Luka

33 8 2
                                    

Ini untuk pertama kalinya sejak Malia datang kesini Jhoe membiarkan tirainya terbuka dengan lebar, menunjukan hari sudah mulai terang dengan seorang wanita yang terdapat perban di kedua kakinya sedang tertidur pulas.

"Bangunlah Malia, jangan kau bermalas malasan!" Panggil Jhoe dengan keras agar Malia bisa segera bangun, masih tidak ada pergerakan Jhoe akhirnya mendekati Malia dan menarik tangan Malia sampai jatuh dari atas ranjang.

"Aduh, sakit sekali" Keluh Malia masih dengan mata tertutup,
"Ibu biarkan Malia tidur sebentar lagi." Sambungnya yang tertidur di atas karpet bulu lembut, Jhoe merasa kesal karena Malia masih belum sadar dengan apa yang Jhoe lakukan padanya semalam.

"Apa kau ingin kita bermain lagi Malia?" Tanya Jhoe tepat di telingga sebelah kanan Malia, Kedua Mata Malia seketika terbuka dengan lebar membuat sang empuh mengingat kejadian semalam di mana Jhoe menyuruh Malia berjalan di atas pecahan mangkok kaca yang sengaja di pecahkan oleh Jhoe.

Malia bergidik dengan menahan sakit di kakinya, hampir saja dia jatuh namun dengan cepat dia memegang tubuh Jhoe yang tepat berada di depannya.

"Kau!" Jhoe murka dengan wajah merah padam.
"Berani kau menyentuhku, sini kau ikut denganku." Jhoe manarik paksa Malia dan di bawa ke dalam kamar mandi, Malia tidak tahu jika Jhoe tidak ingin disentuh lebih dulu sebelum dia menyuruhnya.

Akhirnya Malia mendapatkan siksaan dengan apa yang tidak disengaja dia lakukan, Malia menangis karena sakit hati dengan kakaknya yang tega terhadap dirinya dan juga ibunya. Walaupun mereka hanya saudara tiri tapi Malia tetap menyayangi mereka.

Jhoe mengisi bak mandi miliknya dengan air panas, senyum liciknya muncul kembali dan itu bisa di lihat langsung oleh Malia melewati pantulan cermin.

"Dia lebih kejam dari iblis." Malia bergumam tanpa mentap ke arah Jhoe, Jhoe menarik Malia dan mencelupkan kedua tangan Malia ke dalam bak yang terisi dengan air yang cukup panas.

"Hiks tolong lepaskan,," Malia memohon agar Jhoe bisa melepaskannya, tapi percuma Jhoe bahkan lebih menyakiti Malia. Menurut Jhoe dia lebih suka mainannya yang sekarang ini di bandingkan yang lainnya yang cepat tumbang.

"Menagislah Malia, aku suka melihat kau tersiksa ayo menangislah dengan keras." Ujar Jhoe yang memegang lengan Malia agar kedua tangannya tetap berada dalam air.

Malia baru mengerti, sebaiknya dia tidak melawan sekaligus tidak memberikan reaksi apapun jika Jhoe bersama dengannya. Anggap saja dirinya sudah mati rasa, melihat Malia tidak meringis seperti tadi Jhoe menjambak rambut Malia agar dia bisa mendengar teriakan Malia tapi tetap sama saja. Yang ada hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya Malia tanpa suara isakan.

Jhoe tidak mengerti kenapa Malia tidak menangis atau merasa kesakitan, Jhoe meninggalkan Malia dengan pintu yang di kuncinya dari luar.

Setelah Jhoe pergi barulah Malia bisa melepaskan segalanya, tangis yang menyedihkan, tangis yang berharap seseorang akan membawanya pergi dari siksaan pria sakit jiwa.

Jhoe tidak tahu jika ponselnya terjatuh saat dia menarik Malia tadi, dengan cepat Malia mengambilnya dan untung saja ponselnya tidak di gunakan kata sandi sebagai pengaman.

Malia punya satu teman pria tapi tempat tinggalnya cukup jauh dari rumahnya Malia, Malia juga tidak tahu alamatnya Jhoe ada di mana.

"Daniel, tolong Malia. Malia di jadikan sebagai jaminan oleh kakaku, Malia tidak tahu sekarang ada dimana! Mungkin saja Daniel kenal dengan seseorang yang bernama Jhoe Richman." Ketik Malia pada ponselnya Jhoe, dengan cepat Malia menaruh ponselnya ke tempat yang tadi.

Pintu di buka kembali, menunjukan pemandangan seorang Jhoe dengan handuk berwarna putih yang ada di tangan kirinya.

"Dimana ponselku?" Berusaha menjebak Malia dengan pertanyaanya. Kesal karena Jhoe selalu sesuka hati. Malia tidak menjawab karena takut salah langkah, saat akan bertanya kembali Jhoe melihat ponselnya berada di lantai.

"Mandilah dan kau akan ikut denganku." Titah Jhoe bersamaan dengan lemparan handuk tepat di wajah Malia,
"Hm.." Malia dengan singkat yang berjalan kearah pintu untuk menutupnya.

"Aku menyuruhmu mandi, kau akan kemana?" Jhoe sedikit kesal, "Bagaimana bisa aku mandi dan pintunya tidak di tutup." Jelas Malia pada Jhoe dengan suara pelan, Jhoe tertawa dengan tampang bodohnya.

"Oh iya aku lupa, kau bonekaku dan hanya aku yang bisa melihatnya bukan orang lain!" Balas Jhoe yang membuat Malia kaget setengah Mati.

Bagaimana bisa Malia mandi dan akan di perhatikan oleh seorang pria yang bukan siapa siapa dari Malia.

Jhoe tahu Malia tidak akan mungkin melakukanya, karena ada pertemuan penting Jhoe meninggalkan Malia sendirian di dalam kamar mandi.

Malia di ajak Jhoe pergi dengan mobil miliknya, Jhoe hampir saja tidak bisa berkedip ketika melihat Malia dengan gaun putih dengan beberapa balutan kain warna peach dan di jadikan syal di kedua tangganya.

Malia berjalan dengan menahan sakit bukannya dia tidak tahu menggunakan hels, tapi luka di kakinya masih belum kering di tambah luka baru di tangganya.

Malia berjalan sebisa mungkin agar tidak ada yang memperhatikan dirinya sedang terluka. Malia terkejut melihat pemandangan gedung yang ternyata adalah peresmian Galeri salah satu temannya, Jhoe menyuruh Malia agar dia memberikan senyuman paling manis dan juga bergandengan tangan dengan Jhoe kemanapun mereka berdua pergi selagi di acara.

Jhoe mengajak Malia untuk menyapa temannya yang menyelenggarakan acar tersebut.

"Halo Bhi, selamat atas kerja kerasmu." Ujar Jhoe dengan senyum dan juga tawa lepasnya, Malia yang melihat itu tidak merasa jijik dengan Jhoe.

"Dasar pria bermuka dua, apa tidak ada yang tahu jika dia itu iblis." Gumam Malia dengan senyum yang di buat buat, Jhoe memanggil Malia dan memperkenalkan Malia kepada Bhian sahabat kecilnya.

"Bhi, aku menitipkan Malia sebentar aku akan segera kembali." Tukas Jhoe sebelum pergi memeluk Malia agar semua orang tahu mereka pasangan serasi.

"Bertahanlah sebentar, kau akan melihat sisi baik dari Jhoe.." Ucap Bhian pada Malia tanpa melihat ke arah Malia agar Jhoe tidak curiga.

"Benarkah, dengan apa yang dia lakukan terhadapku!" Balas Malia tidak santai karena Bhian tidak tahu apa yang Malia rasakan.

Malia dan juga Bhian banyak bicara, Jhoepun kembali dengan wajah seperti biasa, kemana senyumnya yang seperti bak seorang malaikat.

Jhoe menarik tangan Malia dengan paksa tanpa pamit dengan Bhian. Malia tidak bisa menyeimbangkan langkah Jhoe yang begitu cepat sehingga salah satu hels Malia lepas di pintu keluar gedung.

Bagaikan Cinderella, Malia berjalan dengan pincang kearah mobil karena tidak diberikan kesempatan untuk mengambil sebelah helsnya kembali.

Entah apa yang terjadi sehingga Jhoe pergi dengan tergesa gesa seperti itu.
"Jhoe akan melakukan apa yang dia inginkan, karena mantan kekasihnya yang meninggal karena berkorban demi keluarganya." Malia teringat dengan apa yang di katakan oleh Bhian

Jhoe dulunya pria yang baik hati dan juga penolong sebelum menjadi pria kaya raya, Jhoe punya dendam atas kematian kekasihnya yang merupakan saudara satu ayah dengan Malia. Imelda, Malia tidak tahu jika Dia juga mempunyai saudara yang tidak dinikahi ibunya oleh ayahnya.

Jaminan hidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang