[7] Ekasuara

1.4K 255 49
                                        

agak panjang,
semoga kalian tidak bosan^^

Hari Jumat, hari terakhir ekasuara berlatih karena esok adalah hari di mana ekasuara menampilkan hasil latihan mereka selama 2 bulan penuh. Tak mudah sama sekali, apalagi banyak sekali adik kelas yang masih belum mengerti banyak mengenai paduan suara.

Rasi Hazen Chandrawinata sebagai ketua ekasuara yang membantu Mr. Graha sang pelatih, juga sama lelahnya. Malah dua kali lipat dari para anggota ekasuara yang lain.

Ekasuara selalu mengharumkan nama sekolah semenjak ekskul tersebut awal terbentuk, dengan Mr. Graha sebagai pencetus juga pelatih. Dikarenakan fakta tersebut, selama 2 bulan ini Rasi terus memotivasi para anggota nya agar dapat mencetak prestasi lain.

"Vokal kalian udah jauh meningkat dibanding 2 bulan lalu. Harmoni kalian juga udah bagus banget. Mister berterima kasih banyak sama kalian yang udah kerja keras, apalagi Rasi." Mr. Graha berucap pada anggota ekasuara yang kini tengah berdiri di bawah terik matahari, ya mereka latihan di lapangan terbuka demi mengetes apakah suara yang paduan suara ini hasilkan cukup keras.

Karena sudah pukul 6 sore pas, si pelatih ekasuara membubarkan latihan terakhir ini. Otomatis seluruh anggota yang merasa lelah itu membubarkan diri, terkecuali Rasi yang memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan dahulu. Lelaki itu entah mengapa merasa sangat lelah, padahal hanya bernyanyi dan melakukan beberapa gerakan untuk melengkapi penampilan.

Si Chandrawinata itu mengusap wajah dengan kasar. Dalam hati khawatir kalau esok ekasuara tak dapat membanggakan SMA Ekawarna.

Dalam kekhawatirannya, tiba-tiba lelaki gemini itu merasakan ada yang duduk di sebelahnya. Rasi sedikit menoleh untuk mengetahui siapa sosok tersebut, setelah mendapati siapa, lelaki tersebut kemudian menghela nafas berat.

"Jangan mikirin Naira yang ga nyanyi, Salsa yang ga ikut gerak, atau Aldi yang ga dengerin lo." ucap sosok yang duduk di sisinya. "Lo udah hebat, Ras, gue tau."

Rasi tersenyum kecil, terkesan terpaksa. "Thanks, Jar." balas Rasi pada seseorang di sebelahnya, Fajar. "Lo ga pulang?" tanya Rasi.

Fajar yang sedang melempar bola basket yang tadi menggelinding dekat kakinya itu hanya memberi senyum. Tak begitu menjawab pertanyaan dari Rasi, kendatipun begitu Rasi tetap mengerti maksud dari Fajar.

Sementara itu, di balik tembok ada seorang lelaki yang menggenggam sebotol minuman isotonik, memperhatikan Rasi dan Fajar yang sedang berbincang.

Tak sadar hati lelaki itu seperti teremas sakit. Ia menatap minuman yang dibawanya, minuman yang dijanjikan olehnya untuk diberikan pada Rasi setiap kali lelaki tersebut latihan ekasuara.

Payah sekali dirinya, hanya memberikan minuman. Lihat Fajar, lelaki itu membiarkan kehangatan yang membuat Rasi merasa lebih baik.

Begitulah pikirnya.

"Janu!" panggil seseorang.

Lelaki bernama lengkap Janu Bintang Radiktha itu segera menoleh, kemudian netranya langsung bersirobok dengan netra tajam Langit, sang sahabat.

"Kenapa?" tanya Janu pada Langit yang nampak ngos-ngosan. "Lari ya, lo? Sepengen itu ketemu sama gue sampai lari-lari?"

Langit menjitak pelan kepala Janu, membuat sang korban mendengus kasar.

"Gini, cingㅡ"

"Cing apaan?" Sebelum Langit menyelesaikan kalimatnya, Janu memotong hanya untuk bertanya mengenai panggilan yang diberikan Langit.

Red Daisy | HyuckNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang