Naru namanya, dia adalah seorang lelaki yang manis, tutur katanya sopan, tapi dia banyak dijauhi oleh teman sekelasnya, karena banyak alasan
Karena miskin lah, cupu lah, sok sok an lah
Tapi semua itu tidak pernah Naru permasalahkan, mungkin apa yang dikatakan oleh temannya memang ada benarnya, walau hidup Naru jauh dari kemiskinan,Bagaimana tidak? Apakah cukup dengan satu apartemen? Apa cukup dengan 2 black card? Tidak ,
Banyak sekali yang Naru miliki , jika sekarang Naru mau , satu supermarket pun akan diberikan kepada Naru. Tapi sayangnya Naru tidak pernah mengumbar kekayaannya , bahkan sampai dia lulus pun , orang tidak boleh mengetahui rumah nya ada dimana.Tentang tidak mau berteman, Naru trauma dengan teman, tidak semua teman berhati baik, adalah yang tampangnya malaikat, tapi siapa sangka hatinya penuh dengan iblis?
Naru pernah menjadi korban bully di sekolah lamanya, dan dia juga berharap tidak akan pernah terjadi di sekolah ini meski kenyataan nya banyak yang membencinya, Naru pernah dilecehkan hingga titik puncak, itulah sebabnya , mengapa dia tidak mau berteman dengan siapapun
dia menutup diri, tidak tertarik untuk berteman, dia adalah orang yang paling dijauhi oleh seluruh sekolah.
Pagi datang, Simbok membuka pintu Naru, lalu membangunkan Naru yang pulas dengan mimpinya, menyuruhnya untuk segera bergegas ke sekolah, Naru hanya menurut, dia bangun langsung mandi dan bersiap, Naru tidak mau diantar ke sekolah oleh mamanya, itu rasa tidak perlu, membuang waktu mamanya, lagian dia bisa berjalan kaki,
Dia berjalan dengan raut muka tersenyum, bahkan matanya ikut tersenyum, melupakan kejadian masa lalu yang terus berputar di kepalanya,
Namun saat memasuki sekolah, Naru menjadi diam , tidak punya daya, dia menjadi lemah seketika,Dia berjalan dengan gontai menuju ke kelas nya,
Saat memasuki ruangan kelas, dia disambut dengan banyak ekspresi,
Ekspresi bahagia? Tentu saja tidak, ekspresi membunuh lah yang mereka keluarkan untuknyaDia sudah biasa dengan itu ,dia sudah kebal terhadap ekspresi seperti itu, dia hanya tersenyum untuk membalas mereka, dia tak punya dendam apa apa,
Dia berjalan menuju ke bangku nya di belakang, dia tak pernah mendapat kesempatan untuk duduk didepan ,
Dia hanya duduk sendiri, seperti kalian ketahui, dia tak punya teman.
Dia membuka bukunya, duduk tenang , merapikan kacamatanya lalu membaca ,itu sudah menjadi rutinitas di sekolah setiap pagi.Hari ini ada siswa baru di kelasnya, perempuan , dia banyak disukai setiap siswa di sekolah itu , perilakunya baik, dia penyayang ,
Hanya satu yang buruk darinya, dia suka bergonta ganti pasangan , dan tak jarang banyak siswa laki laki di sekolah yang pernah bersentuhan mulut dengannya.
Dia bernama Michelle , gadis baik dengan senyuman manis, siapa yang tidak tertarik?
Dia berkenalan dengan seluruh siswa diruang kelas,
Karena ruang kelas sudah penuh , hanya bangku belakang yang tersisa, dan itu berada di dekatnya, nya? Laki laki pendiam itu.
Michelle segera berjalan kearahnya
Namun dia sama sekali tidak meresponnya , dia hanya diam sambil membaca bukunya, dia tidak tertarik dengan orang baru,"Hai, selamat pagi! Siapa namamu?" Michelle menyapa boy didekatnya
Dia hanya menoleh sambil tersenyum, lalu menyodorkan sebuah kartu namanya,Narurenda Gilberto
Michelle hanya mengangguk angguk tanda sudah tau , lalu dengan senyum manis dia berkata
"Michelle Zee , panggil Michelle yaa, aku boleh duduk disini?"
Dia hanya tersenyum sambil mempersilahkan Michelle untuk memakai bangku didekatnya.Dengan senang hati Michelle duduk disana lalu mengeluarkan bukunya sebelum bel masuk berbunyi,
"Bolehkah aku memanggilmu Naru?" Tanya Michelle , namun pandangannya ke arah buku,
Naru hanya tersenyum, lalu mengangguk, dan meneruskan membaca buku,
Michelle bertanya sekali lagi, karena merasa Naru belum menjawab pertanyaan tersebut ,
KAMU SEDANG MEMBACA
NARU
Teen FictionKalo kamu suka aku, kenapa ga bilang? Kenapa kamu suka aku pas aku udah nutup hati ,?"~Naru "Kenapa aku suka kamu? Mungkin karena aku memang menyukaimu , sudah terhitung sejak aku pernah menggenggam erat tanganmu untuk pertama kalinya, sudah lama bu...