C U A - 4

6 3 0
                                    

h a p p y r e a d i n g a n d e n j o y🐨

🌛

Cahaya berjalan beriringan bersama Alova. Kedua gadis dengan penampilan cupu itu berjalan sembari menenteng makanan dan minuman yang baru saja mereka beli dari Kantin. Rencananya mereka akan makan bersama di taman belakang sekolah karena Kantin sangat penuh sehingga mereka tidak kebagian meja.

Kedua gadis itu tengah mengobral dengan seru. Saking serunya, Cahaya tidak memperhatikan jalannya.

Akibatnya, Cahaya menabrak seseorang hingga menyebabkan Cahaya sedikit oleng. Minuman ditangannya tumpah, tetapi seorang pemuda lain bergerak cepat menepis tangan Cahaya supaya minumannya tidak mengenai dirinya. Alhasil, minuman itu membasahi lantai.

"Cahaya, kamu nggak apa-apa?" tanya Alova khawatir yang membuat Cahaya tersadar dari keterkejutannya.

"Astaga. Maaf, maaf, aku beneran nggak sengaja! Kamu nggak apa-apa kan? Ada yang basah enggak?" ucap Cahaya panik.

Pemuda ber-name tag 'Kevan Ariguna' itu nampak tersenyum memaklumi. Sedangkan pemuda yang menepis tangannya hanya diam, menatap Cahaya datar.

"Gapapa. Tadi gue sama temen-temen gue juga nggak merhatiin jalan kok." jawab Kevan.

Cahaya menghela napasnya lega, tetapi hal itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Sebelum akhirnya, seorang cewek mendorong bahu Cahaya dengan kasar.

"Makanya kalau jalan tuh lihat-lihat! Punya mata tuh dipake! Kalau sampai Angkasa kenapa-napa gimana? Lo mau tanggung jawab?!" ucap cewek itu dengan nada sarkas, matanya juga menyorot Cahaya dengan tajam.

Sirine tanda bahaya muncul dibenak Alova, sadar dengan sahabatnya yang mulai terbawa emosi, ia segera menarik Cahaya mundur. Ia tak ingin kehidupan sahabatnya di sekolah hancur karena melawan seorang Zalora Vifyan, cewek pemuja Angkasa Orion Airlangga. Pembully paling ulung di SMA Nusa Bantara.

"Udah cupu punya mata nggak dipake! Sadar diri dong sama penampilan! Kalau sampai seragam Angkasa basah, emangnya lo mau ganti?! Harga diri lo aja lebih murah daripada seragam Angkasa! Sadar dong cupu!" teriak Lora di depan wajah Cahaya.

"Tapi aku udah minta ma-----"

"Masih berani jawab lo?! Mulai berani ya lo sama gue?!" Alova menggenggam erat tangan Cahaya. Ia tau, sahabatnya itu pasti tengah berada di puncak kemarahannya. Terbukti dari Cahaya yang kini mencengkram rok abu-abunya.

"Udah, Ra! Pak Sonu, jalan ke sini! Jangan sampai kita di hukum lagi." ucap salah satu orang di belakang Lora.

Lora berdecak, ia kurang puas memarahi Cahaya, tetapi ia juga tidak mau kena hukuman lagi. Lora menatap Cahaya tajam, setelahnya, ia mendorong Cahaya hingga menyebabkan Cahaya dan Alova tersungkur.

"Awas aja kalau kejadian tadi keulang, gue nggak segan-segan bikin hidup lo nggak tenang di sekolah ini!" Cahaya menatap nyalang punggung Lora yang semakin jauh. Kedua tangannya mengepal. Kalau tidak ingat janjinya dengan Langit, ia pasti akan membalas perbuatan cewek itu lima kali lipat. Sayangnya, ia bukan tipe orang yang suka mengingkari janji.

Suara bel masuk berbunyi, menyadarkan Cahaya yang masih terduduk di lantai. Gadis itu buru-buru berdiri lalu membantu Alova.

"Kalian nggak apa-apa?" tanya Kevan yang sedari tadi diam memperhatikan. Cahaya dan Alova kompak menggeleng.

"Ayo, balik!" ucap seorang pemuda yang Cahaya yakini bernama Angkasa. Pemuda itu menatap Cahaya sebentar, kemudian melenggang pergi begitu saja.

