3

14 4 1
                                    

Apa hari itu adalah hari tersial setelah Opet mogok? Tentunya ada yang lebih sial. Januar yang hampir adu jotos dengan Caviy di apartemen Raden gara-gara mereka tanpa sadar mendekati perempuan yang sama. Awalnya, Caviy duluan yang tahu. Katanya, Mega –yang juga sahabat Alina- akhir-akhir itu selalu menanyakan tentang Januar. Caviy heran. Sampai anak itu tahu kalau Mega sering diajak jalan ke taman kota buat jogging bareng sama Januar. Januar tidak tahu, soalnya Caviy tidak pernah sama sekali menceritakan hal tentang Mega ke teman-temannya. Hanya saja Caviy sering cerita tentang teman-temannya ke Mega. Januar pun tidak salah sebenarnya, toh dia beda kampus dengan Oji dan Caviy, sudah lulus juga, jadi salahnya dimana?. Kenal Mega juga karena teman arisan Maminya Januar. Sampai hari ini, amarah keduanya meluap. Awalnya saling sindir, mendelik satu-sama lain. Raden dan Edi bilang biarkan saja, toh juga tidak akan sampai baku hantam. Eh tahunya..., sampai kacau apartemen Raden karena mereka berdua.

Alina sama Gisa ngungsi ke dapur. Mereka adu jotosnya di ruang tengah. Oji yang menggiring keduanya kedapur, soalnya tadi Alina Cuma diam saja melihat adegan adu jotos didepannya seolah menikmati pertunjukan. Beda dengan Gisa, dia hampir kena hantam kepalan tangan Januar kalau saja Oji tidak cepat-cepat menarik keduanya menjauh. Yang tanya sialnya dimana? Saat Oji kembali keruang tengah, berniat ingin memisahkan, malah dapat bogeman mentah dari Caviy dipelipisnya. Alhasil? Semaput.

Alina yang tahu Oji pingsan, Cuma ketawa sambil memberi minyak angin ke dekat hidung laki-laki itu. Caviy sama Januar setahu Alina masih di introgasi sama Raden dan..., Edi. Ya walaupun Alina tahu, hanya Raden yang akan benar-benar memarahi keduanya. Edi? Seksi pengomporan salah satu pihak. Ya semoga saja di pihak Raden, soalnya Apartemennya jadi seperti kapal pecah.

"raden kalau marah emang gitu ya?" tanya Alina pada Gisa yang sedang melihat-lihat bingkai foto di kamar Raden. Yang ditanya berbalik dan balas mengangguk, "banget." Alina tertawa sambil sesekali melihat kondisi Oji.

"oji gitu juga kah mba?"

Alina tersenyum kecil lalu menggeleng. "aku yang galak kalau marah, haha," candanya. Gisa ikut tertawa. "tapi serius, dia tuh gak pernah marah. Cuman ya paling ngasih nasihat aja. Lebih sering aku yang marah. Makanya kalau jevin bilangin aku galak, aku udah biasa," lanjut Alina.

Gisa manggut-manggut. "jevin tuh aneh ya mba."

Alina mengernyit. "kenapa?"

Puas memandangi figura, Gisa beranjak duduk dipinggir ranjang. "ya gak papa. Soalnya aku pernah hampir jadian sama dia, bukan sama raden."

Alina melongo. Tangannya yang semula mengelus kepala Oji langsung ia tarik, bersiap mendengarkan cerita Gisa. Mengabaikan Oji sebentar tidak akan membuatnya kehilangan nyawanya, tenang. "hah? Kok bisa?"

"iya. Dulu tuh mba, aku sekelas sama jevin. Soalnya dia ngulang kelasnya yang dulu kan. Terus aku sempet sekelompok sama dia, terus dari situ kita makin lama makin akrab. Deket banget. Sampai aku diajak main ke sini waktu bang januar masih pacaran sama tefa, adik tingkat mba di fk. Terus dia ngejodohin aku sama raden. Aku pikir cuman candaan aja gitu loh. Soalnya raden dulu juga kayak ogah-ogahan gitu. Terus caranya tuh kayak, jevin ini jadi perantara aku. Terus aku lama kelamaan ngerasa aneh aja ke jevin. Kayak beda aja gitu. Aku pun kalau dibilang nyaman ke dia, iya lah mba, banget. Dan saat dia nyelesaiin kelasnya, dia nembak aku. Tapi dia bilangnya 'gue cuman ngasih tau, lo gak terima juga gak papa. Toh ini udah melenceng banget dari tujuan awal gue.' Terus aku tuh kayak 'hah apasih ini?' dan malemnya dia nge-chat aku, ngirimin kontaknya raden. Dan setelah itu dia gak pernah nunjukin diri didepan aku dan akhirnya aku perlahan-lahan dekat sama raden. Yaudah, jadian deh."

"ih gila." Alina takjub bukan main. Oji yang daritadi sudah bangun sampai rela menahan tawanya karena nada bicara Alina yang sangat takjub. Oji sudah tahu kok tentang ini, Jevin yang cerita langsung. Iya memang Jevin duluan yang jatuh hati, tapi ia lebih memilih mengalah dan membuang rasa itu jauh-jauh. Soalnya Raden memang sudah mengincar Gisa, cuman dianya yang masih malu-malu.

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang