Ia melihat ke jendela dan melihat dirinya sendiri.
Melihat seorang pria yang sudah harus memperbaiki dirinya.Entah bodoh atau gila, sang pria lari dari kasih.
Kepada tempat yang ia kira pulang ia pergi.
Pada tujuan yang ingin digapai ia menyerah.Sang pria hanyalah pecundang sekarang.
Kejantananya sudah hilang.
Tak lagi memiliki hasrat sekarang ia mati.Ia hanya tak ingin terluka dan melukai.
Hancur sekali lagi dan selesai.
Ia tak ingin sendiri..
Tapi ia tak ingin kehilangan..
Bagaimana bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasta Karya Nirmala
PoetrySilahkan dibaca tuan, Silahkan dinikmati Seduhan puisi tanpa gula, Mungkin sedikit pahit untuk nyonya sepi. Tapi mungkin tawar tuan sunyi Maaf, kami berhenti membeli gula sejak lama. Kami enggan terus bertanya. Di toko realitas selalu kosong saat ka...