***
"Penampilan tidak bisa dijadikan sebagai patokan untuk menilai kepribadian seseorang, kepribadian seseorang itu hanya bisa di lihat dari bagaimana ia bertindak."
.
.
.AFANIN ZANITHA
***
___
Aku berjalan menyusuri kota megah ini. Aku kesini bukan untuk berlibur melainkan mencari seseorang. Langkah kakiku membawaku ke tempat orang bisa merasakan surga dunia, menjajakan diri, menenangkan pikiran, dan mencari kesenangan lainnya. Ya, aku ada di salah satu Red Light District yang cukup ternama di kota ini.
Tempat ini biasanya di datangi oleh orang-orang yang memiliki cukup uang dan tentunya memiliki nafsu birahi yang tinggi. Mataku menyapu seluruh sudut tempat ini, namun yang ku cari belum ku temukan. Yang ku lihat hanyalah beberapa wanita yang tidak berbusana memamerkan tubuh mereka yang di batasi oleh dinding kaca transparan. Mereka berpose sedemikian rupa untuk menarik perhatian pengunjung yang akan membelinya.
Seorang wanita mendatangiku dengan senyum ramahnya, bisa ku perkirakan dia adalah pemandu di tempat ini.
"hey miss, is there anything i can help?"
"Sure, don't you feel strange with me?" Tanyaku heran, apakah ia tak merasa aneh akan kedatanganku di tempat ini? Aku seorang perempuan dan ya, kalian tahulah.
" Strange why miss?"
"Hmm, because I am a girl and have come to see other women." Jawabku ragu.
" I used to see it miss, so it's nothing strange."
Aku hanya menganggukkan kepala, mungkin ini sudah sangat lazim disini. Atau disini juga menyediakan PSK laki-laki? Yaudahlah, aku tak peduli akan mereka. Aku kesini untuk misi tertentu.
Pemandu ini terus berbicara sambil menuntunku semakin ke dalam tempat ini. Aku hanya sesekali merespon jika ia bertanya. Kepalaku sudah terasa berat dan perutku udah mual, aku bukannya tertarik dengan mereka yang ada di etalase itu. Kepalaku memang akan terasa berat jika ada di tempat gelap dan dipenuhi lalu lalang manusia, mungkin semacam phobia.
Aku sudah akan meminta wanita pemandu ini untuk mengantarkanku kembali ke luar, hingga mataku menemukan orang yang ku cari sudah berdiri si depan sebuah etalase seorang PSK yang tersedia. Aku menyuruh pemandu itu pergi, dan aku mulai mengikuti langkah pria di depanku.
Pria itu memasuki sebuah ruangan yang agak remang-remang bersama wanita yang tadi di belinya. Aku diam-diam mengikuti keduanya. Dadaku semakin sesak dan kepalaku semakin terasa berat berada di ruangan ini, ini sungguh menyiksaku.
Mereka mulai bermain dengan permainan yang panas dan liar. Permainannya di mulai dengan ciuman yang membuatku merasa enek, air liur yang mengalir di dagu keduanya membuat perutku semakin melilit. Shit! Aku harus terjebak di ruangan ini dengan dua insan yang dipenuhi nafsu. Andai Akbar ada di sini, pasti kedua mataku udah di tutup dengan kedua tangan besarnya.
Aku memilih keluar dari ruangan ini saat mendengar salah satu dari mereka mendesah, aku lebih memilih menunggu dan memantau orang itu dari jauh daripada terus berdiri di sini seperti orang bodoh.
Aku duduk di sofa dan sejenak memejamkan mata untuk meredakan sakit kepala yang terasa semakin menusuk, andai aku bisa sudah ku buka kepala ini dan memasangnya kembali ketika sakitnya hilang. Tapi itu hanya angan-anganku saja, bagaimana mungkin orang bisa menyimpan kepalanya dan memasangnya kembali ketika udah sembuh. Kalo nggak sembuh-sembuh? Harus berjalan tanpa kepala gitu? Aku tersenyum memikirkan pemikiran konyolku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afanin Zanitha
RomanceSuara tembakan, suara seretan pisau, jeritan dan tangisan kesakitan yang disertai alunan biola selalu merdu di telinganya. Yaa, senjata dan biola adalah hidupnya, dua benda yang sangat melekat pada dirinya. Dia memiliki reputasi yang bertolak belaka...