Part 01. #Peristirahatan

2.2K 270 26
                                    

Kepulan asap hitam mengelilingi pemakaman gersang tanpa rumput menghijau ataupun bunga lily menghias di kiri kanannya. Sosok bertudung hitam berdiri diantara asap hitam yang menari-nari menyapu ujung kepala hingga kaki yang keras.

Malam itu, sosok itu mendatangi makam baru di depannya yang dikebumikan pada sore hari yang mendung. Gelap malam tak menyurutkan emosi seseorang yang berkehidupan keras, namun sebuah nama yang mati di depannya adalah sebuah pengaruh hidup.

Earth tidak memiliki keluarga, ia ditinggal mati kedua orangtuanya sejak ia bisa berburu kelinci hutan pada usia sembilan tahun. Kuburan baru di depannya adalah adik perempuannya yang lumpuh karena sebuah penyakit yang mewabah di pemukiman.

Wajahnya mengeras setelah sebuah kenyataan menghujam hatinya. Dengan mata kepalanya sendiri, ia bisa menyaksikan bahwa adik perempuannya mati setelah kepala suku yang menuduhnya penyihir berbahaya memberi ramuan penghilang rasa sakit.

Earn sekarat, napasnya tersengal, bersamaan muntahan darah yang mengalir dari mulut dan hidung.

Earth yang baru pulang memanen lobak di hutan, mendapati pintu kayu rumahnya terbuka lebar. Di sana Tuan Sakda dan anak buahnya berdiri membelakangi Earn yang sedang sekarat.

"Apa yang sedang kalian lakukan!"

Keranjang bambu yang berisi lobak-lobak tua dijatuhkan bersamaan dengan emosi Earth yang meluap murka.

"Ternyata benar, kalianlah penyihir itu. Ramuan ini bisa mendeteksi aliran hitam yang mengalir pada setiap pembuluh darah manusia hidup."

Earth mengepalkan kedua tangan, mengeratkan gigi hingga gemeletuk, membuat panas dikepala. Ia menyembur masuk kedalam ruangan kayu itu, melampiaskan segala amarah pada apapun dan siapapun di sana.

Saat hendak mendaratkan sebuah pukulan pada Sakda, ia terpental jauh menabrak meja rotan yang hanya diam menyaksikan sebuah kepedihan.

Anak buah Sakda terkapar di dalam rumah itu, tetapi hanya Sakda yang tak dapat Earth sentuh walaupun ujung rambutnya. Sakda tertawa, ia tak terima jika kekuasaan yang ia bangun selama ini ternodai oleh sosok lain yang menganggu keuntungannya.

Earth kedapatan mengutuk hampir seluruh anak buah Sakda yang seenaknya memeras penduduk desa. Phapundao adalah desa kecil di lereng gunung, masyarakatnya terlalu takut untuk memberontak atau sekedar berkata tidak atas permintaan tuan Sakda yang berkuasa.

Hasil panen penduduk desa diminta cuma-cuma lebih dari setengahnya, sebagai timbal balik atas kebaikan Sakda yang selama ini membiarkan mereka hidup dengan aman. Jika tidak, maka Sakda akan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mengobrak-abrik apa yang selama ini penduduk simpan di lumbung.

Tak hanya itu, sebagai pelajaran, Sakda tak segan untuk membakar lumbung-lumbung padi yang pemiliknya sedikit saja berani untuk menolak memberikan setengah dari hasil panennya. Sakda kejam, namun tutur katanya disopankan. Earth yang mengetahui hal itu, diam-diam mengutuk anak buah Sakda yang mendatangi rumah penduduk.

Besok paginya, penduduk digemparkan dengan gulungan kain lusuh yang berbentuk manusia tergeletak di setiap pelataran rumah. Seketika semua ketakutan.

Tak banyak yang tahu bahwa Earth memiliki kelebihan ganjil. Tapi sejak kejadian itu, penduduk yang merasa ketakutan semakin terprovokasi oleh anak buah Sakda yang menyebarkan berita miring bahwa, Earth yang tak pernah berbaur, sebenarnya adalah penyihir berbahaya.

Banyak yang tidak percaya, namun kehidupan Earth yang tertutup membuat kemungkinan-kemungkinan yang tersebar luas menjadi dipercaya. Penduduk yang baik kehidupan ataupun jalan pikiran mereka masih primitif mudah sekali untuk di pengaruhi.

ALOHOMORA || EarthMixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang