Lembar baru; 1

19 3 0
                                        

Part sebelumnya;

"Kamu udah sampai?" Tanya Syla dengan nada di manjakan ia sengaja melakukan itu untuk menghibur pria yang nantinya akan menjadi ayah dari anak-anaknya.

Zayn hanya tersenyum tipis sambil menjawab "La, kamu sayang gak sih sama aku?"

Deg..

Seperti terkena tamparan hebat Syla hanya membeku di tempat, hening dalam beberapa menit hingga Zayn membuka topik lain.

"Kamu kenapa belum tidur?" Samar-samar terdengar suara lalu lalang mobil di handphone miliknya.

"Kamu dimana? Belum sampe rumah yah?" Tanya Syla basa basi.

"Iiyaa, La tapi ak.."

"Aku sadar sekarang, besok kamu libur kan? Besok aku mau jujur tentang semua hal" sela Syla dengan senyum penuh arti.

"Kenapa buru-buru akuu" Zayn terdiam di seberang, baginya adalah kenapa dia harus menunggu lama lagi itu hak dia sekarang mengetahui semua tentang wanitanya.

"Iya besok aku ke rumah kamu"  tambah Zayn setelah berfikir kembali.

"Pulang yah, jangan di jembatan malam-malam aku tunggu besok, aku tutup dulu selamat malam" Syla kemudian terdiam sambil memikiran bagaimana caranya dia menjelaskan hal gila tentang dirinya 7 tahun lalu yang sangat sulit ia lupakan bahkan, dia masih saja di hantuin rasa itu.

Rindu

Pagi menyongsong di bulan januari tanggal 1 tahun 2027. Hari baru di awal tahun yang yah, cuaca sangat tidak mendukung bagi Syla. Bagi dirinya ini adalah hari yang tepat untuk jujur tapi dengan hujan sederas ini bagaimana mungkin Zayn bisa datang ke rumahnya.

"Gimana ini?" Ucap Syla sambil mengabsen masing-masing ubin di dapur rumahnya.

Bisa di simpulkan kalau sudah hampir 30 menit gadis itu hanya berbolak balik ke sana kemari seperti setrika rusak.

"Cukup!!" Ucap Iin menyela kaka sulungnya, tapi nihil Syla hanya berhenti sejenak sambil menatap adiknya dan kembali melakukan hal itu lagi.

"Lo kenapa dah kak?" Tambah Iin semakin kesal dengan tingkah kakaknya.

"Gue?" Tanya Syla, sambil terus melakukan hal yang sama mengabsen ubin dapur. "Gue gapapa kok" tambahnya dan semakin gelisah seperti orang yang dikejar hutang dari rentenir.

"Lo kalau mau makan yah makan kak, atau lo kalau nungguin calon suami lo itu yah silahkan aja gue gak peduli. Tapi jangan bikin selera makan gue ilang dengan lo mondar mandir kak Sylaaa!!" Teriak Iin frustasi, kini amarahnya sudah memuncak ke ubun-ubun jika di lihat dengan kacamata patrik mungkin saja ada asap di sana.

Tokk.. tok.. tok...

"Assalamualaikum tante, La, Iin" suara dari luar itu cukup meredakan sisi lain dari adik Syla, "cukup gue mau makan di kamar nganggu weekend gue aja byee" lanjut Iin kemudian berlalu ke lantai 2 untuk masuk ke kamar yang katanya adalah surga dunia miliknya.

Syla berjalan menuju pintu depan sebelum membuka pintu rumahnya, dia mengehela nafas panjang dan tersenyum tidak lupa ia kembali merapikan rambutnya, sambil membuka pintu menatap lelaki dengan wajah menahan lelahnya namun senyuman khasnya masih saja ia perlihatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We just virtual?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang