4

19 4 1
                                    

"tapi sayangnya lo lebih mencintai oji, lin." Oji menginjak pedal gas sedalam-dalamnya, membelah sepinya jalan tol pukul 3 pagi. Persetan soal keselamatan, Oji hanya ingin melampiaskan semuanya pada malam itu. Mengingat kalimat yang Januar lontarkan kemarin, rasanya seperti ingin menghancurkan apartemen Raden untuk yang kedua kalinya.

Tebak apa? Dia baru pulang dari apartemen Raden dalam keadaan- ya..., kalian bisa tebak apa yang terjadi jika manusia menenggak dua gelas kecil anggur merah. Tenang, Oji akan lebih memilih mabok susu daripada alkohol. Oji punya toleransi alkohol rendah, ini saja ia merasa ingin muntah sebentar lagi. Jika Alina tahu, apa ia akan marah? OALAH TENTU.

Alasan Oji seperti ini juga karena Alina sendiri dan Januar. Mereka tadi pagi bertengkar hebat dipelataran kampus. Cuman gara-gara Oji mendengar omongan Januar semalam. Alina kaget? Jelas. Gadis itu seperti ditusuk ribuan jarum saat tahu bahwa cinta lamanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Iya, Alina pernah menyukai Januar. Lagi, perempuan mana yang tak jatuh hati saat diperlakukan seperti setangkai bunga? Cuman, itu hanyalah cinta monyet masa SMA yang mungkin sekarang sudah menguap entah kemana.

Alina cukup terkejut saat tahu Januar adalah sahabat baik Oji. Padahal Januar itu jelas kakak kelasnya, mengapa sampai jatuh cinta? Singkatnya mereka ada di ekstrakurikuler yang sama. Namun perlakuan Januar padanya jelas berbeda dari orang lain. Oji tahu cerita itu, tapi Alina sudah mengatakan bahwa itu hanyalah cinta yang tak berbalas, jadi tak perlu khawatir. Sampai semalam Oji tahu fakta yang sebenarnya, bahwa cinta lama itu terbalaskan, dan masih berlaku sampai sekarang.

Jelas, Oji kesal bukan main. Walau terlalu kekanak-kanak-an, Oji tahu hal ini salah. Bertengkar hanya akan memperumit masalah, tapi Oji hanya tidak ingin Alina pergi meninggalkannya. Meski ia memegang kepercayaan pada Alina dan juga Januar, tapi tetap saja.

"kalau aku nerima kamu artinya aku udah sepenuhnya percaya sama kamu. Begitupun kamu ke aku." Oji tersenyum kecut saat suara Alina memenuhi kepalanya. Bukannya malah senang, Oji justru semakin kesal dibuatnya.

===

Dua hari menghilang, dua hari goleran dikasur, dua hari mogok segalanya, dan dua hari aksi nggak ngapa-ngapainnya seperti akan membunuhnya. Oji menghela nafas. Dua hari meringkuk di dalam selimut membuat kepalanya seperti diajak naik wahana rollercoaster, pening bukan main. Dua hari juga dia menghilang dari sosial media, kampus, apartemen Raden, Coffeeshop Januar, dan kegiatan UKMnya.

Ia hanya ingin istirahat. Namun istirahatnya berubah menjadi malapetaka saat ia tahu bahwa Bi Yani sedang cuti. Apa ia harus istirahat makan juga? Oji mengerang kesal, melempar remot TV asal sampai terdengar bunyi patahan. Bahkan siaran TVnya pun juga ikut istirahat, tergantikan dengan gambar semut-semut hitam putih pada layar itu. Apa Cecep dan Opet juga ikut istirahat? Iya. Opet belum di servis, Cecep bensinnya habis. Oji ingin bunuh diri saja rasanya kalau begini.

Tapi entah kenapa Oji hanya ingin menyapu teras rumahnya sekarang. Selain kelihatan kotor, siapa tahu ada tetangga yang baik hati. Jadilah Oji menyapu asal-asalan diteras sambil memandangi Opet dan Cecep yang model parkirnya tidak tahu bagaimana. Terdengar kocak, tapi Oji hanya bisa mengharapkan itu sekarang.

15 menit menyapu tidak membuahkan hasil. Akhirnya ia menunggu 5 menit lagi. Dan sekarang ia sedikit menyesal, yang datang bukan Tante Wana tetangga samping rumahnya ataupun Bang Enu tetangga depan rumahnya, tapi malah mobil abu-abu gelap yang terparkir sempurna didepan pagarnya.

"assalamualaikum," ucapnya. Oji hanya diam menahan amarah.

"orang beri salam dijawab, bukan ngeliatin sapu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang