Hujan gerimis, payung berwarna kuning dan senyum manis itu yang membuat saya mengenal kata jatuh dan cinta
-Narendra Baratama-
Gerimis mengguyur ibukota sejak pagi, kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa baru di Universitas Adiyasa terpaksa di jadwalkan ulang. Seharusnya sejak jam awal dilakukan pelatihan baris berbaris yang di kawal oleh para TNI harus di ganti dengan pendidikan wawasan kebangsaan.
Narendra- salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi berkali kali mengerjapkan matanya yang rasanya sulit sekali untuk terbuka. Jika saja Naren duduk di bangku paling sudut dan paling belakang mungkin saja saat ini dia bisa memejamkan matanya. Ini semua gara-gara ketiga temannya yang dengan kurang ajarnya sengaja membuatnya terlambat.
Naren anak rantau, dia dan ketiga temannya berasal dari kota yang sama. Malang, kota yang melahirkan dan membesarkannya hingga dia bisa sampai jenjang perkuliahan ini. Naren memutuskan untuk merantau ke ibukota, alasannya ya karena dia bosan saja selama bertahun-tahun bersama dengan Renal, Haikal dan Seno. Tapi sialnya justru ketiganya juga mengikuti jejak Naren, diterima di satu universitas yang sama, satu fakultas, dan terakhir satu prodi yang sama.
Naren dan ketiganya memutuskan untuk berada pada satu kos yang sama. Ini ide Renal, karena katanya dia ini anak baru di kota Malang dan dia takut nyasar. Sedangkan Naren, memang abangnya tinggal di Jakarta dan sedang melanjutkan S2 nya di universitas yang sama dengannya juga.
Namanya Daren, Mahasiswa progam jenjang magister yang mengambil prodi yang sama juga dengannya. Anak radio kampus yang tiap hari suaranya dapat di dengar di kantin atau di tempat lain dalam kampus kecuali di dalam kelas.
Daren juga yang menyarankan Naren untuk tinggal di kos yang di tempatinya, katanya murah meriah, dan kebetulan ada empat kamar kosong. Membawa teman katanya dapat mengurangi uang sewa kamar, dan itu merupakan peluang besar bagi Naren. Jadi deh Naren mengajak ketiga temannya untuk lagi dan lagi berada di sekitar tempat tinggalnya.
Hari ini hari terakhir masa pengenalan lingkungan kampus. Gerimis rasanya masih tidak bosan menyerang ibu kota, meski kata abangnya ibu kota hampir tidak pernah di guyur oleh hujan beberapa bulan belakangan ini. Naren memandang bosan proyektor yang menjelaskan tentang peran penting wawasan kebangsaan itu, Naren tau, bahkan dia sangat tau.
Papahnya adalah tentara, setiap dia pulang bertugas, Naren selalu ditanya tanyai tentang kebangsaan, menghafal undang-undang, dan hal lainnya yang rasanya sudah di luar kepalanya.
Naren kembali menguap dengan sembunyi-sembunyi kemudian mengerjapkan matanya kembali. Ponselnya sejak tadi bergetar, pasti ketiga temannya sedang menertawainya yang menahan kantuk.
Bukan hanya penyampaian materinya yang membosankan, tapi memang gerimis adalah waktu yang sangat enak untuk tidur kan? Apalagi Naren ini punya hobi tidur. Dimana saja ketika dia mengantuk ya dia pasti tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick Boys [Na Jaemin]
FanfictionKata orang hidup belum lengkap sebelum ngerasain yang namanya patah hati -Haikal Patah hati itu banyak versinya, patah hatinya gue itu cewek yang gue suka ternyata suka sama sahabat gue sendiri -Naren Lagi pada fase dimana mau putus tapi sayang ban...