-🌙-

Suara tawa terdengar di koridor yang lengang, maklum, sedang jam istirahat. Para siswa dan siswi lebih memilih menghabiskan waktu di Kantin, mengisi perut mereka yang keroncongan.

Suara tawa itu terhenti ketika salah satu dari mereka menabrak salah seorang siswi. Tidak, lebih tepatnya ditabrak.

Angkasa buru-buru menepis tangan siswi itu ketika minuman yang dibawanya hendak mengenai dirinya. Alhasil, cairan berwarna hitam dengan aroma kopi itu membasahi lantai putih.

Pemuda jangkung itu menghela napasnya lega, kemudian matanya menatap tajam sang pelaku yang tengah meminta maaf dengan wajah panik.

Berbeda dengan Angkasa yang datar, Kevan yang ditabrak hanya tersenyum memaklumi. Toh, mereka juga tidak memperhatikan jalan, mereka malah sibuk bercengkrama.

"Gapapa, tadi gue sama temen-temen gue juga gak merhatiin jalan kok." balas Kevan sambil tersenyum tipis.

Tak sampai itu saja, suasana kembali tegang ketika tiga orang cewek mulai mendekat dan langsung mendorong si gadis cupu.

Angkasa memutar bola matanya malas. Ia rasanya ingin muntah saat melihat Lora. Cewek dengan penampilan kurang bahan itu selalu mengejarnya. Bukan hanya itu saja, cewek gila itu juga menindas siapapun yang berusaha mendekatinya. Itu membuatnya tidak nyaman. Ah, semua yang dilakukan Lora membuatnya tidak nyaman. Sama sekali tidak nyaman.

Angkasa hanya diam ketika cewek gila itu mulai mendorong dan mengeluarkan caciannya kepada Cahaya. Tak ada niatan mencegah atau apapun itu. Untuk apa ia peduli? Satu hal yang ia tak sukai dari perempuan. Perempuan mudah salah paham. Ketika ia bersikap baik, perempuan akan berpikir kalau dia menyukainya. Istilah kerennya sekarang adalah 'baper'.

Angkasa melihat gadis cupu itu secara seksama. Dari kepala hingga ujung kaki. Entah kenapa rasanya seperti familiar. Padahal ini adalah pertama kali ia melihatnya.

Ia juga melihat gadis itu menahan emosinya, aneh, selama ini yang ia lihat, para gadis akan menciut apabila sudah berhadapan dengan Lora. Lebih anehnya lagi, gadis cupu itu berani menjawab ucapan Lora.

Tak hanya Angkasa saja yang berpikir demikian, Kevan dan Zariel juga berpikir hal yang sama. Kedua pemuda itu bahkan berdecak kagum walaupun hanya di dalam hati.

Otak Angkasa terus berputar. Pemuda itu benar-benar merasa familiar dengan Cahaya. Ia merasa pernah bertemu dengannya, tetapi tidak tau bertemu dimana. Atau mungkin hanya perasaannya saja.

Suara bel berbunyi membuyarkan pikiran Angkasa. Saking seriusnya, ia tak melihat kapan Lora pergi. Syukurlah, ia tak perlu mengusir cewek gila itu seperti biasanya. Entah apa yang membuat cewek gila itu begitu menyukainya. Bukan suka, kalau kata Zariel itu adalah obsesi semata.

"Kalian nggak apa-apa?" tanya Kevan yang dibalas gelengan. Angkasa melihat Cahaya sekali lagi. Ia meyakinkan dirinya, mungkin itu hanya perasaannya. Ia tak pernah bertemu Cahaya sebelumnya dan ini adalah pertama kali melihatnya.

"Ayo, balik!" ajak Angkasa kepada kedua sahabatnya. Ia tak ingin berlama-lama menjadi pusat perhatian, setelah kepergian Lora, banyak para siswi yang berbisik-bisik, entah menggosipkan apa, ia tak peduli.

Sebelum melangkah, ia menoleh ke arah punggung Cahaya dan Alova yang perlahan mulai menjauh. Sepertinya hendak ke UKS karena mereka berjalan berlawanan arah dengan koridor kelas sebelas.

"Aneh," gumamnya, sebelum benar-benar melangkah pergi.

t o b e c o n t i n u e d 🐨

Cepet bgt hari jumat ya teman-teman:')

Semoga kalian sukakkk yaaa!!

See you next chapter yeorobun-ddeul🐨❤

Cahaya Untuk Angkasa✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang