" Heh kenapa masih disini? " tanya dia saat aku tak kunjung beranjak dari tempatku. Yakali mau pulang kerumah tiba tiba minta nikah.
Sarap emang.
" Ogah gw, ngapain gw nurut sama orang ga ada otak kaya lu " aku mengomel, aku bahkan tidak ada niat untuk ikut dia kesini, kenal enggak. Baru juga ketemu ngajak ribut, ngemaki, nyuruh nyuruh, marah marah, seenaknya lagi. Padahal sehari aja belum ni hidup udah berasa berubah menjungkir dari biasanya.
Gak masuk akal emang. Punya abang juga gak pengertian banget, maen percayain adiknya sama orang kaya gini." Kamu gak mau? " tanyanya.
" Ya jelaslah gak mau, lu tanya aja sama orang lain mana ada yang mau kalo tiba tiba kek gini. Kenal lu juga kagak. Maen ngajak nikah aja "
" Ohh berarti kalo gak tiba tiba kamu mau? " ucap dia sambil menaik turunkan alisnya.
" Haduhh gw butuh dokter pribadi, kayaknya darah gw naik dengan drastis " ucapku gereget seraya ingin mencakar wajahnya." Yaudah lupain, balik kerja!! " ucapnya kemudian dia langsung duduk dimeja kerjanya, aku menatapnya melongo saat dia kembali bergelut dengan pekerjaannya dan seakan lupa apa yang terjadi. Susah ditebak ni orang. Tapi aku bernafas lega karna dia tidak jadi kerumahku.
Aku tidak tau apa fungsi ku disini, pasalnya aku hanya duduk diam memperhatikan hal yang membosankan. Aku biasanya memaikan handphone ku saat dalam keadaan seperti ini, tapi sekarang tidak bisa karna si es mengambil handphone ku dan dengan sok keren dia bilang ' kalau lagi kerja jangan main handphone ' padahal apa pekerjaanku disini? Duduk diam? Aku terlihat seperti orang yang memprihatinkan dengan plonga plongo tidak jelas seperti ini.
Ah gilang, sekarang aku tau apa yang kamu rasakan. Dan aku mengakui kamu sangat menyedihkan karna terikat hubungan dengan orang ini. Tapi sekarang kamu beruntung tidak disini." Ada apa denganmu? " ucap dia tiba tiba, aku langsung menatapnya dan memberikan tatapan bertanya.
" Apa yang kamu lakukan? Kamu seperti orang yang sedang meratapi nasib " lanjutnya.
" Iya gw lagi meratap kenapa gw bisa terjebak sama orang kaya lu " ucapku.
" Yasudah lanjutkan! Tapi saya pikir kamu terlihat lebih bodoh saat seperti itu " Aku langsung menatapnya tajam sedangkan dia malah kembali sibuk dengan pekerjaannya." Hey bodoh, saya ada rapat penting sekarang. Dan kamu tunggu disini " ucap dia tiba tiba berdiri dari duduknya.
" Siapa yang lu panggil bodoh? "
" Kalian orang orang rajin, tolong jaga si bodoh ini disini ya " bukannya menjawab pertanyaanku dia malah berkata seperti itu kepada karyawannya yang bersama kami.Tapi jika seperti itu bukankah aku yang dia panggil bodoh?
Aku menghampiri karyawannya dan bertanya apa yang bisa ku bantu, tapi mereka malah menyuruhku duduk diam kembali. Alasannya perintah bos aku tidak boleh menyentuh pekerjaan apapun. Lalu untuk apa disini? Jadi orang pajangan?
___________________________________Sekarang sudah saatnya untuk pulang, dan semua karyawan sudah membereskan mejanya masing masing.
" Heh yang lain udah mau pulang " ucapku.
" Terus? " tanya dia datar.
" Gw kapan pulangnya? Udah malem ini lu gak bakal nyulik gw kan? " ucapku.
" Apa gunanya nyulik orang nyusahin kaya kamu, dah sekarang pulang. Beresin dulu ini. Saya duluan " ucapnya lalu pergi meninggalkan aku dengan segala keberantakan yang dia ciptakan. Dan beberapa saat kemudian dua karyawan yang berada diruangan ini juga pulang dan meninggalkan aku sendirian membereskan semuanya.Setelah membereskan berkas berkas dan menyimpannya aku langsung keluar dari kantor ini untuk pulang. Tapi saat berada di pintu aku langsung menyadari sesuatu.
" AAAAA GW BALIK GIMANA? INI DIMANA? ABANGGGGGGG GW DITINGGALIN SAMA SI BEGO. ABANG JEMPUT GW " Aku menangis dengan menghentak hentakkan kakiku didepan kantor ini, tidak perduli dengan orang yang masih berada disini dan menatapku aneh.Aku pusing memikirkan bagaimana nasibku sekarang. Handphoneku masih dipegang si es itu. Aku lupa memintanya kembali. Saat aku menagis tiba tiba ada mobil yang berhenti tepat didepanku dan suara tawa seseorang.