"No relationship, no emotion, just sex"
Tertanda, gue dan Dean. Setelah gua buat persetujuan di atas kertas kerja bekas?? Yeah, soalnya sayang buang buang kertas, selagi ada.
Gua sama Dean udah menandatangani perjanjian kita. Gue cukup syok saat Dean ngajak ngelakuin itu dengan gue maksudnya apa yang menarik dari gue? Dia bilang mata gue bagus, bokong gue sexy, dada gue ? Oh iya dia nggak nyebutin itu emg dada gue kecil sih. Mungkin? Ah, lagian juga belom liat kan dia.
"Di sofa?"
"Di kamar lah, kita bisa matiin lampu, kalo di sofa keterangan, gue nggak mau lo lakuin itu sambil lihatin tubuh jelek gue."
"Kok lo insecure? Lo cantik Lily!" Puji Dean ke gue.
"eitssssssss!!! Itu suatu bentuk dukungan emosional, lo hilangin segera atau nggak kita nggak bakal lanjut." Ucap gue sambil berjalan ke kamar dan sebelum itu dia sebut bokong gue kecil. Fuck you Dean, I don't care.
"Dagu gue geliian, jangan disentuh sentuh!"
"I have my sensitif area on nipple, jadi, be carefull."
Dean balas lagi. "After or in the middle of sex biasanya gue suka bersin, udah jadi kebiasaan sih. "
"Okay, I can accept that."
Gue membuka utuh pakaian gue. Dia ngangguk saat dia lihat dada gue. Kemudian dia buka pakaian bawahnya dan nunjukin seberapa jantan jagoannya ke gue.
"Should be fine."
[MATURE AREA]
GASUKA? SKIP.
Tubuh gue dihantam Dean pake tenaganya. Kita saling bercumbu satu sama lain. Dia paling seneng lehernya diciumin sedangkan bagian yang paling gue suka adalah saat dia menjamah bibir dan dada gue, bikin gue melayang setengah mampus. Padahal kita baru mulai.
"Masing - masing satu putaran" ujar gue. Dia berhenti sebentar. "Kalo gue pengen lebih?" Tandas Dean.
Gue nggak jawab gue langsung kecupin lehernya sama bawah rahangnya. Dia menggelinjang saat bagian leher mengenai dagu gue sentuh. Dia beneran sesensitif itu sama dagu. Tapi dia mau dominasi gue lagi, dia belum puas main main sama gue. Gue ngejerit saat dia gigit salah satu nipple gue, dan gue jambak rambutnya, dia ikut teriak ke gue.
"Bukan buah ceri, nggak bisa lo habisin bego!"
"But the taste is sweetier." Ujar Dean. Dia nggak perduli lagi gue teriak teriak kaya apa. Dia hanya fokus ngabisin tubuh gue.
Dia main dengan tempo pelan sebagai permulaan. Fix punya dia cocok banget di gue. Standard dan nggak kekecilan. Lincah juga si Dean, gue kira bakal pasif. Sampe dia bikin gue kepengen lagi ke ronde yang berikutnya. Gue lumat bibirnya saat dia masih fokus buat naikin tempo dan tangannya jahil ke dada gue, padahal yang dia gigit belum enakan, masih sakit.
"Shit! Enak banget Dean!!!!!"
Dia mainin telinga sama leher gue bergantian, gue gelinjangan saat dia nyentuh dua bagian itu. Punya rasa tersendiri saat gue ngelakuin itu bareng Dean, rasa yang belum pernah gue rasain sebelumnya.
Dengan pintarnya, dia angkat satu kaki gue dan dia tembus miliknya sampe dalem. Sakit, tapi ada nikmat-nikmatnya gitu lah.
Saat dia sentuh G-spot gue, dia malah pelanin tempo, kan goblok. Gue udah di ujung tanduk mau keluar.
"DEAN STUPID!!! JUST KEEP GOING!!!!!!"
Teriak gue. Dia ketawa saat gue mau buru buru keluar sedangkan dari dia belum ada tanda tanda. Gue akuin dia tahan lama sih.