar cercaan dari Nata, mungkin ini semua juga salahnya karna tidak bisa membagi waktu luang untuk Zyan dan juga masalah perceraian itu Zyan tidak pernah cerita pada Athifa.

Athifa memandang dua sejoli dihadapannya ini dengan remeh. "Kalaupun itu salah gue, tapi itu ga membenarkan kalau lo harus selingkuh Zyan! Seorang penggoda akan cocok dengan penghianat." Sarkas Thifa menusuk hati Zyan dan Nata, kemudian Athifa pergi dari sana.

Zyan ingin mengejar Thifa untuk menjelaskan semuanya tapi di tahan oleh Nata. "Biar aja dia pergi, sekarang lo punya gue."

"Hey!"

Lamunan Thifa seketika buyar saat mendengar suara bariton dihadapannya. Thifa mengangkat kepalanya dan melihat seorang pemuda menggunakan pakaian serba hitam dan jangan lupakan wajahnya yang ditutup masker. Athifa sedikit mundur takut pria ini memiliki niat jahat terhadapnya, bagaimana pun ini sudah malam dan jalanan terlihat agak lengang karna habis hujan.

Pria itu tau jika Thifa ketakutan lantas membuka maskernya. "Gua ga bermaksud jahat. Lo butuh bantuan?" tanyanya melihat penampilan gadis dihadapannya,  sangat berantakan. Jika orang lain melihatnya, mungkin orang beraumsi jika ia habis terkena rampok.

"Hey Nona? Kau tuli ya?" tanyanya lagi melihat masih tak ada respon dari Thifa. Lantas pemuda itu memasangkan hoodienya ke gadis itu, toh Thifa juga tidak menolak.

"Apakah perlu saya mengantar anda pulang?"

Entah apa yang salah dengan pertanyaannya barusan, Thifa langsung menggeleng dan berlari dengan cepat tanpa menghiraukan teriakan dari pemuda itu.

"Dasar gadis bisu tidak tahu terima kasih."

~o0o~

Pagi ini Thifa bangun dengan keadaan yang mengerikan, mata sembab akibat menangis, muka pucat dan badan yang agak panas ditambah lagi ia belum memakan apapun dari siang kemarin. Sungguh pagi ini gadis itu tidak mempunyai gairah untuk pergi kesekolah. Jika ia memaksa untuk tetap pergi ke sekolah, mungkin yang ia dapat hanya tatapan prihatin para siswa sekolah karena melihat penampakannya sekarang ini, ditambah lagi viralnya video kejadian semalam yang entah siapa yang memvideokannya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu kamarnya, tidak lama kemudian terdengar pintunya dibuka, Thifa masih tidak bergeming ditempatnya.

"Sayang, kamu ga sekolah?"

'Sejak kapan mama ada di rumah?' batin Thifa. Pasalnya sudah 4 hari Mamanya menemani sang Papah keluar kota, karna urusan kerja membuat Thifa harus sendiri dirumah. Hal itu juga menjadi alasan Thifa tidak makan dari kemarin karna dia malas memasak.

Nadia--- Mama Thifa, mengecek suhu badan anak perempuannya menggunakan telapak tangannya karna Thifa tidak bergeming ditempat.

"Shhhh, badan kamu panas sekali, Fa. Kita kedokter yah?"

"Enghh, ga usah Ma. Thifa mau istirahat aja," ucapnya dengan mata tertutup, ia tidak mau Nadia khawatir melihat mata sembabnya sekarang ini.

"Yaudah kalau gitu Mama buat bubur dulu, biar kamu bisa minum obat." Kemudia Nadia pergi dari kamar Thifa. Huft...Thifa bernafas lega karna Mamanya tidak curiga bahwa Thifa belum makan apapun dari kemarin, kalau tidak tamatlah riwayatnya jika Nadia akan mengadu kepada Alam, Abangnya Nadia yang sekarang kuliah di Bandung. Jika Alam tau pasti dia tidak akan memberi Thifa uang jajan.

Sekarang Keadaan Athifa sedikit membaik, panasnya turun dan matanya tidak terlalu sembab. Sekarang ia hanya berbaring dikamar ditemani Nadia yang sangat merasa bersalah sudah meninggalkan anaknya.

"Lain kali kalau kamu ga enak badan langsung telfon Mama biar Mama cepat pulang," Nasihat Nadia. Thifa hanya diam tanpa mengomentari perkataan Nadia , dia hanya menikmati Nadia mengelus rambutnya.

"Mah, aku mau pindah ke Bandung yah? Mau sama Abang aja," celutuk Thifa.

Nadia terdiam sejenak, dia merasa bersalah karna sering meninggalkan Thifa sendirian sedangkan Nadia menemani Tara-- Papa Nadia yang sering bekerja di luar kota sebagai Dosen terbang.

"Boleh ya, Ma? Bang Alam pasti seneng kok. Janji deh ga akan nyusahin dia hehe."

Thifa ingin pindah ke Bandung bukan Tanpa alasan, dia ingin memulai lembaran hidup baru tanpa bayang-bayang Nata dan Zyan.

Nadia tersenyum sambil mengusap surai Thifa. "Nanti Mama bicarakan dulu sama Papa ya sayang."

Tbc

See you next time♡♡♡

ALAUNA Series {On Hold}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang