Pagi yang indah. Cuaca begitu cerah dan hangat. Meskipun masih terasa hawa dinginnya, tapi tidak masalah. Di Islandia, dapat merasakan hangatnya panas matahari saja sudah membuat hati berbunga. Kebetulan hari ini hari libur Di hari libur ini, lebih baik dihabiskan untuk beristirahat. Tapi tidak bagi para pecinta sepak bola.
Hari ini ada sebuah derby di Islandia. Di sebuah Stadion, suasana cukup ramai. Sebuah pertandingan sepak bola di liga Islandia yaitu Úrvalsdeild akan tersaji beberapa saat lagi. Dengan mempertemukan Knattspyrnufélag Hafnarfjörður dengan Knattspyrnufélag Sauðárkrókur, ini adalah salah satu tontonan masyarakat Islandia di akhir pekan. Knattspyrnufélag Hafnarfjörður dan Knattspyrnufélag Sauðárkrókur adalah klub rival di Úrvalsdeild. Terlebih saat ini kedua tim memiliki pemain-pemain yang hebat dan berbakat. Derby ini juga termasuk derby terpanas di Islandia.
Mikkael Runarsson adalah kapten dari KS Sauðárkrókur. Ia bermain di posisi sayap kanan. Mikkael adalah sosok inti dalam klub ini. Sedangkan Aron Josepsson adalah kapten KS Hafnarfjörður. Aron bermain di posisi bek tengah. Mereka berdua adalah rival di klub maupun di luar klub. Lebih tepatnya, Aron yang menganggap Mikkael adalah rivalnya.
Mikkael tersenyum kala mereka saling berhadapan dengan wasit. Aron membuang wajahnya. Ia sangat membenci Mikkael hanya karena Mikkael lebih prestisius dibandingkan dirinya. Setelah tos, mereka kembali ke formasi masing-masing. Tapi sebelum itu, Aron lebih dulu melampiaskan kebenciannya.
"Semoga kalah. Tim lo sedang tidak diperkuat Birkir. Striker kesayangan pelatih lo!" Aron tersenyum miring. Meremehkan Sauðárkrókur. Sekadar info, Birkir Gislason adalah striker yang menjadi sumber gol Sauðárkrókur. Saat ini ia tengah mengalami cedera angkle dan harus absen selama 5 bulan.
Kick-off pun ditiup. Mikkael yang semula merasa sangt siap, tiba-tiba saja merasakan getaran yang hebat kala harus menggantikan posisi Birkir. Mikkael sudah terbiasa bermain di sayap kanan, dan ini pertama kalinya ia harus bermain di posisi striker. Benar-benar mengerikan!
Sedangkan Aron, ia sangat menguasai lini belakang timnya. Berkali-kali bola ia rebut dari Gylfi Kristinsson yang merupakan gelandang serang Sauðárkrókur. Gylfi juga mengumpat kala ia ditekel keras oleh Emil Jonasson, rekan posisi Aron. Lebih parahnya lagi, tidak ada hadiah penalti ataupun kartu merah. Padahal tekel ini cukup keras dan berbahaya.
"Dasar anak mami!" ejek Emil setelah berhasil menekel kasar Gylfi.
"Lo yang anak mami! Bisanya main kasar! Cih!" balas Gylfi. Sebenarnya ia merasa sangat kesakitan akibat tekel, tapi hatinya jauh lebih sakit ketika diejek seperti itu. Jatuhnya seperti fitnah.
"Cih, baperan!" balas Emil lagi.
"LO!"
Melihat pertengkaran tersebut, wasit dengan segera menghentikannya. Pertandingan baru berjalan 25 menit, tapi pertengkaran sudah terjadi. Gylfi pun harus digantikan oleh Joel Bjanarson karena akibat tekel itu semakin parah.
"Pergi saja lo! Jauh-jauh dari sini! Gini doang mental anak Sauðárkrókur? HAHAHA!" Emil tertawa renyah kala menyaksikan Gylfi ditandu oleh tim medis.
Prit!
Kartu kuning untuk Emil.
"Sialan itu wasit!" Finnur Ólafsson, kiper Sauðárkrókur maju, berniat untuk protes kepada sang wasit.
"Sudah Fin, biarkan saja. Jangan marah. Anggap saja ini derby yang sesungguhnya," ujar Mikkael, menenangkan Finnur.
"Tidak bisa seperti itu dong, El! Ini sangat tidak adil! Apa si botak itu tidak punya mata? Jelas-jelas Gylfi dilanggar dengan kasar di kotak penalti! Hanya kartu kuning? Hebat! Hebat sekali!" sarkas Finnur yang sudah sangat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA CERITA BIASA
KurzgeschichtenHanya sebuah cerita biasa. Saya menulis apa yang tengah saya pikirkan. Bacalah jika kalian mau. Bacalah dan ambil hikmahnya. Bacalah... Rabu, 17 Februari 2021 2:46 wib