Part 04. #Pertanyaan

1.3K 189 43
                                    

“HAH?!”

Lagi-lagi sosok aneh ini seperti ingin menghiburnya. Mix menggigit mulutnya menahan rasa sakit dan menahan ingin buang air kecil karena tertawa.

Earth yang lebih bingung lagi, cengkraman yang ia genggamkan pada bahu yang banyak makan itu mengendur.

Tidak ada perubahan. Tidak ada pertanda apapun yang mengubah pipi gembul menjadi kain besar yang kemudian terkapar di lantai tanpa nyawa.

Ia mundur, pergelangan kakinya selemah beludru. Jatuh terduduk pada kenyataan bahwa kutukannya tak berhasil. Mix yang kembali pada dunia tempatnya berpijak mencoba menenangkan tamu yang ia datangkan.

Earth berkeringat menjambak rambutnya. Napasnya putus-putus, menggeleng sambil memperkirakan mungkin saja pada rapalan kedua kali, kain lusuh akan ia dapati.

Sebagai dokter muda yang bebal, Mix begitu cekatan hendak memberi Earth pertolongan, namun tangan yang baru saja ingin membatu sosok yang terlihat butuh pertolongan medis malah ditepis.

“Kau! Kau seperti boneka kain yang layu!Matilah kau! Matilah! Mati seperti gulungan kain di atas bumi!”

Earth berteriak lantang. Masih menunjuk-nunjuk Mix yang kini mengurungkan niat baiknya. Tangan yang biasa menolong orang yang kesakitan kini memberi gamparan, pada Earth yang kini menghentikan perkataannya.

“Hei khun, mobilku belum lunas dicicil. Sampai sejauh ini aku juga masih saja perjaka! Bisa-bisanya kau menyumpahiku agar cepat mati! Keterlaluan sekali.”

Decak kesal menggema, pada calon pasien yang saat ini menyebalkan, Mix tega. Setelah mengatakan,

“Tetaplah disini sampai aku kembali lagi!” pintu dikunci dari luar. Earth yang tak menghiraukan apapun selain kegelisahan yang kini menghampiri dirinya membuatnya tak bertenaga. Berpegangan pada kaki meja, ia berdiri, memerhatikan sekeliling yang semuanya terbuat dari kayu namun begitu rapi.

Pertanyaan yang ia tunjukan pada dirinya tentang bagaimana ucapannya tak menghasilkan apapun meski ditekan oleh emosi. Tiba-tiba ia merasa lelah, ia robohkan badan yang masih berkeringat pada tempat tidur tak jauh didepannya.

Teringat kembali pada pintu yang dibuka dengan gerakan tangannya, ia terbangun kembali. Mencoba hal sama pada pintu yang terkunci dari luar itu dengan penuh kepercayaan, tak berhasil.

Dan Earth berhenti mengayunkan tangan dan menyerah pada jumlah ke sepuluh kali.

“Apa yang terjadi?”

Semua nampak berbeda, bahkan tumpukan jerami yang dulu ia jadikan bantal dan tempat tidur, kini berubah menjadi empuk tanpa benih padi tertinggal yang membuat pantatnya gatal.

Dan pemuda tadi, seseorang memanggil namanya dalam tidur panjang. Ia merasa terganggu karena harus terbangun dari istirahat yang melelahkan.

Suara yang belum pernah ia dengar sebelumnya, raut yang baru saja nampak di penglihatannya, tampilan yang amat berbeda. Ia merasa semakin lelah dengan pikiran-pikiran yang tak bisa ia pecahkan. Saking lelahnya ia kini jatuh tertidur.

Pemilik rumah kembali menjadi dokter yang harus mengecek kondisi pasien. Meski pikirannya bergelut pada sosok dirumahnya, ia harus tetap profesional meski lapar.

Gun Smile menyadari bahwa Mix beberapa kali menghela.

“Aku lapar.” adalah sebuah jawaban yang didapat ketika ia bertanya pada Mix, si pemakan segala itu.

“Bukannya kau bilang, baru saja mencari makanan kesukaanmu di kota?”

Pusat kota tak pernah tidur, meski bermil-mil jauhnya, tempat hiburan dan segala sesuatu yang dibutuhkan berada disana.

ALOHOMORA || EarthMixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang