Bab 1. Topeng

797 78 2
                                    

Pemberitahuan:
Cerita ini ditulis dan pernah update di salah satu platform pada Februari 2021.

Pemberitahuan:Cerita ini ditulis dan pernah update di salah satu platform pada Februari 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sebuah buku tulis bersampul merah muda dilempar ke atas meja. Pelakunya sudah pasti sang Bidadari sombong, anak dari donatur terbesar di sekolah. Dia melipat tangan di dada, sambil menatap angkuh pada gadis berkepang dua di hadapannya.

"Kerjain PR gue. Inget ya, harus sama persis dengan tulisan tangan gue. Kalau sampe ketahuan Guru, habis lo sama gue," ancam Nastusha.

"A-aku nggak berani," jawab gadis itu dengan suara bergetar.

"Wah, cari mati lo." Sherly menggeleng penuh ejekan. Dia adalah satu-satunya sahabat Nastusha.

Nastusha tersenyum angker. "Lo lebih takut Guru atau gue?" tanyanya sambil memainkan kepang gadis itu.

"Gue nggak mau jadi kacung lo lagi!" Namanya Soraya, murid paling pintar di Sekolah. Entah dapat keberanian dari mana tiba-tiba dia berdiri dan menantang tatapan Nastusha.

"Wow!" Sherly terpekik shock.

Nastusha mendekati Soraya. Bidadari ini memiliki kelakuan seperti Iblis saat dia mulai marah. "Siapa nama lo?" tanyanya sedikit merendahkan suara.

"Soraya," bisik Sherly.

"Nama yang cocok sama muka lo," ejek Nastusha dengan kekehan menghina. "By the way, lo sekolah di sini karena beasiswa, kan?"

"Bener," bisik Sherly.

Soraya mengepal kedua tangannya.

Nastusha tersenyum miring. "Lo tau nggak, kalau semua murid miskin di sekolah ini dibiayai oleh Bokap gue?" tanyanya.

Soraya terisak.

"Tau nggak lo?!" bentak Nastusha.

"Kalau bukan karena murid-murid kayak gue, Bokap lo nggak akan dapet simpati dari masyarakat. Lo sama orang tua lo tuh sama aja, pencitraan doang. Di belakang, kalian bukan manusia."

Nastusha tercengang Soraya mengatakan itu padanya. Ditambah lagi cara Soraya menatapnya, benar-benar tidak ada yang berani seperti itu.

"Heh, nggak tau diri banget sih lo! Inget lo itu sekolah di sini karena kebaikan Bokap Nastusha!" hardik Sherly.

"Gue nggak mau sekolah di sini lagi!" Soraya mendorong Nastusha, kemudian berlari meninggalkan kelas.

"Gila, dia berani banget sama lo." Sherly mengompori.

Peristiwa menjadi perbincangan antar murid di Sekolah, apalagi sampai ada yang merekamnya. Mereka beropini, Nastusha diam saja karena merasa ucapan Soraya itu benar.

***

"Boss, ada berita viral!"

Argi berlari mendekati Kaindra yang tengah bermain basket. Nafasnya tidak teratur, membuatnya lebih dulu membungkuk di hadapan ketua geng Monster itu.

Beauty and the BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang