Bab 4

20 5 0
                                    



Ternyata dugaan Jaehyun salah. Matanya menyipit ketika sinar matahari menyentuh wajahnya. Ia langsung tersadar dari tidurnya meski sebenarnya masih malas untuk bangun. Jaehyun melihat perempuan yang sedang membuka tirai jendela dan menyadari Yerim berdiri di sana, sedang tersenyum.

Jaehyun masih lelah dan rasanya ingin kembali tidur, namun Yerim duduk di pinggir kasur sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jaehyun. Memaksanya untuk bangun. Jaehyun awalnya tidak percaya, hingga ia yakin Yerim ternyata masih bersamanya. Perempuan itu sekarang di sini. Sisi egoisnya menyatakan jika ia cukup lega karena tidak terjadi apa pun pada Yerim.

"Ayo bangun, Jeff. Aku sudah menyiapkan bubur untukmu."

Jaehyun langsung bangkit begitu mendengar suara Yerim. Perempuan itu mengusap pipi Jaehyun dengan lembut. "Sepertinya kau kelelahan, ya, mengerjakan tugas kuliah?"

Jaehyun menyentuh tangan Yerim yang memegang pipinya, seakan tidak membiarkan tangan itu lepas begitu saja. Sungguh Jaehyun ingin selalu seperti ini. Jaehyun tidak ingin kehilangan Yerim, benar-benar tidak ingin.

"Was ist los, ada masalah apa?" Yerim bertanya dengan khawatir. Jaehyun tampak tidak seperti biasanya. Dia sama sekali tidak tersenyum dan hanya menunjukkan raut wajah datar, seperti banyak hal yang sedang dia pikirkan.

Selama beberapa saat, Jaehyun sama sekali tidak mengubah posisinya. Tidak peduli pada Yerim yang terus bertanya dengan khawatir. Apa kemarin Jungkook tidak mengatakan apa pun pada Yerim? Kenapa semuanya berjalan seolah tidak terjadi apa-apa?

Apa pilihanku benar? Tadi malam Jaehyun sama sekali tidak bisa tidur. Ia sempat merasa bodoh pada dirinya sendiri karena menuduh Jungkook akan merebut Yerim darinya. Jika dilihat dari semua yang terjadi selama ini, Jaehyun merasa dialah yang merebut Yerim dari Jungkook. Ia yang seharusnya melepaskan Yerim, sehingga jika ia memaksakan diri untuk terus bersama Yerim, dirinya hanya akan menjadi perusak hubungan orang.

Meski kejadian itu sudah lama dan mungkin bagi Yerim, itu semua sudah tertinggal jauh. Tetapi tidak berarti bagi Jungkook. Pemuda itu masih mencintai Yerim sampai sekarang, dan yang Jungkook inginkan adalah Yerim. Jaehyun tidak menyangka akan secepat ini untuk kehilangan Yerim. Lebih baik, ia melepaskan Yerim untuk Jungkook, sahabat barunya.

"Kenapa―" Yerim tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jaehyun. Pemuda itu melepas tangannya dan pergi ke kamar mandi tanpa berbicara sepatah kata pun.

Yerim khawatir telah terjadi sesuatu pada Jaehyun. Ia menunggu Jaehyun keluar kamar mandi dengan cemas, memainkan jemari tangannya. Yerim langsung menghampiri Jaehyun begitu pemuda itu keluar. Jaehyun tersenyum agar Yerim tidak mencemaskannya seperti itu.

"Jeff..."

"Tolong jangan menemuiku untuk beberapa waktu."

"Apa maksudmu?" Yerim benar-benar bingung menghadapi situasi ini. Ia tahu benar bagaimana Jaehyun. Jika dia bersikap seperti ini, itu artinya sedang ada masalah serius yang terjadi.

"Aku tidak apa-apa." Jaehyun berkata sebelum Yerim kembali bertanya. Meski Jaehyun tersenyum, namun matanya tidak.

"Jangan katakan pada siapa pun tentang hubungan kita selain Wendy." Untunglah, hanya Wendy yang tahu hubungan ini selain kedua orangtua Yerim.

"Jeff..." Yerim tidak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya Yerim ingin bertanya maksud Jaehyun mengatakan 'jangan katakan pada siapa pun tentang hubungan ini'. Memangnya selama ini mereka menjalani hubungan diam-diam, perselingkuhan, yang tidak ada korelasinya sama sekali?

"Aku ingin sendiri." Itu adalah cara paling halus untuk mengusir Yerim. Meski tidak tega melihat wajah sedih Yerim itu, Jaehyun tidak bisa berbuat apa-apa. Cepat atau lambat, ia akan kehilangan Yerim.

Winter Wish in ViennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang