Hai!^^
Iya, tau ini telat banget. Pengen tau aja, ada yang nungguin gak sih? Taunya enggak T^TTapi gak papa, yang penting kalian tetep mau baca, vote dan comment setiap Aku update yaaa..
JANGAN LUPA🥳🥳🥳
.
.
.
.
.
Bara memperdalam sayatan pisau kecil pada tangannya. Hingga menciptakan luka goresan cukup parah di lengan kirinya. Darah mulai mencuat secara perlahan. Anehnya alih-alih merasa kesakitan, Bara justru tidak menunjukkan ekspresi apapun."BAR!"
Shiro yang berada di sebelah kanan Bara, refleks melempar bolpen di tangannya lalu merebut pisau lipat tersebut dari tangan Bara.
Ekspresi Bara tidak berubah sedikitpun. Masih memancarkan raut datar. Ia mengalihkan pandangannya ke arah depan, menatap kosong, lalu menghela napas pelan. Mengabaikan Shiro yang menjadi pusat perhatian penghuni kelas karena terus mengoceh. Bara justru mendadak tuli.
"Kain kasanya udah abis. Dari tadi udah tiga kali ganti. Adek gak bawa cadangan lagi" ucap Shino seraya memeriksa tasnya.
"Bener-bener Lu, ya! Demen banget bikin Gue repot!" Tunjuk Shiro pada Bara.
"Ikut Gue sini!" Lanjutnya seraya menarik tangan Bara yang terus meneteskan darah.
Bara hanya menurut tanpa banyak bicara. Membiarkan Shiro terus menuntunnya sampai setibanya mereka di depan ruang kesehatan.
Brak!
"Minta kasa sama plester" ucap Shiro seraya berjalan ke arah wastafel yang tersedia di dalam ruang kesehatan. Lalu dengan telaten Ia mencuci tangan Bara.
"Lo kayaknya langganan banget ya, ngabisin perban UKS" kekeh salah satu anak PMR yang bertugas.
Bara hanya terkekeh sebagai jawaban. Telinganya mulai berdengung mendengar ocehan Shiro yang tiada henti.
Sebenarnya Shiro sudah menduga, hari ini Bara akan lebih sering melakukan self harm dari biasanya. Melihat tingkah Bara yang lebih pendiam sejak pagi tadi. Menandakan Ia sedang stress, entah apa penyebabnya.
"Eh, ada apaan dah?"
Seorang anak PMR lainnya memasuki ruang kesehatan dengan rasa panik.
"Apaan Lu?! Dateng-dateng nanya 'Ada apaan?' Lu nanya ke siapa? Gak ada angin, gak ada ujan" tak dapat dipungkiri, orang lain pun terkena semburan caci maki dari Shiro.
"La ko ngamok?!" Sahut anak PMR.
"Diluar ada polisi banyak bat!" Lanjutnya.
"Hah?"
.
.
Skip
.
.
Cklek.."Selamat pagi semuanya, mohon minta waktunya sebentar ya"
Tiga orang Polisi memasuki ruang kelas 12 IPA 1. Davis dan Naya secara refleks menatap satu sama lain. Sedangkan Liana yang masih tidak paham akan situasi, hanya diam. Menerka-nerka, apa yang akan terjadi setelahnya.
Liana lalu mengalihkan perhatiannya pada Putri, gadis berkaca mata tersebut masih dengan tenang menyimak pembicaraan Bapak Polisi yang berdiri di depan kelas.
"Ya, semuanya silahkan berdiri. Tinggalkan semua barang di atas meja. Termasuk smartphone kalian" ucap Bapak Polisi memberi perintah.
"Untuk seluruhnya, Tegaaakkk! Gerak!"
"Berisap tinggalkan tempat. Bubaaar, Jalan!"
Semua mulai berhamburan ke luar kelas, bersamaan dengan rasa cemas sekaligus penasaran.
Karena, bahkan dari pihak sekolah pun tidak memberikan informasi apapun perkara kegiatan pemeriksaan, di hari sebelumnya. Ini terlalu mendadak.
Kecemasan Putri mulai terlihat oleh Liana. Kala Putri terus-menerus melihat ke arah belakang, memperhatikan tasnya. Namun, Liana dengan cepat mengalihkannya, dengan menarik tangan Putri untuk berjalan lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO ? 3 [UNCONSTIOUS]
Mystery / ThrillerKelahirnya kembali generasi Baru. Menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks dari sebelumnya. Apakah mereka akan bisa menyelesaikannya dengan baik? UPDATE SETIAP SENIN!