Berdua

43 11 0
                                    

Kelas berakhir 5 menit yang lalu. Ruangan sudah hampir kosong. Tersisa Alsa di ruangan ini, ia bahkan sudah menutup bukunya. Perutnya terasa kram, benar-benar mual. Ini semua gara-gara kopi kaleng sialan. Ditambah ia melewatkan sarapan dan makan siangnya. Memang bodoh, tadi bukannya mengambil buku dan langsung makan siang, dia malah berakhir mengobrol dengan si kaku Andi.

“Ga pulang?” suara rendah itu menyapa rungu Alsa.

“Bentar lagi,” Alsa menjawab lemah sambil terus memegangi perutnya.

Andi mengangguk paham kemudian memilih berlalu. Sebelum langkahnya benar-benar mencapai pintu, suara Alsa terdengar. “Ndi boleh minta air ga?” memang ada botol air yang selalu dibawanya di tas. Sepertinya Alsa melihat itu.

Andi kembali mendekat, tampak jelas wajah pucat Alsa. “Sakit?” Andi bertanya sambil menyerahkan botol berisi air itu pada Alsa.

Alsa memilih diam. Jika banyak bicara dia  muntah di sini. Ia dengan segera mengeluarkan obat maag yang selalu dibawanya.

“Gara-gara kopi tadi?” Tebak Andi yang lagi-lagi tak ditanggapi Alsa.

“Boleh ngerepotin ga?” tanya Alsa lemah. Andi diam, seolah menunggu perintah. “Aku butuh air anget buat ngompres.”

Andi mengangguk paham. “Bentar.”

Tak lama Andi kembali dengan botol yang berisi air hangat.

“Thanks.”

Andi mengeluarkan roti dari tasnya. “Makan.”

“Gabisa makan roti.” ucap Alsa dengan nada sama persis seperti saat Andi menolak kopi kaleng darinya namun tetap mengambil roti itu.

Duh Sa, lagi sakit maag bisa-bisanya masih coba buat ngeledek si kaku Andi.

AlsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang