Bab 20 END [Pada sebuah kembali]

770 86 30
                                    

Arunika

Kembali lagi pada harap yang disemogakan, ada sebuah penerimaan yang sepenuhnya aku yakini kembali. Bahwa dengannyalah ceritaku terus menuliskan kisah baru.

 Bahwa dengannyalah ceritaku terus menuliskan kisah baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ndak mau peluk aku?"

Tubuhku geming, netraku hampir tak percaya dengan pengelihatannya, pantulan manusia yang aku rindukan, kini berdiri tepat di hadapanku. Dengan lengkungan kurva yang aku hafal betul. Pasalnya tadi pagi, saat aku sedang iseng mengecek email, dan jendela notifikasi itu menampilkan sebuah pesan dan itu membuatku gusar.

"Ndak kangen sama aku?"

Semesta, skenario apalagi yang sedang kau siapkan untukku?

"Gimana bisa kamu di sini?" tanyaku sedikit tergagap.

"Aku naik pesawat dari Jakarta ke Amsterdam, terus dari Amsterdam aku naik kereta sampai ke Brussels Central, dan naik bus untuk sampai ke sini," jelasnya. Kurva itu enggan lekang dari rupanya.

"Bukan itu maksudku, Bimasena," kataku diiringi dengusan sebal. Sena adalah Sena, manusia Jogja menyebalkan yang sialnya selalu bersarang dalam isi kepalaku minta untuk diingat dan meminta nuraniku untuk merasakan rindu.

Lihat, ia terkekeh. Menyebalkan bukan? Bukannya menjawab malah terkekeh.

"Aku jawab sambil jalan yuk. Udah jauh-jauh ke sini loh aku, masa mau terus-terusan di introgasi," selorohnya.

"Tapi, Sen--"

"Jadi mau atau ndak?" selanya cepat.

"Ck! Ya sudah, tunggu. Aku ganti baju dulu," kataku akhirnya menyerah.

"Kamu ndak nyuruh aku nunggu di dalam, Nin?" Ia bertanya.

"Ndak. Sebentar doang kok. Lagian di dalam ndak ada siapa-siapa," balasku.

Setelahnya, aku berlalu meninggalkan Sena yang menunggi di depan pintu. Banyak pertanyaan yang ingin aku layangkan pada Sena. Sudah jendela notifikasi itu membuatku gusar sekarang tanpa kabar manusia itu sudah ada di sini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
N I S K A L A || Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang