Chapter 4

187 33 2
                                    

“semenjak hari itu ‘dia’ mulai menjauh. Suasananya jadi awkward.” Doyoung ingat waktu itu tanggal 5 Februari, pertama kali ia melihat sang pujaan hati menangis. Senyum pahitnya mencuat dan hal tersebut disadari Jaehyun.

“kenapa memangnya?”

“gatau. Orang yang saya kenal juga ga tau. mungkin”nafasnya tersendat sebentar lalu melanjutkan perkataannya kembali.  “karena ‘dia’ mau pergi.”

“pergi? Pergi kemana?” Jaehyun yang mulai masuk dan mengerti akan cerita Doyoung mulai merasa iba sekaligus penasaran dengan kelanjutannya.

“gatau. Pokoknya jauh. Itu yang ‘dia’ bilang” kali ini Jaehyun menangkap raut tanpa perasaan yang pasiennya keluarkan. Datar. Malahan sangat. Seperti lelah dan kecewa yang berkerlanjutan.

“‘dia’ bilang stop. ‘dia’ nangis saat itu. Hati orang yang saya kenal sakit ngelihat ‘dia’ sesegukan gitu.”

“saya bilang gini ke orang yang saya kenal ‘‘dia’ ga sayang kamu’ tapi orang itu tetep deny demua perkataan saya” gelas yang Jaehyun sediakan untuk Doyoung tampak masih penuh dan tampak tangan Doyoung yang memegang gelas itu dengan erat seperti hendak memecahkannya.

“ga mungkin. Ga mungkin ‘dia’ ga sayang orang yang saya kenal” doyong mungkin tidak merasakannya karena emosinya mengambil alih dirinya tetapi Jaehyun bisa melihat kalau mata Doyoung sedang berkaca-kaca. Entah karena marah atau memang sedang menyangkal sesuatu yang tidak bisa ia terima.

“ga mungkin” kali ini kepala pasiennya ikut menandakan penolakan terlihat dari kelanya yang bergerak kekiri dan kekanan secara kasar.

Hening. Doyoung kembali menatap lantai.  Lima detik kemudian, Doyoung kembali menatap Jaehyun dengan mata memerah dan berkaca-kaca dan bertanya “ga mungkin kan, dok?”

“maaf mungkin kamu benar” amarah terlihat dari mata sang pasien dan Jaehyun sadar akan hal itu.

“engga dok saya ga benar. ‘dia’ suka juga sama orang yang saya kenal. Mereka sama-sama nyaman. Mereka sama- sama mencintai.” Doyoung perlahan meneteskan air matannya didepan Jaehyun.Lengannya ia pakai untuk mengelap mukanya yang berair dan melanjutkan omongannya “saya ngomong ke orang yang saya kenal, ‘dia’ Cuma kasihan ke orang yang saya kenal bukannya ngebales rasa sayangnya.”

Setelah berbicara panjang lebar, Doyoung menangkup wajahnya sendiri, menyembunyikan wajahnya dibalik tangannya. Jaehyun masih mendengar suara isakan. “saya sedih” ia berkata seperti itu sambil menunduk menatap lantai.

“saya? Engga. saya ga ngomong saya. Engga kan, dokter? Bukan saya yang ngomong itu? Iya kan, dok?” matanya merahnya dan lembabnya kembali membulat. Mencoba meyakinnya jaeehyun bahwa omongannya tadi tidaklah benar.

“tuan-“

“saya emosi.. iya emosi. Makanya ikutan sedih. Iya dok. Saya Cuma simpati.”

“iya tuan”

“iya itu hanya simpati. Tuan tidak perlu merasa khawatir.” Jawab Jaehyun dengan pasrah. Pasiennya ini tidak ingin disalahkan. Makanya setelah mendengarkan cerita Doyoung tentang orang yang ‘dia’ kenal, ia bisa memutuskan untuk mengisi notenya sesuai dengan diagnosanya
tangannya berhenti mencatat. Ada satu hal yang sangat mengganjal untuknya tetapi pasiennya ini selalu tidak jujur. Ia ingin bertanya sekali untuk memastikan sesuatu “tapi ngomong-ngomong, tuan tahu darimana semua detailnya?”

“haaa” kecurigaan Jaehyun benar. Sekarang ia yakin dengan analisanya untuk sang pasien dari sorot matanya yang kembali bergerak tanpa arah.

“saya dekat denganya. Iya. Iya itu dok.”



























Gelap. Kini tidak ada cahaya yang menerangi kamar Doyoung, begitupun juga hatinya. Isak tangisnya tidak bisa ditahan lagi. Ia menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangannya yang bertumpu diatas lutut. Seperti ada malaikat dan iblis dikepalanya dan berkata hal yang berbanding tebalik satu sama lain.

“ITU SAYA. YANG DITINGGALIN ‘DIA’ ITU SAYA. ITU SAYA!! “

“JUNGWOO. KAMU KEMANA?” seluruh badan Doyoung bergetar. Tangisnya tidak sehebat sebelumnya tapi kepalanya sedikit pusing. Diambilah lukisan vas bunga  disampingnya lalu mengelusnya secara perlahan sambil tersenyum lalu ia mengeluarkan suara yang penuh dengan perhatian.

“disini saya sendirian. Saya sedih. Kamu dimana?!?!?”

Story of Someone I KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang