۞VII۞ Asahi

347 47 8
                                    

۞ Jᴜsᴛ Dɪғғᴇʀᴇɴᴛ ۞

۞

۞

۞




Mobil sport berwarna kuning terparkir sangat mencolok dihalaman parkir rumah sakit jiwa di tengah kota. Sang pengemudi turun dengan santai memakai kacamata hitam untuk melindungi matanya dari sinar matahari siang yang cukup menyengat.

Dia berjalan masuk dengan santai, sebagian petugas rumah sakit tau dia siapa. "Tuan Asahi." panggil salah satu suster penjaga yang baru saja kebetulan lewat sana.

Yang dipanggil menoleh lalu tersenyum singkat tanpa membuka kacamata hitamnya.

"Dokter Yoshi masih ada pasien." imbuh suster tadi yang mendekati Asahi seolah dirinya memang akrab dengan anak dari pemilik rumah sakit jiwa sekaligus pasien rumah sakit jiwa dan seorang tunangan dari salah satu dokter disana.

"Aku tau. Aku kesini bukan untuk menemuinya."

"Lalu?"

"Dokter Song apa masih ada pasien? Aku harus kembali terapi bersamanya."

Suster yang berjalan disampingnya menyerngit heran. "Luh kenapa bukan dengan Dokter Yoshi?" tanyanya bingung.

Asahi menoleh sepenuhnya pada suster disampingnya, menurunkan kacamata hitamnya dan merubah raut wajahnya yang semula dingin menjadi sedih dan merajuk. "Aku malu harus berhadapan dengan Yoshi terus." rengeknya yang malah membuat suster penjaga gemas. "Aku tidak mau saat aku lemah dan Yoshi melihatnya." imbuhnya lagi.

Demi Tuhan suster penjaga sudah ingin sekali merangkul, memeluk, mencubit Asahi. Karena dia sangat menggemaskan. Walaupun kadang kala pria itu akan menjadi sangat dingin.

"Tuan Asahi." sang suster ikut mendramatisir keadaan. "Semangat aku akan melihat apa Dokter Song sibuk atau tidak." dengan semangat suster itu sudah berjalan dengan cepat meninggalkan Asahi untuk memeriksa apa jadwal dokter yang Asahi inginkan sedang kosong atau tidak.

Asahi tersenyum dia lebih semangat dari biasanya kali ini. Ya tentu saja tujuannya hanya untuk kembali sembuh. Agar bisa dengan cepat menikah dengan Yoshi.

Dia menunggu didepan meja resepsionis disana. Memilih berdiri daripada duduk di bangku. Sekedar untuk melihat sekelilingnya dan banyaknya catatan di meja resepsionis didepannya.







"Kau mencuri?" bisik seseorang tepat disamping telinga kirinya. Membuat dia sontak kaget dan menoleh dengan mata yang sepenuhnya melotot.

"Tidak!" tegas Asahi yang melihat seorang pria dengan senyum bodoh memandangnya.

"Kau menggambil ponsel milik suster dimeja itu kan?" tuduh pria tadi. "Di tanganmu itu."

Asahi melihat ditangannya memang ada ponsel yang entah milik siapa dia ambil. Dia hanya tertarik dengan gantungan kecil yang menggantung indah di ponsel itu.



"Tuan Asahi, dokter Song nya-" mata suster melihat tangan Asahi yang memegang ponselnya. "Ah itu ponselku." kata suster seolah dia paham bahkan dia tersenyum dan tidak meminta ponselnya kembali.

"Gantungannya bagus." kata Asahi yang sudah mengulurkan kembali ponsel itu pada pemiliknya.

"Kau mau ini Tuan?" tanya suster lagi dan hal aneh itu membuat pria yang sedari tadi berdiri diantara mereka terlihat bingung.

"Boleh?" tanya Asahi kembali dan dengan mata yang berbinar dan senyum yang sangat lebar. Persis seperti anak kecil mendapatkan mainannya.

"Tentu saja." gantungan ponsel sudah dilepas dan diberikan pada Asahi.

Just Different | TREASURE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang