6

126 62 19
                                    

🌸🌸🌸

Ayo istigfar dulu!

Astagfirullah...
Astagfirullah...
Astagfirullah...

🌸🌸🌸

"Membunuh mereka adalah tujuan hidupku, jadi mereka mau lari kemana lagi selain ke neraka?"
.
.
.
Afanin Zanitha

___

Pak Jefri meninggalkan pesta lebih awal. Ia berjalan keluar gedung dan mendekati mobil sportnya seraya menyentuh layar pada kunci mobil untuk menyalakan mobilnya.

“Jef!”

Jefri sedikit terkejut mendengar suara Violinist itu, ia menoleh ke belakang dan menemukan Zani yang berdiri tak jauh dari mobilnya. Ia kembali menutup pintu mobil yang sebelumnya sudah ia buka.

“Ada apa?”

“Dimana kau akan menungguku Jefri?” Ucap Zani. Ia tak rela bila harus melepaskan mangsanya begitu saja, baginya membunuh musuh adalah yang paling utama.

Mendengar pertanyaan yang Zani lontarkan, Jefri tertawa. “This is what makes me even crazier on you honey. From the start I made sure that you will be crazy about me.” Ucap Jefri dengan percaya diri yang sangat tinggi.

Zani tersenyum menggoda kemudian maju mendekatkan diri lebih dekat dengan Jefri dengan tangan yang bergerak membentuk pola abstrak di dada bidang Jefri yang masih tertutup dengan kemeja putih. “Apa kau mau mempermainkanku?” Tanya Zani dengan nada yang terdengar menggoda.

“Apa aku terlihat mempermainkanmu? Kalo perlu akan ku bawa kau sekarang.”

“Nanti aku akan menyusulmu, aku masih ada keperluan. Kau pulanglah, persiapkan segala keperluan malam panjang kita nanti.” Ucap Zani seraya mendorong badan Jefri untuk masuk kembali ke dalam mobil.

Zani memandang penuh arti mobil Jefri yang perlahan meninggalkan tempat pesta dilakukan. Tak lama setelah itu ia berjalan menuju halaman belakang guna mengambil biolanya yang di titipkannya kepada salah satu pelayan di pesta itu. Setelah biola itu berada di tangannya Zani kemudian menusuk pelayan itu hingga tewas. Zani melakukan itu karena ia tak ingin ada saksi mata dan merepotkannya di kemudian hari.

Di sisi lain, Jefri mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Matanya sudah menggelap oleh nafsu birahinya. Ia membelah jalanan yang sepi dan sunyi. Ia sudah membayangkan tubuh indah Zani yang tak lama lagi akan menghabiskan malam bersamanya, ia tersenyum kemudian menggeleng mencoba untuk kembali fokus ke depan.

“Why you make me crazy, Zani?” Gumamnya dengan menyenderkan kepala ke belakang.

Bayangan ia mencium Violinist itu merasuki pikirannya. Jefri merasa terbakar, ia tak sabar memiliki Zani untuk malam ini. Jefri memegang bibirnya sendiri dan mendesah pelan. Pria itu mengacak rambutnya frustasi dan kembali memegang stir kuat-kuat.

“Aku sudah benar-benar gila, kau harus mempertanggung jawab kan perbuatan baby.” Ucapnya dengan mempercepat laju mobil.

Jefri benar-benar mempersiapkan segalanya untuk malam ini. Ia sudah memerintahkan pelayannya untuk membersihkan kamar tidurnya dan menaruh lilin aroma terapi di setiap sudut ruangan di rumahnya. Ia juga memerintahkan semua pelayan itu untuk meninggalkan rumahnya, ia tak ingin malam ini di ganggu oleh siapa pun.

Afanin ZanithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang