"Koyuki-senpai akan menanam bunga apa? Tema hari ini tanaman hias."
"Entahlah." Koyuki hanya berjongkok di lahan kosong yang ditemukannya didampingi dua orang adik kelas dan seorang yang sebaya dengannya.
"Senpai suka bunga apa?"
"Belum kupikirkan."
"Mau lihat-lihat hasil tanamanku beberapa hari yang lalu? Supaya dapat inspirasi."
"Lebih baik aku mulai bekerja saja supaya bisa pulang lebih awal." Ia tersenyum sungkan, mulai mengeruk tanah dengan sekopnya.
"Kami akan memeriksa tanaman-tanaman dulu, ya." Dua orang menjauhinya.
Dan yang satu lagi, nampaknya mulai beranjak. "Aku punya bibit bunga Hydrangea. Kau mau?"
"Bolehkah?"
"Ya, tetaplah di sini."
Koyuki meninggalkan jejak senyuman ketika memandang sekilas orang yang berbuat baik padanya.
Ia hanya memiliki sekumpulan bunga matahari dan mawar; kategori tanaman hias. Dan sisanya; perkebunan sayuran secara berkelompok. Yang lainnya berisik di belakangnya sementara ia berusaha mencari cacing bergerak untuk kubangan yang baru jadi.
Cahaya yang berkadar biasa redup terhalangi seorang lagi yang ikut berjongkok dengannya.
Orang itu bukan berasal dari klub.
"Koyuki-senpai sedang apa?" Hina, seperti dari suaranya, tersenyum antusias pada tanah yang dibuatnya.
"Akan menanam bibit bunga Hydrangea yang sedang dibawakan seseorang."
"Bunga Hydrangea? Di sini?"
"Yah, ini memang tempatku." Ada reaksi yang mengejutkan, ia tahu itu.
"Tempatnya sangat tidak strategis! Bunga Hydrangea seharusnya di halaman depan sekolah!"
"Tapi taman belakang sekolah itu tempatnya para klub kebun."
"Setahuku yang menghias halaman depan sekolah dengan bunga-bunga berasal dari klub kebun juga, 'kan?"
Koyuki menjedanya, lebih dulu menanggapi gadis yang mengulur memberi bibit Hydrangea.
"Ya, sayangnya aku bukan pada bidang itu." Tersenyum ramah.
Semburat memerah dan gestur kaku yang tidak dimengertinya muncul pada gadis itu. "Jadi, senpai hanya menghias taman belakang sekolah?"
Ia nyaris tertawa oleh kepolosan itu, ditahan oleh gigi dan lekukan tak jelas dari bibirnya.
"Semacam... mengelompokkan sesuatu."
Hina manggut-manggut, "Sepertinya klub kebun bisa masuk dalam daftar pilihan klub-ku." Dia melipat lengannya pada lutut. "Aku ingin masuk klub film karena ada kakakku, lalu klub manga karena aku suka anime, dan klub kebun karena aku suka keindahan." Menyandarkan pipi pada lengannya.
Koyuki dapat menelisik senyuman yang tersembunyi.
"Oh, jadi belum menentukan mau masuk klub apa? Pilih klub kebun saja. Aku bisa mengajari anggota baru, kok. Meski, ya, aku kesulitan mencari cacing..." Sepanjang berbicara, tangan Koyuki memang tidak membiarkan tanah, tapi hewan itu baru saja diingatnya. "Bisa bantu aku mencari cacing?"
"Eh, apa itu perlu?"
"Sudah terlanjur biasa, sih." Karena kepercayaannya di zaman kecil dulu. Ia merentangkan jemari, menyelaminya pada gundukan tanah di samping tembok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacamata Merah
Fanfiction[Kacamata Merah] Sejak mendadak terkenal karena penampilannya, Koyuki melupakan kacamatanya. Seseorang yang dulu pernah 'menembak' kembali lagi pada kehidupannya. Dan anehnya, hal itu tak terasa buruk. KoyuHina [Republished from Ao3 on June 03, 2016...