1 Awal kesakitan

52 9 5
                                    

"pergilah Malia sebelum kakakmu kembali kerumah," pinta ibunya yang dengan takut, Malia  kesal dengan kakaknya yang tega padanya.

Sekarang Waktu pukul 12.51 Malia tidak tahu dia akan kemana, teman wanita saja dia tidak punya yang dekat, dengan berjalan kaki Malia melewati beberapa tempat. perkumpulan para berandal, Bahkan hampir saja Malia ditahan oleh salah satu pria yang dengan gaya yang acakan seperti tidak mandi seminggu.

"Kemana aku akan pergi, uang saku juga tidak punya" Malia berbicara sendiri karena dia merasa kelelahan berjalan hampir 2km di jam seperti ini, Nasib baik dipihak Malia sehingga dia melihat ada sebuah club yang masih buka.

Tibanya Malia langsung dihadang oleh penjaga. karena melihat cara berpakaian Malia tidak sesuai dengan club' yang akan dia datangi, "Mohon maaf, anda tidak bisa masuk jika bukan tamu VIP, " tukasnya pada Malia.

Malia tidak putus asah dia masih tetap memaksa untuk masuk, " Tolong tuan. biarkan saya masuk saya mencari pekerjaan tuan," Ujar Malia dengan wajah memelas.

Malia tidak tahu Jika ada cctv yang sedang memantau dirinya dengan penjaga, penjaga mendapatkan panggilan telpon dan langsung menyuruh Malia masuk ke dalam.

"Kau bisa masuk, tapi jangan membuat kekacauan di dalam sana! jika tidak, kau akan aku tendang keluar. Mendengar itu Malia merasa sangat senang tapi juga sedikit takut, saat Malia masuk ke dalam semua tatapan langsung tertuju padanya Malia merasa ada sesuatu yang janggal disini.

Merasa tidak yakin, Malia akan segera keluar namun langsung di cegat oleh beberapa pria yang bertubuh besar juga tinggi.
Percuma Malia memberontak, tidak mengahasilkan apa apa yang ada hanya tangannya yang yang merah bekas tangan pria pria tadi.

"Lepaskan saya, saya mohon." Malia meringis kesakitkan berharap bantuan akan datang, dan benar saja ada salah satu pria dengan tubuh yang tegap menghampiri mereka dan menyuruh mereka melepaskan Malia.

"Lepaskan dia, jangan buat dia kesakitan!" Titahnya dengan keras dan dengan serentak pria yang menghalangi Malia langsung bergegas pergi dari hadapan mereka.

"Kau Malia Arrora bukan?" pura pura menebak
yang ditakutkan Malia akhirnya terjadi, bukannya dia mencari tempat perlindungan untuk dirinya, tapi dirinya sendirilah yang mencari dimana pria yang akan menjadi pembeli dirinya.

"Maaf tuan anda salah orang, sa.. saya bukan Malia." Ucap Malia gugup dan langsung pergi dari hadapannya,
"Berhenti atau akan ku buat kakimu tidak bisa digunakan lagi!" Titahnya dengan tegas membuat Malia bergidik ngeri.

Pria itu datang menghampiri Malia, dengan kesal dia menancapkan sebuah benda plastik yang di satu sisinya ada sebuah jarum kecil, dan di dalamnya terdapat sebuah cairan berwarna bening.

Pandangan Malia sedikit demi sedikit mulai buram, nafasnya juga perlahan lahan seperti sesak Malia tidak bisa menahan kesimbangan dirinya sehingga dia jatuh kebelakang tepat di atas lantai.

Aroma penciuman Malia begerak, betapa Harumnya udara yang saat ini dihirup oleh indra penciumannya.
"Ibu....!" Teriak Malia ketika dia telah sadar dengan apa yang terjadi padanya.

"Jika kau berani berteriak seperti tadi, maka bersiaplah kau akan kehilangan suaramu." Ancam pria yang masih tidak di kenali oleh Malia,  tubuh Malia bergetar karena ketakutan sebelumnya dia tidak pernah takut pada orang lain selain kakakya sendiri.

tok tok tok....
"Maaf tuan, makananya sudah siap." Kata seorang pria yang kira kira sudah paruh baya didengar dari suaranya.

"Letakan saja di depan pintu, saya akan mengambilnya!"  Titahnya dengan suara lantang sehingga membuat orang yang mendengarnya ketakutan bagaikan suara petir disiang hari.

Jaminan hidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang