Imagination

2.1K 171 74
                                    

"Apa yang kau lakukan?"

Lucas menatap Athanasia yang duduk disebelahnya dengan satu tangan menumpu dagu. Bibirnya melengkung, menunjukkan sedikit senyum.

"Melukis." jawabnya singkat.

Lucas kembali menatap hasil lukisan setengah jadi yang ada di atas kertas kanvas mini miliknya. Sebuah sketsa wajah seseorang yang sangat dikenalnya terlihat disana.

Tangannya dengan lihai menari, memberikan arsiran tambahan pada bagian-bagian tertentu. Memperlihatkan gambaran lebih jelas pada wajah seseorang yang tersenyum dari samping.

"Siapa dia?" Suara Athanasia kembali terdengar ditelinganya.

Gerakan pensil ditangannya terhenti sesaat. Kemudian, dia kembali menggerankannya lagi. "Kekasihku."

Tidak ada suara lagi.

Lucas mengerutkan kening, lalu mengangkat kepalanya menatap pintu masuk yang terbuka, sepertinya gadis itu kembali ke kelasnya. Selalu seperti ini. Athanasia akan pergi jika Lucas memberitahu siapa seorang gadis cantik yang selalu dia lukis.

Dilihatnya Ijekiel berdiri dipintu bersama Cabel dan beberapa temannya. Tangannya bergerak memantulkan bola basket milik club sekolah.

"Lucas, ayo main." Cabel berjalan melewati Ijekiel, lalu duduk santai dikursi depan meja Lucas.

Lucas mengerutkan kening, merasa tidak suka dengan apa yang dilakukan Cabel. "Pergi sana." Ucapnya ketus.

Cabel dan Ijekiel saling menatap. Sekolah bertukar pesan walaupun tanpa suara yang terucap dibibir mereka.

"Bulan depan ada pertandingan basket antar sekolah. Kau tidak ingin bertanding lagi?"

Lucas terdiam, tangannya kembali bermain di atas kertas miliknya. "Tidak tertarik."

Mendengarnya, Ijekiel dan Cabel kembali saling menatap. Lalu menghela napas pasrah karena sudah kesekian kalinya membujuk Lucas, dan selalu diakhiri dengan penolakkan.

Sore ini hujan seperti biasa di bulan Desember. Matahari yang awalnya cerah siang tadi, kini tertutup awan kelabu. Angin kencang mulai menari diudara, menyapu apapun yang ada di depan mata. Sesaat kemudian, hujan tiba-tiba mengguyur kota.

Seperti kelas dua belas pada umumnya, Lucas berdiri di depan pintu keluar sekolah dengan malas. Hari ini dia pulang lebih lambat, mendekam lebih lama di sekolah karena ada kelas tambahan. Mengingat sebentar lagi dia akan mengikuti ujian kenegaraan sebagai salah satu seleksi kelulusan.

Tatapannya jatuh pada dua orang siswa dan siswi yang berjalan menembus hujan dengan satu payung. Berlari kecil saling bersisian. Sebagian seragam mereka basah karena tidak sepenuhnya terlindungi payung. Walaupun begitu, keduanya terlihat bahagia karena tertawa satu sama lain.

Dia mendongakkan kepala, menatap langit yang tak henti menitikan air mata. Kakinya masih terpaku disatu tempat, meragu untuk menerjang hujan, mengingat rumahnya jauh dari sekolah.

"Kenapa masih disini?" Suara seseorang yang dikenalnya terdengar dari belakang.

Lucas menolehkan kepala, menatap Athanasia yang berjalan dengan sebatang coklat ditangannya. Sepertinya kelasnya baru selesai. Dia dan gadis bersurai pirang ini memang berbeda jurusan. Lucas memilih sosial karena dia akan melanjutkan usaha orang tuanya, sedangkan Athanasia memilih sains karena cita-citanya menjadi dokter.

"Hujan,"

Dilihatnya Athanasia mengerutkan alisnya. "Sudah kubilang sekarang musim hujan. Jangan tertipu dengan matahari pagi! Sore hari akan hujan lagi. Jadi kau harus selalu membawa payungmu."

Imagination (Oneshot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang