Part 3

1.4K 47 0
                                    

"Hai Callysta" sapa seseorang dari belakangku, ya sekarang aku sedang menunggu om Rylan menjemput.

"Eh hai"

"Belum pulang?" Tanya Vanno.

Aku menganggukkan kepalaku "um maaf ya soal kemarin" ucapku pelan.

Vanno tertawa kecil "haha gapapa kali santai aja"

"Okee deh kalau gitu"

Sudah 13 menit aku mengobrol dengan Vanno, sekalian nunggu om Rylan yang belum datang juga.

"Jemputan belum dateng? Apa mau pulang sama gue aja?" tawarnya.

Kulihat mobil audi r8 om Rylan masuk ke pekarangan sekolahku "makasih Van tapi gausah gue udah dijemput" kataku menunjuk mobil om Rylan yang lewat didepanku dan Vanno, dia membuka kaca pengemudinya menatapku dengan arti menyuruhku agar masuk "sekali lagi makasih ya udah nemenin gue, kalo gitu gue pulang duluan ya" pamitku ke Vanno lalu berlari kecil menghampiri om Rylan.

"Lys" panggil Vanno.

Aku menolehkan kepalaku kearah belakang tepat dimana Vanno berdiri, dia menghampiriku "ini buat lo" ucapnya mengasih kotakkan kecil dan pita kecil sebagai hiasannya.

Aku mengeryitkan dahiku "sebagai ucapan terimakasih, karena lo temen pertama gue disini sama kemarin udah ngasih tau kelas gue" aku terterkekeh mendengarnya.

"Lebay banget sih, haha Thanks ya" setelah mengucapkan kata itu aku menghampiri om Rylan yang masih setia menuggu.

Aku duduk dikursi belakang penumpang, om Rylan menengok kearahku "ngapain kamu dibelakang?" Tanyanya.

"Saya bukan supir kamu, sekarang pindah ke depan" tambahnya, aku mengikuti perintahnya memindahkan tubuhku kedepan tanpa lewat pintu. Dia hanya menggeleng geleng melihat tingkahku yang bisa dibilang 'konyol'.

"Kita mau kemana?" Tanyaku menyadari arah yang kami tuju bukan arah kerumahku. Om Rylan diam tidak menjawab pertanyaanku, 'Sabar. Sabar. Sabar' ulangku dari dalam hatiku.

Aku melepaskan sabuk pengamanku ketika kami sampai dipalataran gedung pencakar langit mungkinkah ini kantornya? Aku mengikuti Om Rylan dari belakang memasuki gedung megah yang didepanku.

Aku membalikkan tubuhku berjalan menuju lift, beberapa orang melirikku dari atas sampai bawah, kebanyakan dari karyawan wanita memandangiku tatapan membunuh.

Aku sampai diruangan om Rylan di langai 12, aku masuk dan terperangah dengan suasana ruangan ini, ya sekarang aku sedang diruangan om Rylan yang bernuansa warna hitam dan putih. Ruangan ini beraroma maskulin, demua tertata dengan rapih dan bersih. Om Rylan menyuruhku duduk di sofa panjang yang ada di pojok sudut ruangan ini, bisa terlihat jalanan Jakarta yang padat dari kaca ruangan om Rylan.

"Tok tok tok" bunyi ketukan pintu, kudengar om Rylan menyuruh seseorang untuk masuk.

"Anda memanggil saya Sir?" Tanyanya memberi hormat ke om Rylan.

"Duduklah" perintah om Rylan mempersilahkan orang itu untuk duduk.

Aku yang merasa bosan menyalakan televisi yang didepanku dan menyibukkan diriku untuk memainkan gadget milikku. Teringat sesuatu, aku mengambil tas sekolahku, mengeluarkan kotakkan yang dikasih Vanno disekolah tadi.

Aku membuka kotakan itu, didalamnya ada biskuit oreo bits matcha. Aku mengambil biskuit dan memakannya.

Aku merasakan ponselku bergetar, segara kuambil ponsel dari saku seragam yang masih melekat ditubuhku. Aku menyipitkan mata, tertera di layar ponselku nomer yang belum ada di contacts mengirim pesan.

RylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang