Happy reading fellas💜
.
.
.
."Jangan ribut, saya mau ke toilet dulu!"
Blam.
Pintu tertutup dan ketika tubuh si pengawas tak lagi terlihat di koridor, suasana langsung riuh.
"Windy"
"Windy"
"Windy"
Suara itu datang dari segala arah dan Windy terlihat bingung mana yang harus dijawab lebih dulu.
Akhirnya, dia merespon salah satunya.
"Nomer 27?" tanya orang itu dengan berbisik.
Windy menggerakan jarinya membentuk sebuah isyarat yang langsung dimengerti oleh si penanya. Kemudian yang lain ikut bertanya. Tak berhenti sampai gadis itu pusing sendiri.
Chandra hanya memperhatikan itu dalam diam. Dia ikut prihatin karena Windy tampak bingung karena terus-terusan ditanyai hampir seluruh temannya di ruangan ini.
Chandra sendiri tampak santai karena Bayu, Sean, dan Kenan sudah menerima jawabannya barusan. Namun tiba-tiba saja Bayu memanggilnya.
"Apa?" tanyanya tidak santai. Pasalnya dia sudah memberikan semua jawabannya, jadi apa lagi?
"Liatin jawaban sebelah lu deh nomer 21-30. Terus tulisin."
"Bab*, nyuruh seenak jidat!" umpatnya pelan, dan sialnya Windy mendengarnya.
Chandra salah tingkah ketika gadis itu menatapnya setelah umpatan itu keluar. "Sorry, sorry. Gak maksud kasar ke kamu kok, Win," katanya sambil cengengesan.
Windy mengangguk, kemudian lanjut merespon teman-temannya yang sedang minta bantuan. Melihat itu, Chandra pun menulis jawaban gadis itu di atas tissue. Melakukan apa yang diminta Bayu.
Tapi sebelum menulis, dia kembali menoleh pada Bayu yang selisih satu kursi dengannya. "Buat siapa emang?"
Bayu menggerakan bola matanya ke kanan, dimana ada seorang gadis dengan make up yang cukup tebal dan anting merah serta bando merah sedang duduk diam. Dia hanya menopang dagu, tampak acuh dengan soal ujian miliknya. Lalu sedetik kemudian, gadis itu menatap ke arah Windy sinis, sambil mencengkram bolpoinnya. Dan, setelah itu membuang muka.
Hei, dia itu kenapa?
Chandra mendengus, sementara Bayu hanya bisa cengengesan. Dia paham jika sahabatnya yang genit sedang pendekatan dengan adik kelas yang menurutnya menor itu. Jadi Bayu meminta tolong Chandra untuk menyalin jawaban Windy, untuk menolong adik kelas di belakangnya—yang tampaknya sangat tidak suka dengan Windy entah karena apa.
Tangannya menyalin jawaban Windy dengan cepat, sementara empunya terlihat sangat-sangat ikhlas atas apa yang dilakukan Chandra. Dia hanya memperhatikan tulisan itu.
Saat hendak melemparkan tissue itu, Windy mencekal tangannya.
Mau tidak mau Chandra merasakan yang namanya deg-degan.
"Kok, jawabannya beda sih sama yang aku isi?" Dahi Windy mengerut karena dia melihat dengan jelas semua yang ditulis Chandra berbeda dengan yang ada di lembar jawabannya.
Chandra tersenyum miring dan melempar tissue itu ke arah Bayu."Gak papa, dia terlalu munafik soalnya."
Windy memilih tak menjawab karena dia masih dipanggil oleh teman-temannya yang sangat rajin belajar itu.
Pintu terbuka dan ruangan menjadi hening seketika. Pengawas itu masuk lalu berdiri di depan whiteboard. "Yang sudah selesai kumpulkan, lalu keluar dari kelas. Waktunya limabelas menit lagi."
Windy dan Chandra sudah mengumpulkan ujian mereka dan keduanya melangkah bersamaan keluar kelas. Mereka duduk di kursi panjang.
"Kak Chandra, tadi maksudnya apa bilang gitu?" tanya Windy penasaran.
Windy sebenarnya tidak tahu jawaban itu untuk siapa, dan dia pun sebenarnya ikhlas saja memberikan jawabannya dengan siapapun. Tapi kenapa Chandra yang tidak ikhlas dengan memberikan jawaban yang berbeda? Ditambah lagi ucapannya yang terdengar aneh.
Chandra menoleh lalu tersenyum ke arah Windy—itu membuatnya lemas lagi. "Yang minta jawaban kamu itu cewek menor yang pake bando merah sama anting merah, Win. Dia kelihatan gak suka dan ngeliatin kamu sinis banget. Tapi dia juga minta tolong ke temenku buat liatin jawaban kamu. Namanya apa kalo bukan munafik?"
Windy menunduk dalam, dia tahu siapa yang dimaksud Chandra. Melihat gelagat aneh itu, Chandra kembali bertanya, "kamu dibully sama dia?"
Dengan cepat Windy menggeleng. "Terus kenapa?" tanya Chandra lagi.
Sebenarnya Chandra cukup kepo untuk ukuran kakak kelas yang baru dikenalnya. Tapi entah kenapa dia tidak terganggu dengan itu. Lagipula Chandra juga melakukannya dengan senang hati dan niat yang tulus. Loh?
Intinya dia memang ingin mengenal Windy lebih dekat.
Menggigit bibirnya, perlahan Windy menjawab, "dia bilang aku sok pinter."
Chandra menyentuh pundak gadis itu dan sang empunya pun menoleh. Windy dapat melihat senyum manis Chandra dan mata teduhnya yang begitu menenangkan. Seperti mampu mengusir segala kekhawatirannya. Dan dengan suasana yang tidak canggung serta tanpa ada siswa lain di sekitar mereka—karena yang lainnya belum selesai, Windy dapat melihat wajah tampan itu dengan jelas.
"Menurutku kamu emang pinter, bukan sok pinter. Dan sepertinya dia itu cuma iri aja karena dia gak sepintar kamu."
Chandra dengan tulus mencoba menepis pikiran buruk gadis itu. Tentu saja Windy itu pintar, kalau tidak mana mungkin hampir semua temannya bertanya padanya kan?
"Gak tahu deh, Kak," jawabnya lesu.
"Udah gausah dipikirin. Biarin aja tuh 10 nomer salah semua. Tahu rasa deh orang munafik," kata Chandra ketus dan terdengar lucu. Tangannya lalu terangkat dan mengusap kepala Windy begitu saja. "Jangan terlalu baik sama semua orang ya.."
Chandra tersenyum, menatap betapa polosnya wajah Windy saat ini. Gadis itu terkejut dengan sentuhannya tentu saja, sebab semu merah di wajah putih pucat itu ketara sekali. Dan Windy hanya mematung, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
Suara bel berbunyi tanda waktu ujian telah habis dan saatnya beristirahat 30 menit ke depan. Namun Windy masih diam, mencerna semua yang baru dialaminya.
Dan tiba-tiba Chandra menggenggam jemari kecilnya, membuatnya tersentak dan mendongak menatap si kakak kelas.
"Ke kantin bareng yuk, Win!"
Duh.
.
.
.
.
.Tbc.
Kira-kira bikin berapa chapter ya?🙈
Pu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ujian [✔]
FanficPark Chanyeol x Son Wendy (AU) Bayu bilang sepekan ujian itu bisa jadi ajang pendekatan. Sepekan ujian, sepekan pendekatan. Selesai ujian lalu jadian. Tapi, saat Chandra diberi keberuntungan berupa adik kelas cantik di sebelahnya, akankah itu terjad...