Rumah Andi

44 8 2
                                    

“Gol!!!” seru Rama semangat karena berhasil menyamakan skornya dengan Andi. Mereka sudah bermain PS hampir 2 jam. Sepertinya Jumat ini Rama benar-benar free. Terbukti dari waktu janjian kerja kelompok yang disepakati di group pukul 1 siang, anak itu sudah mengetuk pintu rumah Andi jam 10 pagi lengkap dengan PS yang dia bawa dari rumah.

“Ini yang terakhir ya,” ucap Andi ingin segera mengakhirinya.

“Mau ngapain sih? Baru juga jam 12-an.” Rama melirik sedikit ke arah jam dinding yang digantung di tengah ruangan.

“Mandilah.”

“Tumben, udah kaya anak perawan. Biasanya tiap kerja kelompok juga cuma jaketan sama traning gapake mandi.” ledek Rama yang memang sering ditakdirkan untuk satu kelompok dengan Andi.

🌿🌿🌿

Andi baru saja kembali ke ruang tamu setelah membersihkan diri. Di sana sudah ada Widya yang sibuk dengan notebook-nya dan Rama yang masih asik PS-an seorang diri.

“Widih rapi banget Ndi, kaya mau ketemu gebetan aja.” penampilan Andi saat ini sangat berbeda dengan Rama. Mereka mirip seperti anak kuliahan dan gelandangan.

“Baru beres rapat Wid?” tanya Andi basa-basi dan mengabaikan celetukan Rama.

“Belum, tapi aku izin sama kak Tita biar ga telat ke sini. Lagian humas udah beres 95% ini.” Widya kembali melanjutkan, “Aku kirain kak Alsa udah sampe, makanya aku buru-buru ke sini.”

“Dandan dulu paling,” Rama nyeletuk asal.

“Dia agak telat bentar, katanya mau mampir ke mana gatau.” jawab Andi persis seperti informasi yang disampaikan Alsa kepadanya.

Widya mengangguk paham, sedangkan satu makhluk lain mulai melancarkan aksinya, “Cieee yang CP CP-an sama Alsa.” pasalnya tak ada informasi itu yang disampaikan Alsa di group, berarti Rama bener dong? Ya ga readers? Hehehe.

Andi memilih tak menanggapi Rama. Ribet. Mending dia gabung sama Widya yang duduk di sofa.

“Assalammualaikum,” suara Alsa terdengar dari arah teras. Andi bergegas keluar.

Tak lama munculah sosok Andi dan Alsa dari teras depan lengkap dengan 2 buah plastik berukuran sedang yang dibawa Andi.

“Telat tuh gara-gara mampir beli ini?” tanya Andi kepada Alsa yang berjalan di belakangnya.

“Telat 15 menit doang juga, dasar galak!”

“Duh Sa, harusnya mah gausah repot-repot.” Rama segera membuka bungkusan yang baru saja diletakkan oleh Andi di meja.

“Ga repot kok. Widya udah lama?” Alsa meletakkan tasnya yang terlihat cukup berat.

“Lumayan kak,”

“Sorry ya,” Alsa sedikit merasa bersalah.

“Baru dari kampus?” kali ini Andi yang bertanya, Alsa mengangguk sebagai jawaban.

“Uhuk-uhuk!” Rama mendadak akting batuk. Menjeda aktivitasnya menikmati gorengan yang dibawa Alsa. “Keselek nih Ndi,” Rama menggaruk lehernya yang sebenarnya gapapa.

Andi melempar pelan bantal sofa ke arah Rama. “Iyaiya ini diambilin minum,” interaksi itu mengundang tawa ringan dari Widya dan Alsa.

Andi kembali dengan 2 botol besar soda, 2 kaleng kopi, dan 2 botol air mineral dingin. “Ini aja ya, males bikin minuman.”

Rama segera menyambar salah satu botol soda dan meneguknya.

“Pake gelas Ram,”

“Ndi ini buat kita berdua, satunya buat Widya sama Alsa. Aman kan? Sip!”

Alsa berniat mengambil kaleng kopi namun lebih dulu dihalangi Andi. Sebagai gantinya Andi menyodorkan air mineral kepada Alsa, “Inget maag,”

“Wah Wid, kita absen kerja kelompok sekali kayanya udah banyak ketinggalan cerita.” sindir Rama yang berniat menggoda Andi.

“Cerita apa Ram? Kan udah dibahas di group, yang kurang tinggal soal PPh Pasal 24.”

Alsa ini polos atau gimana sebenarnyaaaa? Bukan itu maksud Rama :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang