15

1 1 0
                                    

Aku melihat penampilanku dari cermin. Baju yang indah, kerudung panjang, dan wajah yang dipoles make up sederhana. Aku tidak menyangka hari ini akan datang begitu cepat.

Sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri. Naira anak bunda yang manja, anak kesayangan ayah. Akan jadi seorang istri. Jika nanti aku menikah. Apa masih bisa aku bersikap manja pada bunda, apa masih bisa aku merengek pada ayah. Dan apa aku masih bisa jika bergantung pada bang angga. Meski kami sangat sering cekcok tapi aku sangat sangat bergantung pada bang angga, aku sangat dekat dengan bang angga. Apa aku masih bisa memeluknya saat aku merasa tertekan.

" Subhanallah cantiknya neng naira " ucap bu santi menarikku untuk sadar dari pikiranku. Bu salma adalah orang yang meriasku, aku tersenyum menanggapi ucapannya.

Pintu kamarku terbuka menampilkan ica dan salma yang langsung memelukku.
" Akhirnya adek ipar gw melepas status jomblo berkaratnya " ucap ica.
" gw kira bakal gw duluan yang nikah,, eh lu main serobot aja " tambah salma.
" Lepasin engap, gw ngga bisa nafas bego " aku mengeluh karna mereka memelukku sangat erat.
" Neng naira, kan udah ada temennya ibu mau pamit kebahawah ya " pamit bu santi dan diangguki oleh kami.

" Haduhh sedih gw, sekarang tinggal gw sendirian yang jomblo " ujar salma.
" Gw denger lu lagi deket sama bang dafa karyawannya si es ya? " ucapku
" Udah mau jadi suami juga masih manggil si es lu " ucap ica.
" Bodo "
" Ya emang kenapa kalo gw deket sama si dafa, orang dia sodara gw " ucap salma membuatku dan ica terkejut.
" Ihh ko lu gak bilang sih ma, pengantin prianya bisa diganti gak. Kayaknya gw mau sama bang dafa aja deh " ucapku
" Duh tau gini gw nyesel dah nikah kecepetan, gw menyia nyiakan satu lelaki tampan yang sedang menjomblo " ucap ica lalu salma menjitak dan memukul kami berdua.
" Sada elah, lu udah nikah dan lu bentar lagi jadi bini orang. Jangan kaya tante tante gatel lu berdua "

Tiba tiba pintu kembali terbuka menampilkan bunda dan bang angga.
" Ra, kamu siap siap. Gio sudah datang " ujar bunda " Salma Ica, nanti kalian dampingi ira turun ya " lanjut bunda kemudian kembali pergi.
" Bunda kemana? " tanyaku.
" Kebawah nemenin ayah " ucap bang angga aku menunduk pasalnya aku ingin ditemani juga oleh bunda.

" Udah kenapasih, lagiankan sama bunda sama ayah udah manja kemaren. Sekarang giliran abang " ucap bang angga menghampiriku.

Suara mic terdengar, seseorang sedang melantunkan ayat ayat AL-QUR'AN. Dari suaranya itu seperti si es. Tidak lama kemudian terdengar suara ayah yang membuatku langsung tegang. Aku sangat gugup, hingga tanpa sadar menggenggam tangan ica dan salma kuat. Terlebih saat terdengar kalimat.

" Saya terima nikahnya Naira anggiana binti azka dengan mas kawin tersebut tunai " Pak gio mengucapkannya dengan tenang tapi lancar dan sangat tegas. Entah apa yang aku rasakan sekarang. Aku bingung dengan perasaanku, rasaku bercampur. Sekarang aku harus menerima orang baru dalam kehidupanku, orang baru yang sekarang berstatus sebagai suamiku.

Entah kenapa air mataku luruh begitu saja. Bang angga menghampiriku dan menghapus air mataku, lalu dia memelukku. " Cumi gw sekarang udah jadi istri, apa gw masih bisa meluk lu kaya gini? Apa gw masih bisa jadi tempat bersandarlu? Dari kecil gw udah biasa hidup sama lu ra. Ayah, bunda yang selalu ngga ada dirumah bikin gw kesel. Tapi gw punya lu buat jadi semangat gw. Gw udah biasa sama keributan yang sering lu ciptain. Apa nanti gw bisa kalo ngga nemuin lu dirumah. Rumah bakalan sepi tanpa lu ra " ucap bang angga. " Sebelum gw kenal ica. Lu orang pertama yang bikin gw takut kehilangan. Lu orang pertama yang bikin gw takut kalo
bikin lu kecewa ra " lanjutnya membuatku menangis lagi. Tapi sempat semptnya aku bilang.
" Ah alay lu biawak "
" Yaelah ca, kalo nangis. Nangis aja ngapa sih, jangan ngatain juga lagi momen terharu ini " ucapnya yang juga menangis.

Dia melepas pelukannya dan kembali menghapus air mataku.
" Lu jangan nangis, kalo make up lu luntur gw ngga bisa benerin " ucapnya, padahal dia juga menangis.
" Abang juga jangan nangis, emang ngga malu diliat istri " balasku dan menghapus air matanya juga.

NAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang