Part 4 (desiran dan sahabat)

12 1 0
                                    


Umar bin Khattab berkata,

ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به

“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”




Tak berselang lama...

"Dorrrr." Kedua lelaki menghampiri Azzam dan berusaha mengagetkannya. Namun, nihil Azzam tidak kaget sedikitpun.

Azzam sudah hafal dengan tingkah kedua lelaki tersebut. Siapa lagi jika jika bukan sahabat nya Fahri dan Rizki.

"Aii kumaha kamu te zam, kok gak kaget?,"ucap Rizki sambil mengerucutkan bibirnya dan bersidekapkan kedua tangannya.

"Emang ndak kaget," balas Azzam dengan wajah datarnya.

"Ini semua gara-gara si Pahri,"tuduh Rizki kepada Fahri.

"Loh kok aku si yan, lah wong itu salah kamu sendiri kok nyalahin orang lain," ucap Fahri yang tak mau kalah dengan Rizki.

"Yan Yan, kamu kira aku Yanto. Nama aku te Rizki inget ya Rizki" ucap Rizki tak terima.

"Siapa suruh ganti-ganti nama aku juga. Lah wong bagus-bagus Fahri malah diganti Pahri," ucap Fahri.

"Lah wong kamu kok."

"Kamu."

"Kamu."

"Kamu."

"Kamu."

"Stoppp stoppp."

"Fahri Rizki stopp," ucap Azzam dan melerai perdebatan di antara kedua sahabatnya.

Fahri dan Rizki seketika pun diam dan menghentikan perdebatan.

"Nah gitu toh akur, kalian berdua kok jadi nya kayak kucing sama tikus berantem wae. Awas loh nanti bisa-bisa rebutan perempuan yang sama,"ucap Azzam.

"Gak,"ucap Fahri dan Rizki bersamaan.

"Ciee jodoh nih kalian," goda Azzam kepada kedua sahabatnya.

"Amit-amit." Rizki dan Fahri mengucap bersamaan.

"Nah kan." Azzam yang melihat lucu nya wajah kedua sahabatnya pun terkekeh kecil sangat menggelitik sekali rasanya melihat ekspresi keduanya.

"Gak toh zam, gini-gini aku masih normal. Gak tau kalo si Iki," ucap Fahri sambil melirik Rizki yang berada di sebelahnya.

"Eehh bisa-bisanya we, asal kamu tua."

"Tauuu."

"Eh iya, asal kamu tau aku teh walau suka gesrek gini masih waras, masih normal, masih merasakan cinta kepada lawan jenis."

"Alhamdulillah."

Azzam yang menyaksikan perdebatan sahabat nya itu pun kini telah tertawa lebar.

Seketika semua pandangan kaum hawa tertuju kepada pemandangan yang langka. Kaum hawa beramai-ramai menyaksikan tawa bahagia Azzam.

Ini sangat langka. Sedikit orang yang bisa melihat tawa Azzam. Tawa nya begitu manis dan membuat siapapun terpesona padanya.

Hingga tak sedikit dari mereka yang diam-diam merekam momen ini dalam ingatan.

"Aaa Azzam ganteng banget kalo ketawa," ucap salah satu perempuan disana.

"My prince."

"My husband."

Surat Terakhir untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang