part 3 (kesal)

12 0 0
                                    

Halo Assalamualaikum readers. Balik lagi sama icha, terima kasih udah nungguin nextnya. Jangan lupa vote dan follow WP aku ya...

...

"Berawal dari pertemuan tanpa rasa, dihukum bersama dan kini kekesalan menyelimuti hatinya, akankah rasa ini akan berubah ataukah tetap berselimut kekesalan yang tak berujung?"

...

Seketika tubuh Rayya terjatuh dengan wajah pucat berkeringat. Azzam yang melihat Rayya pingsan pun panik.

"Astagfirullah, dia pingsan? Ya Allah Azzam harus bagaimana? Kalau Azzam gendong dia kan tidak mungkin,"gumam Azzam sambil mondar-mandir kebingungan.

"In shaa Allah ndak apa-apa kan niatnya nolongin dan ini darurat. Ya Allah ampuni hamba mu,"ucap Azzam yang kemudian beralih menggendong Rayya.

"Bismillahirrahmanirrahim." Azzam pun menggendong Rayya menuju UKS.

...

Dingin, sedingin es
Senyum setipis kertas
Tatapan setajam elang
Terlihat sisi luarnya yang sangat dingin
Namun terselip perhatian dan kehangatan didalamnya
Terkadang yang kita lihat tidak sesuai kenyataan
Dan terkadang yang kita lihat tidak baik belum tentu nyatanya tidak baik
Mengenali sebelum mendeskripsi itu lebih baik
Karena mendeskripsi tanpa mengenali, hasilnya pasti tidak akan sesuai dengan faktanya

-Raynandra Putri Kusuma

...

Sesampainya di UKS, Azzam membaringkan tubuh Rayya dan Azzam segera memanggil petugas UKS. Dengan sigap petugas UKS pun memeriksa kondisi Rayya.

"Bu, bagaimana keadaan teman saya?"tanya Azzam memastikan keadaan Rayya.

"Teman kamu tidak apa-apa, zam. Teman kamu hanya kelelahan, makanya dia pingsan,"ucap petugas UKS yang disapa Bu Lela.

"Alhamdulillah,"ucap Azzam.

"Ya sudah, ibu pergi dulu ya nak,"pamit Bu Lela yang kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

"Alhamdulillah, dia ndak apa-apa,"ucap Azzam sedikit lega.

Tak berselang lama Rayya pun tersadar dan perlahan-lahan membuka mata. Namun sosok yang ia temukan hanya seorang lelaki berbadan atletis, berkacamata dan dingin. Sedangkan Azzam yang melihat Rayya tersadar, mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Udah sadar?"tanya Azzam namun pandangan nya tidak mengarah kepada perempuan yang ditanya.

"Lah ini kakak liat Rayya udah sadar, kenapa kakak masih nanya?"ucap Rayya sedikit kesal.

"Saya ndak melihat kamu,"ucap Azzam ketus.

"Kan Rayya ada didepan kakak, emang kakak ndak liat?"ucap Rayya yang naik level kekesalannya.

"Ndak,"ucap Azzam singkat.

"Dasar, kakak gak jelas. Ada orang didepan mata malah ndak liat dikira Rayya apaan, hantu gitu?"gumam Rayya sedikit pelan.

"Kamu bilang apa?"tanya Azzam dengan ekspresi datarnya.

"Rayya ndak bilang apa-apa kok,"ucap Rayya tak mau kalah dari Azzam.

"Bohong,"ucap Azzam sedikit kesal.

Selang beberapa saat Rayya berniat untuk bangkit.

"Mau kemana?"tanya Azzam

"Mau kekelas lah,"jawab Rayya ketus sambil menoleh kearah Azzam.

"Masih sakit, istirahat dulu,"ucap Azzam ketus dengan melipat kedua tangannya didepan perut.

"Ndak, Rayya mau ke kelas,"ucap Rayya yang kemudian melangkah kan kakinya untuk keluar. Setelah beberapa langkah, Rayya kembali merasakan sakit yang menjalar di kepalanya hingga ia hampir terjatuh. Namun Rayya berhasil mempertahankan keseimbangannya dengan berpegang pada pintu.

"Makanya kalo dibilang nurut, jangan keras kepala,"ucap Azzam datar.

"Apasih, udah Rayya mau ke kelas. Assalamualaikum,"ucap Rayya dan meninggalkan Azzam di ruangan UKS.

"Waalaikumussalam,"jawabnya.

"Astagfirullah udah ditolongin tapi kok ndak bilang terima kasih, malah ngomel ndak jelas,"gumam Azzam.

Azzam yang sendiri diruangan itu pun meninggalkan ruangan. Azzam menyusuri koridor-koridor dengan gagahnya. Azzam yang memiliki wajah tampan dan dingin ini, banyak di idolakan oleh banyak perempuan.

Siapa yang tidak mengidolakan, Azzam tidak hanya tampan, namun dia adalah lelaki yang sholeh, berprestasi dan bertanggung jawab.

Author:"siapa sih yang gak suka sama Azzam, author nya aja suka kok😂. Kalo boleh Azzam buat author aja, boleh kan ya."

Author :"udah yok, kita lanjut cerita lagi, halunya bisa nanti."

...

Sepanjang langkah Azzam, tidak lepas dari tatapan para perempuan yang mengidolakannya. Namun Azzam tidak menghiraukan mereka, karena yang Azzam pikirkan hanya untuk menuntut ilmu.

Pesan Abi nya yang selalu terngiang di telinganya tidak pernah ia lupakan. Segala nasehat yang Abi dan Ummi nya berikan selalu ia ingat dan amalkan.

Baginya nasehat orang tuanya sangat berharga karena dapat menjadi bekal untuk masa depannya.

Sepanjang perjalanan Azzam hanya diam dan melamun.

Tak berselang lama...

"Dorrrr."

Bersambung ....

Surat Terakhir untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang