2. Sistem Pertahanan

145 26 2
                                    

Langsung aja lah ya wkwkwk
Happy Reading
.
.
.
.
.
Tok tok tok...

Liana terbangun dan mengerjap, saat seseorang mengetuk meja yang Ia gunakan sebagai sanggahan tubuhnya.

"Bangun Na, pulang" itu suara Naya.

Liana pun menegakkan tubuhnya, memperhatikan para siswa-siswi yang tengah bersiap untuk pulang. Seperti yang kalian duga, setelah sesi drama mendadak terjadi tadi siang, Liana memutuskan untuk melampiaskan kekesalannya dengan tertidur.

"Lo pulang naik apa?" Tanya Naya seraya mengenakan tasnya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Naya, Liana meraih kunci motor dari dalam loker lalu mengenakan tasnya. Ia beranjak tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Liana!" Bahkan teriakan Shiro pun tak di gubris oleh Liana.

Membuat Shiro, Shino dan Bara menggeleng. Mencoba memahami- atau lebih tepatnya memaklumi kepribadian Liana yang bagitu apatis.

Langkah Liana terhenti di pertengahan koridor, saat menuju parkiran. Ponselnya berdering, menandakan ada panggilan masuk.

Liana merogoh saku almamaternya dan meraih benda pipih tersebut.

Panggilan Masuk dari Mama.

Mengetahui hal tersebut, Liana langsung menekan tombol merah pada layar ponselnya. Seraya melanjutkan langkahnya, ibu jarinya menekan sebuah notifikasi pesan dari Liora.

Mama
Mama Papa hari ini pulang kok
Kamu baik-baik di rumah ya^^
09.21

Panggilan tak terjawab dari Mama

Kamu udah pulang sekolah belum?

Papa mau jemput katanya..
15.02

Liana merotasikan bola matanya. Menarik napas lelah. Lalu mulai mengetikkan balasan.

Aku bawa motor
15.04

*kling*

Mama
Ok, hati-hati ya^^
Sampai ketemu di rumah sayang~
15.04
Read

Liana mempercepat langkahnya menuju parkiran. Sialnya, ternyata ada seseorang yang tengah menunggu kedatangannya di sana. Liana dengan acuh mencoba memasuki area parkir dengan santai.

BRAK!

Hanya butuh satu kali dorongan. Liana berhasil terjerembab ke belakang. Tubuhnya masih terlalu lemas, akibat baru bangun tidur.

"Coba Lo contohin sekali lagi. Tadi kayak gitu bukan dorongnya? Atau kurang kenceng?"

Sial! Liana tak bisa berkutik, karena Tara menginjak perutnya cukup kencang.

Mereka mulai menjadi pusat perhatian. Ada yang teriak karena kaget, ada yang berbisik memberi isyarat untuk melerai, ada juga yang hanya bisa menonton dan tidak mau ikut campur.

"Eh pisahin eh! Tolongin, tolongin!" Ucap salah satu siswi perempuan. Membuat beberapa orang mulai percaya diri untuk maju memisahkan mereka berdua.

"Berani ada yang maju, ni batu melayang! Sumpah Gue gak boong!" teriak Della seraya mengangkat sebuah batu bata dan berancang-ancang melemparnya ke arah kepala Liana.

INDIGO ? 3 [UNCONSTIOUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang