[12] Perubahan

922 157 12
                                    

Rasi mungkin bukan anak yang begitu berbakti. Tapi jika Mami-nya menangis dan meminta Rasi untuk bersama dirinya, tentu akan dengan ikhlas dia turuti.

Omong-omong tentang Mami, setelah berhari-hari Rasi merana karena sang Mami yang belum saja sadar, akhirnya kemarin malamㅡhari SelasaㅡMami terbangun. Wanita itu awalnya hanya diam, mungkin shock. Tetapi saat keesokan harinya, Mami tiba-tiba menangis dan berkata ingin bersama Rasi saja.

Rasi cukup bingung dan khawatir, tentu saja. Anak itu baru saja bangun tidur, belum sempat mengambil segelas air mineral, dia sudah mendengar suara Mami menangis.

"Iya, Mami, cup cup. Ini Mas 'kan di sini, Mi." Rasi sedikit kesulitan, menenangkan Mami tapi juga memikirkan ujian sejarah wajib yang diadakan hari ini.

Pemuda itu menatap wanita tersayangnya yang terlihat amat kacau. Matanya sembab dan merah, rambut hitamnya mencuat kemana-mana, dan parahnya infusannya berdarah. Rasi tak tega.

"Ini Mas bolos aja? Mami maunya aku gimana?" tanya Rasi serius, setelah lama menatap Mami yang menangis sesenggukan.

"Adek?" Bukannya menjawab, Mami malah bertanya mengenai putri kecilnya.

"Masih dirawat, Mi. Adek prematur."

Mami kembali menangis di ceruk leher Rasi. Hal itu membuat Rasi panik lagi, baru saja tangisan sang ibu jauh lebih tenang, kini malah kembali keras.

"Adek gak apa-apa, Mi. Percaya deh sama Mas. Kan adek kuat, dulu setiap Mas ajak main selalu Mas bisikin biar kuat."

Dengan kesibukan Rasi yang harus merawat Mami yang sering rewel seperti anak kecil, intensitas pertemuan Rasi dengan pujaan hatinya semakin sedikit.

Beberapa kali Rasi dengan berat hati menolak ajakan Janu yang mengajaknya kembali menonton teater. Jangankan Janu, ajakan bermain dari teman dekatnya saja Rasi tolak. Hal itu pula yang menyebabkan hubungan Rasi yang sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Janu, malah semakin merenggang.

Hari ini, Galaksi alias abang tersayang Rasi sedang sukarela untuk merawat Mami, katanya kebetulan bos di kantor mengizinkan untuk masuk setengah hari. Tentu Rasi ingin menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Baru saja Rasi berjalan menuju kantin untuk membelikan Janu minuman sekaligus mengajaknya jalan-jalan, tiba-tiba ia melihat Janu yang tengah melangkah berdampingan dengan Langit di sisi lapangan, jaraknya cukup dekat hingga Rasi dapat mendengar perdebatan mereka yang memang bervolume keras.

"Gue udah bawa helm dua!"
"Ya, terus? Siapa yang suruh bawa helm dua? Kan gue mau pulang sama Mas!"
"Pacaran aja terus! Itu gimana helmnya?!"
"Tinggal bawa pulang, Langit!"

Rasi tertegun mendengar perdebatan itu. Ada satu kalimat oleh Langit yang membuat Rasi penasaran; "Pacaran aja terus!" ㅡselama ini Janu memiliki kekasih? Apakah lelaki yang dipeluk oleh Janu saat itu adalah kekasihnya?

Entah mengapa Rasi marah memikirkannya. Ia rasa Janu cukup pintar untuk mengetahui maksud dan tujuan Rasi yang tiba-tiba mendekatinya, lalu lelaki manis itu dengan santainya mengizinkan padahal ia memiliki kekasih? Untuk apa? Membuat Rasi mengantongi harapan yang nyatanya palsu?

"Rasi, kenapa sih?" Ada yang menepuk pundaknya, kala lelaki itu berbalik ia dapat langsung melihat sahabat yang paling lama mendampinginya berdiri tepat di depannya.

"Fajar? Kirain lo udah pulang..." Rasi pura-pura terkejut.

Fajar tak menjawab, malah meraih tangan Rasi yang terkepal. Si yang berperawakan kecil itu menepuk-nepuk punggung tangan sang sahabat hingga kepalan tangannya mulai melega.

"Kuat banget kepalannya, lo bisa langsung bikin pingsan orang kalau gini." Suaranya lembut sekali, cukup untuk membuat Rasi mengurangi kadar marahnya.

Bisa jadi refleks atau khilaf, Rasi malah mengaitkan jemarinya dengan jemari Fajar. Hal itu tentu membuat yang digenggam tangannya terkejut. Kepala Fajar otomatis mencari kehadiran seseorangㅡyang ternyata tengah menatap dirinya dari ujung sana dengan pandangan tajam.

"Nonton NKCTHI, yuk?"

Fajar menelan ludah. Ia duga semuanya akan kacau. Entah dari genggaman tangan Rasi ataupun ajakan menonton dari Rasi, karena kedua hal itu tak luput dari pandangan Langit.

Dan bodohnya Fajar mengangguk yang berarti mengiyakan ajakan Rasi, padahal kepalanya memikirkan skenario Langit yang marah.

Dan bodohnya Fajar mengangguk yang berarti mengiyakan ajakan Rasi, padahal kepalanya memikirkan skenario Langit yang marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"tala nih balik-balik kok update nya pendek banget?!"

hehe, maaf ya ♡♡♡

tala ada short story hyuckno lagi nih, mending debut kapan?

Red Daisy | HyuckNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang