WORK VI

45 8 1
                                    

      Depan teras rumah serasa segar karena udara pagi hari masih belum terkontaminasi dengan asap kendaraan. Eren berdiam diri di salah satu set kursi dan meja sambil mengotak-atik tabletnya. Karena ini hari ini kuliah sedang libur dengan senang hati Eren akan berkutat dengan game favoritnya yaitu Petarungan Raksasa. Bisa dibilang Eren adalah penyuka anime. Apalagi kalau bersangkut dengan karakter kesukaannya. Tentu saja Eren belum mandi. Dia memiliki memo 'Hari libur berarti mandi itu tidak wajib'. Carla mengangkat tangan menyerah. Biarkan saja seperti itu asal Eren menyikat gigi.

Eren mendumel kesal saat seseorang menelphone nya. Tidak ada nama yang tertera hanya nomer saja. Dengan berat hati ia mengangkat panggilan tak dikenal tersebut.

"Halo, ini dengan siapa ya?" Ucapnya dengan sopan. Walaupun didalam hati ia mengumpat kotor. Lalu ia membelalakan matanya dan juga mengorek kupingnya. Ia sangat mengenal suara ini. Eren yakin bahwa suara ini milik teman masa kecilnya, Mikasa Ackerman.

"Iya, Eren. Bagaimana kabarmu? Lama tidak ngobrol." Tanya Mikasa Ackerman sangat kalem dan senyum tipis kebahagiaan. Akhirnya Mikasa bisa mendengar suara yang dirindukannya.

Mikasa Ackerman. Perempuan manis dengan mahkota hitam sebahu dan bermata hitam pekat. Bibir merah merona dihiasi lipstik yang kilap. Ia adalah teman masa kecil Eren dan Armin. Sejak umur 10 tahun mereka berpisah. Mikasa harus ke Jepang untuk mengunjungi kakeknya yang sedang sakit. Dan mereka benar-benar lost contact. Mikasa tidak tahu nomer Eren. Tetapi saat ini Dewi fortuna berpihak kepadanya.

"Tunggu, kau dapat nomerku darimana?" Tanya Eren curiga. Pasalnya ia tidak menyebar nomernya ke orang lain. Dia dan Mikasa sudah lama tidak bertemu

"Aku meminta ke Armin. Tadi aku ke rumahnya." Jawab Mikasa.

Bagus sekali. Ke rumah Armin hanya untuk meminta nomernya. Ya, tidak salah sih. Mereka berbincang lewat telephon dan Mikasa mengajaknya untuk jalan-jalan. Armin pun juga ikut. Besok mereka akan bertemu pukul 9 pagi.

Eren meletakkan ponselnya di meja depan televisi. Dan duduk bersandar. Ibunya mendekatinya sambil memberikan kue kering. Benar-benar ibu idaman semua orang.

Carla melihat putranya sedang berbicara dengan seseorang perempuan lewat telephone. Eren yang mengetahui gelagat ibu yang sepertinya mengira Eren mempunyai pacar itu ditepis. Dia masih tidak memikirkan hal romansa seperti itu.

"Tadi Mikasa yang menelphone, bu. Ingat kan?" Eren menunjukkan foto Mikasa kepada Carla. Betapa terkejutnya dia melihat Mikasa yang tumbuh dewasa dengan wajah cantik.

"Sudah lama ibu tidak melihat kalian bersama-sama. Kalian cepat sekali tumbuh besarnya" Eren mengangguk. Tidak terasa kini dia sudah besar.



     Pada keesokan harinya tepat pukul 9 pagi di musim panas, Eren memakai kaos oblong dan celana dibawah lutut. Dia akan pergi ke taman. Tempat berkumpulnya Mikasa dan Armin. Saat datang disana mereka sudah duduk santai. Eren segera mendekati mereka.

"Kau telat, Eren" Ucap Mikasa.

Hari ini Mikasa memakai dress selutut dengan motif bunga matahari. Dress tanpa lengan tersebut memperlihatkan lengkuk lengan nya yang putih dan mulu. Sedangkan Armin sama seperti Eren. Tetapi dia memakai kemeja biru langit dan celana oblong warna coklat.

Mereka duduk di bangku sambil menatap langit biru yang mengeluarkan nafas panas. Hanya duduk saja membuat mereka berkeringat, apalagi beraktivitas.

"Bagaimana kalau kita membeli es krim?" Usul Armin. Dia sudah mulai kepanasan. Mukanya sudah memerah begitu juga dengan Mikasa.

"Ide bagus. Hmmm, bagaimana kalau kita bikin es krim di rumah? Ibuku ingin bertemu denganmu Mikasa. Jadi ke rumahku saja sekalian reuni"

Hal itu disetujui. Mereka akan ke rumah Eren. Mungkin sampai sore. Lagipula Mikasa sudah ijin dengan orang rumah kalau dia pergi dengan Eren dan Armin. Sudah lama tidak bertemu, masa hanya waktu singkat mereka menghabiskan waktu bersama.

Bunyi pintu kayu dibuka. Muncul lah sahabat karib di dalam rumah. Mikasa terperangah. Ia tidak tahu kalau sekarang rumah Eren dirubah cafe. Lebih luas dan banyak meja-kursi yang indah. Mikasa memandangi perabotan itu dengan intens. Sesekali ia menyentuh.

"Ara, Mikasa?" Tiba-tiba Carla keluar dari dalam sambil membawa bak yang berisi pakaian yang hendak menjemurnya.

Mereka saling berpelukan. Carla sangat pangling dengan perubahan Mikasa yang saat ini berubah drastis. Rambutnya sebahu, bulu mata lentik serta bibir merah dan tipis. Mikasa sungguh cantik didepan Carla.

"Ya, Tuhanku. Kamu sungguh cantik sekali. Kau tahu, Bibi selalu memikirkan keadaanmu selama ini. Bagaimana dengan di Jepang?"

Carla menuntuk Mikasa untuk duduk berhadapan di bangku cafe dan memulai berbincang dengan berbagai pertanyaan.

"Oh ya, Eren. Bisakah kamu menjemur pakaiannya? Itu semua didominasi bajumu saja".

"Ahhhh, ibu. Eren kan mau bikin es krim" Tolak Eren. Ia malas menjemur pakaian itu karena sangat panas. Nanti ia berkeringat lagi. Dengan terpaksa, Eren ke lantai atas untuk menjemur semua pakaian sialan itu.

"Aku akan membantu Eren" Mikasa mengikuti Eren. Karena ini adalah kesempatannya unuk berduaan dengan nya.

"Eren...". Eren menoleh saat dipanggil Mikasa.

Eren mendumel sambil memasang baju di hanger lalu menaruhnya di tali. Lalu, Mikasa muncul di hadapannya. Kulit putihnya tambah bersinar terpapar sinar matahari.

"Aku akan membantumu" Mikasa mengambil bagiannya.

"Kau tunggu saja didalam. Cuacanya panas kau, tahu? Nanti kulitmu bisa coklat".

Mikasa paham kalau Eren tidak ingin ia membantunya. Tetapi bukankah kalimat yang diucapkan oleh Eren itu sungguh perhatian. Muka Mikasa memerah. Eren yang melihat itu agak terkejut.

"Kau sakit, mikasa? Lebih baik kau masuk ke dalam saja" Eren menarik lengan Mikasa dan dia menolak.

"Aku tidak apa-apa kok. Ini sudah biasa karena panas. Cepat selesaikan sekarang dan kita akan makan eskrim"

Eren mendehem saja. Lebih cepat lebih baik. Karena terlalu lama berpanas-panasan membuat kepala pusing. Itu kata Armin sih.

Saat mereka sudah menyelesaikan pekerjaan rumah itu, mereka disuguhi eskrim yang sudah tertata rapih diatas mangkok gelas bening. Eren langsung menerjang eskrim di mangkok yang lucu itu.

"Aku dan bibi Carla menyiapkan semua ini. Jadi kalian tinggal duduk dan makan. Ayo...."

Mereka memakan eskrim sambil mendengar kisah Mikasa yang selama ini tinggal di jepang. Suasana yang dirindukan oleh Eren.

Bersambung~

YES, CHEF!Where stories live. Discover now