▪︎heeseung dan siklus rutnya

1.7K 171 22
                                    

○○○









Sunghoon benar-benar dibuat bingung dengan suaminya. Buat kebanyakan alpha, rut mereka cukup menyakitkan dan biasanya ganas. Mereka cenderung sulit mengendalikan diri atau dikendalikan–kecuali dengan seks.

Tapi Heeseung betulan berbeda, cenderung aneh di mata Sunghoon.

Semenjak hari pertama siklus rutnya terjadi, Heeseung terpaksa cuti. Tapi bukan itu masalah besarnya. Yang membuat Sunghoon heran adalah;

Alpha besar ini selalu menempel padanya!

Saat Sunghoon tidur, saat Sunghoon menonton televisi, saat Sunghoon menggosok gigi. Selalu ada Heeseung yang memeluknya dari belakang, atau menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Sunghoon.

"Kak, lepas dong. Aku mau mandi."

"Nggak mau."

"Bau."

"Masih ada wangi bedak bayinya. Kalau kamu mandi, nanti berubah, aku bisa ngelakuin yang nggak-nggak."

Sunghoon tertawa keras, "Dasar aneh. Nggak akan. Pasti penciuman alpha-mu itu masih tajem, Kak."

"Pokoknya nggak mau. Kita mandi bareng aja."

Gara-gara Heeseung yang manja ini, sulit bagi Sunghoon untuk pergi bekerja. Tidak mungkin dia membawa keluar suaminya yang sedang rut, bukan? Bisa-bisa ia meliar.

Pagi itu, Sunghoon menghabiskan waktu dengan menonton film. Kepala Heeseung di pahanya dan laki-laki itu sedang tertidur nyaman. Surainya dielus oleh Sunghoon, Heeseung merasa nyaman.

Beberapa kali Sunghoon menatap Heeseung. Satu bulan dan ia masih tidak percaya kalau akhirnya ibun merestui mereka.

"Kenapa sih, aku dilihatin terus?"

"Ge er banget."

"Aku tau aku cakep," balas Heeseung sambil memejamkan mata.

Pipi Sunghoon bersemu, itu tahu!

"Kak."

"Ya, Sayang?"

"Rut tuh senyakitin itu, kah?"

"Nggak juga. Kan aku punya Sunghoon di sini."

"Aku nanyanya serius, lho."

"Kamu kira aku bercanda?"

Heeseung terbangun dari lelapnya, mengintimidasi Sunghoon dengan tatapannya. Mengisyaratkan Sunghoon bahwa dia sungguh-sungguh, Sunghoon is his painkiller.

"Kenapa? Kok tiba-tiba nanya?"

"Umm," Sunghoon agak ragu.

"Bilang aja. Jangan nyembunyiin apa-apa dari aku."

"Beta bisa bantu ngeredain rutnya kakak, nggak?"

Heeseung menatap Sunghoon terkejut. Maksudnya apa?

Sunghoon yang membaca ekspresi Heeseung menutup wajahnya dengan telapak tangan. Malu!

"Gimana?"

"Nggak usah deh, Kak."

"Kamu mau ngapain emangnya kalau beta bisa bantuin?"

Kepala yang lebih muda tertunduk. Ia berbicara lirih, "Ya, barangkali kan. Siapa tau kak Heeseung butuh. Aku nawarin diri."

Heeseung mencubit pipi Sunghoon yang masih memerah, membuat suami lucunya itu meringis kesakitan. Habisnya, gemas betul!

Dari mata Sunghoon, Heeseung melihat kepolosan dan keyakinan. Anak ini bersungguh-sungguh atas kata-katanya–Heeseung tahu maksudnya tanpa perlu dijelaskan. Hanya saja, Heeseung yang ragu dan takut.

Baginya, Sunghoon orang yang benar-benar harus dia jaga, diperlakukan lembut, Heeseung tak akan tega menyakiti Sunghoon seujung jaripun.

Tanpa ingin menyakiti perasaan Sunghoon, Heeseung membalas, "Belum perlu, Hoon. Kamu ada di sebelahku 24/7 udah cukup, kok. Aku udah tenang."

"Beneran?"

"Iya, gemes," ucapnya setelah mengecup pipi Sunghoon.

"Makasih udah peduli."

"Ini bukan peduli, Kak. Aku juga nggak ngeredain sakitnya kamu sebegitunya. Pasti masih sakit."

"Tapi i don't need anything else than you beside me, Hoon. Jadi, cukup jangan pernah pergi, entah kondisiku lagi rut, atau apa. Itu aja."

Sunghoon mengangguk pelan.

Heeseung sekali lagi mencuri satu kecup dari bibir Sunghoon, "Nah, yuk pilih filmnya. Popcorn-nya keburu abis."









○○○

What Happened with The Lees?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang