Keduanya terengah-engah dengan napasnya. Mereka memberikan jeda atas 'ciuman maut' yang mereka berdua lakukan. Sadam sekali lagi melihat wajah Gazriel, tiap 'partitur'-nya dengan lebih pelan. Lebih mendetail, memperhatikan gores wajah yang dipahat Semesta untuknya. Bagaimana bisa wajah ponakannya seindah ini, Semesta?
Sekali lagi, dia menilai keadaannya sekarang. Sadam masih tak menyangka bahwa yang dia inginkan sejak pertemuan awal dengan ponakannya itu terwujud. Bibirnya yang rekah, serta lembut telah memberikan sensasi baru di hidupnya yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Apakah ini benar? Apakah ini salah?
Ini begitu salah, tapi ini juga ...
Begitu benar untuk
Aku yang dilanda
Cintamu ....
Mendadak sebuah lagu terngiang di kepalanya. Ia bisa merasakan banyak lagu cinta mendadak terputar di dalamnya. Segala sesuatu yang baru, yang belum pernah ia rasakan dalam hidupnya, kini dirasakan.
Dia menghabiskan seumur hidupnya untuk belajar dengan rajin, bersosial media (meski dia cecunguk yang ga pernah berani diajak ketemuan), dan juga dengan segudang aktivitas 'menggunakan waktu sebaik-baiknya' versi dirinya. Tak menyangka kalau sekarang, dia sedang berada di posisi menjerat keponakannya sendiri.
"Abis hal tadi, apa lagi yang harus dilakuin Zriel?"
Gazriel merasa tidak percaya dia telah melakukannya dengan seorang laki laki. Terlebih dia adalah pamannya sendiri. Dia ingin menyudahi semua ini segera, dan kembali ke kewarasannya. Namun ... bagaimanapun, dia merasa terikat kali ini. Dan eh ... bukankah bibir Pamannya tidak seburuk itu?
Dia sempat bengong, mendengar pertanyaan Sadam. Berusaha memikirkan, hal apa lagi yang bakal dia katakan kepada Pamannya saat membicarakan tentang tata cara bercinta yang baik dan benar.
Sebab apapun yang dia akan katakan, pada akhirnya Pamannya akan melakukan itu dengannya. Dia harus sangat berhati hati dalam berbicara sekarang. 'Jenis latihan' seperti apa yang harus dibilang pada Pamannya kini? Atau adakah cara yang lebih baik untuk menghentikannya saja?
"Hey .,, kok lo diem sih? Abis tadi, gue harus ngapain lagi?"
"Lu serius mau ngelakuin ini sama gua, Bang?"
"Emangnya kenapa?"
"Ya ngga! Maksud gua ... Lu tuh cakep anjir! Lu pasti bisa kok dapetin cewek cantik di luaran sana dan langsung praktik. Ga harus sama gua kayak gini."
Sebanyak apapun cewek cantik di luaran sana, gue tetep maunya sama elo lah! Gila aja, gue lepasin kesempatan yang udah di depan mata. Lihat dong! Gue bisa lihat kontol lo sejelas ini! Kapan lagi coba gue punya kesempatan untuk lihat sesuatu yang udah gue tunggu tunggu dari lama? Pikir Sadam, namun tidak dengan yang dikatakannya pada Gazriel.
"Gue takut salah langkah. Dan gue takut gemetar kalau ngadepin cewek langsung. Track record gue nol parah. Gak kayak lo yang udah terjun lapang. Gue aja kaget, seusia lo aja, pengalaman mainnya udah banyak banget."
"Tapi kan gua ga punya tetek kayak cewek Bang?"
"Maksud lo ... pergerakan selanjutnya di tete? Selain diremas, emangnya diapain lagi?"
Mampus! Gua salah ngomong. Pikir Gazriel panik. Tapi ya gimana lagi, dia udah terlanjur ngomong begitu lagi tiba tiba. Mulutnya emang suka ga bisa disinkronin kalau udah di situasi begini. Pikir Gazriel panik. Tapi ya gimana lagi, dia udah terlanjur ngomong begitu lagi tiba tiba. Mulutnya emang suka ga bisa disinkronin kalau udah di situasi begini. Ya, sebuah situasi simalakama, dimana ketika dia maju, dia kena (harus ngajarin cowok ML). Pun giliran mundur, dia juga bakal dapet apes dengan orang tuanya tahu tentang apa perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjerat Keponakan
Krótkie OpowiadaniaSadam awalnya sama sekali tak kepikiran untuk berhubungan dengan lelaki manapun. Ia sudah menahan dirinya sejak kecil, dengan menyibukkan diri di berbagai kegiatan, termasuk rencana rencana hidupnya yang sudah ia tata sedemikian rupa. Dan ia sangat...