Penghujung hari minggu kembali membangunkan Iwang dari lelapnya tidur seharian di akhir pekan. Sengaja akhir pekannya ia habiskan untuk berhibernasi tanpa aktivitas dan rutinitas. Iwang sudah merasa muak dengan waktu-waktu yang menuntut produktivitasnya. Tak hanya itu, ia turut membenci hari-hari yang nampak begitu penat saat dijalani. Demi melanjutkan keberlangsungan hidup, dengan berat hati ia melakukan segala yang memuakkan itu. "Sial kenapa senin cepet amat ya!? hari udah sore aja, tidur selama 12 jam? ah bentar amat!" ketusnya setelah melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 6 sore. Dengan posisi masih setengah gontai ia berjalan keluar kamarnya.
Ditengah senja yang perlahan tenggelam, Siti sang istri yang ia nikahi 2 tahun lalu terlihat sedang duduk di serambi rumahnya sambil melamun lesu, dan Iwang berjalan menghampiri lalu terpaku tepat di belakang istrinya. Tampaknya Siti juga merasa muak dengan hari-hari yang menurutnya penuh dengan intrik. Belum lagi hidup yang dibumbui dengan kegelisahan, kekhawatiran dan pahit getirnya, sampai-sampai terlintas dalam benaknya, jika dikabulkan oleh Sang Pencipta, ia ingin menjelma makhluk dengan wujud lain.
"Tuhan, nampaknya hadir di alam semesta sebagai seekor ikan cupang lebih menjanjikan kebahagiaan daripada harus terlahir sebagai manusia." ucapnya melantur. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba ikan cupang yang menjadi permohonannya. Mungkin karena ia teringat ikan cupang dengan nama mas prait yang sering diwawancarai Mas Agus Magelangan dalam channel Youtubenya.
"Tak usah repot-repot menafkahi diri, tak perlu ada tanggungan dosa, tak perlu terbebani moral budi. Tak perlu ada keharusan menyuguhkan kopi pada suami tiap sore sambil kebingungan harus mencari teman hidangan kopi yang murah jika singkong tak ada" lanjutnya.
Tak lama Iwang mendekatinya dan mengusap bahunya, sambil menatap pilu pada langit, "cukup dengan berenang-renang, makan jika diberi, jika tak makan cukup mati dan kembali pada pangkuan ilahi, sederhana kan? utamanya kehidupan sebagai ikan cupang tak perlu berandai-andai, berkeinginan, berharap apapun, bahkan untuk sekedar memperoleh welas asih kepada siapapun, selain kepada Yang menjadikannya ada, begitukah kira-kira siti?" sambarnya.Siti menatap Iwang dengan tatapan sembilunya. Namun ia setidaknya bahagia karena suaminya memahaminya barang sedikit.
![](https://img.wattpad.com/cover/258650267-288-k683375.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Insan dalam Ketiak Dunia
Short StoryIndividualisme menjadi identitas yang lekat mendominasi masyarakat urban. Belenggu apatis dibalut senyum sebagai pemanis yang juga menyertai khawatir tertandingi rekan sendiri. Menurut sebagian orang hidup itu kolaborasi, namun nyatanya tanpa mereka...