04

1K 134 19
                                    

Naruto dengan semangat memandu para dayang-dayangnya untuk menaruh barang dan perlengkapan lainnya di Pavilion barunya, bagi Naruto yang sekarang tentu saja baru karna ia tak mangingat atau memang tak tahu sama sekali ingatan dari Naruto lama.

Pavilion tempatnya sekarang sangatlah besar dan mewah, ia juga memiliki dayang yang berjumlah puluhan, Lingkungan pekarangannya di penuhi oleh bunga terdapat kolam dengan berbagai bunga teratai, terlihat indah dan cantik, pantas saja Naruko begitu menginginkannya.

Kiba menghampirinya berbisik pelan "Putri, anda diminta untuk hadir di aula kerajaan" Naruto menoleh lalu mengangguk menata rambut kuningnya sebentar, kemudian pergi dengan kiba yang senantiasa mengekorinya di belakang

Aula telah diisi oleh anggota kerajaan, seperti para putri, pangeran Mahkota, ibu suri dan Selir Saara. Tentu saja dengan Kaisar dan permaisuri.

Setelah sampai di hadapan Minato dan Kushina, Naruto membungkuk memberi hormat lalu kembali mundur untuk duduk di kursinya.

Merasa seluruh anggota kerajaan telah hadir, Minato berdehem membasahi tenggorokannya yang mendadak kering.

"Sesuai perjanjian antara kerajaan Uzu dan Konoha, bahwa putri bayangan akan dikirim untuk di jadikan salah satu calon selir bagi pihak kerajaan Konoha" Minato menghela nafas, menatap Naruto yang duduk tegak dengan mata yang membulat lucu.

"Tetapi karena beberapa waktu lalu putri Naruto mengalami sakit, Kerajaan memutuskan Mengirim Naruko, namun dilihat untuk sekarang Putri Naruto telah sembuh, pihak kerajaan memutuskan untuk mengirim mereka berdua ke kerajaan Konoha"

*****

Naruto mengacak-acak rambut pirang panjang keemasannya brutal "Sial sial sial, perjodohan kuno dan menjadi selir, berapa banyak pria itu memiliki selir, kenapa tidak cukup satu! Dan kenapa harus aku!"

Naruto menjatuhkan dirinya dengan kasar ke ranjangnya yang empuk, ia lalu berguling-guling kesana kemari seoerti bocah, setelah lelah, ia menatap Kiba yang senantiasa memperhatikannya

"Kiba! Apa ini bisa di hentikan?"

Kiba menatap Nonanya itu sejenak, lalu menjawab dengan ragu "Tidak Putri, tapi anda bisa menggagalkannya di pemilihan nanti"

Naruto bangkit dengan senyum lebar "Benar, aku akan memyerah di pemilihan nanti, atau aku akan gagal di setiap ujian nanti"

Beberapa hari berlalu, Naruto menatap kereta kuda di depannya drngan enggan, mengapa harus begitu cepat? Pada akhirnya Naruto Naik keatas kereta, diatas kereta sudah terdapat Naruko dan pelayannya yang kini menatap kearahnya dengan sinis, Naruto duduk di ikuti Kiba yang juga duduk di sampingnya, mengabaikan kedua orang didepan mereka, kecuanya mulai berbisik menyeseaikan rencana yang telah di persiapkan.

Perjalanan menuju kerajaan yang Naruto sebenarnya tidak ingat namanya, memakan waktu 3 hari hingga saat kereta kuda mereka memasuki gerbang kota memuju istana kerajaan, Naruto menintip keluar, kota ini terlihat makmur dan besar, pernak-pernik yang terjual di etalase-etalase toko terlihat cantik dan indah, Namun yang begitu menarik perhatiannya adalah sebuah tokoh yang seperti menjejalkan binatang di dalam kandang.

Naruto menatap Kiba, menyuruhnya untuk menghentikan kereta sebentar, setelah kereta telah berhenti sepenuhnya, Naruto melirik pada Natuko yang kesal dan turun dengan acuh tak acuh.

Jubah kuning pucatnya berkibar pelan tertiup angin, wajah cantik dan halusnya menarik pandangan semua orang.

Berjalan pada toko itu, Naruto berjongkok untuk melihat seekor rubah orange kecil dengan ekor yang banyak, Tangan lentiknya menggapai, rubah itu mendesis garang menghindari tangannya bergerak mundur.

Narutoenatapnya dengan cermat, pandangannya kini beralih pada kaki kecilnya yang  terluka, berdiri Naruto menatap Pria paru baya yang masih mematung di depan toko

"Berapa harganya?" Pemilik toko tersentak, lalu buru-buru menatap binatang yang di tunjuk Naruto

"Ini.. ini seharga 500 koin emas, karena rubah ekor sembilan ini adalah binatang langka" Naruto mengangguk, menyuruh Kiba untuk membanyar dan mengambil kandang binatang yang masih mendesis waspada

Kembali kekereta dan melanjutkan perjalanan Naruto dengan hati-hati mengeluarkan Rubah dari dalam sangkar kepangkuannya, memeriksa luka di kaki rubah, melihat rubah itu mencoba melawan, naruto mengelusnya menenangkan, meminta Kiba untuk mengeluarkan obat dan pembalut luka.

Setelah selesai membalut lukanya Rubah itu mulai diam dan tidur di pangkuannya, membuat Naruto tersenyum gembira.

"Untuk apa membeli rubah jelek itu, buang-buang koin emas" celetuk Naruko kesal, menatap Naruto drngan jijik.

"Koin emas itu juga milikku bukan milikmu kan?" Naruko diam, kesal.

Kereta kuda berhenti, Naruto mengintip melalui jendela, sebuah istana yang sangat mengah, apakah istana ini lebih kaya?





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Putri bayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang