Malam yang paling Nastusha benci adalah di saat orang tuanya berlagak seperti pasangan serasi di depan media. Mereka sangat pandai akting, tak terkecuali dirinya. Harus tersenyum dan menunjukkan ekspresi bahagia seakan-akan kehadiran keluarga adalah segalanya bagi mereka. Semua demi kepentingan kampanye.
"Oke, good!" ujar seorang fotografer mengakhiri sesi foto palsu kali ini.
Selanjutnya sesi wawancara. Topeng belum bisa dilepas. Wisnu, Rani dan Nastusha harus menjawab pertanyaan dari wartawan. Itu pertanyaan yang sudah di-setting dan mereka hafalkan jawabannya. Tidak sulit bukan?
"Wah-wah, sepertinya kedatangan kita di sini tidak tepat timing-nya, Ma." Tiba-tiba terdengar suara Gerhana, sahabat baik Wisnu. Bersama istrinya Mentari, dan Putra sulungnya Kaindra.
"Hahaha. Tunggu lima menit," sahut Wisnu dengan tawa menggelegar.
"Silakan lanjutkan." Gerhana mengajak istri dan anaknya duduk di sofa berbeda, namun berhadapan dengan Wisnu sekeluarga.
Mata Nastusha dan Kaindra beradu, sama dinginnya. Tapi Nastusha lebih dulu berpaling ke arah kamera, tersenyum palsu.
"Pak Wisnu, anda dikenal sebagai pria yang sangat mengayomi keluarga. Tidak sedikit para wanita dari berbagai usia mengidolakan anda sebagai pria sejati. Anda kerap melindungi mereka dari kekerasan dan mengasihi anak-anak dengan begitu tulus. Boleh kami tau apa alasan anda melakukan hal-hal semulia ini?" tanya seorang wartawan.
"Tidak ada alasan khusus, saya tulus melakukan itu. Bila ditanya kenapa saya sangat peduli terhadap kesejahteraan wanita dan anak-anak, maka jawabannya adalah mereka." Wisnu merangkul istri dan anaknya. "Saya mau semua wanita dan anak-anak di dunia ini bahagia seperti mereka," ucapnya dengan tegas.
Pujian-pujian terdengar dari semua orang yang melihat, tak terkecuali Gerhana dan Istrinya.
Kaindra tidak mungkin salah melihat, dia bisa memastikan tadi Nastusha tersenyum sinis saat Ayahnya berkata seperti itu.
"Sekarang giliran anda Ibu Rani. Kami sangat penasaran, bagaimana menurut anda arti dari seorang suami?"
Rani tersenyum dan menegakkan tubuh. Mantan model terkenal ini sudah pasti pandai berakting. "Suami adalah segalanya buat saya, tempat untuk berlindung di saat terpaan masalah bertubi-tubi datang. Saya sangat beruntung menikah dengan Mas Wisnu, karena dia sangat baik."
Wisnu dan Rani saling tatap, kemudian tersenyum hangat.
"Wah, kami benar-benar iri dengan keharmonisan rumah tangga kalian. Sebenarnya apa kuncinya?"
"Kesetiaan," jawab Wisnu dan Rani bersamaan, lalu mereka tertawa.
"Kesetiaan adalah kunci harmonisnya rumah tangga. Di luar itu, saya tidak pernah melakukan kekerasan pada istri saya. Kita sangat jarang bertengkar," tambah Wisnu.
"Selain itu juga komunikasi ya, Pi? Kita nggak pernah sampai mengabaikan itu walau sedang berjauhan."
Wisnu mengangguk dan mencium kening istrinya.
Sekali lagi Nastusha terlihat tidak suka, Kaindra bisa merasakannya.
"Baiklah, ini pertanyaan terakhir untuk Nastusha. Bagaimana perasaan kamu memiliki orang tua yang dipuja-puja oleh masyarakat?"
Nastusha merasakan pinggang belakangnya dicubit oleh Wisnu. Dia terpaksa melebarkan sayap di bibirnya. "I'm so happy," ucapnya singkat.
Para wartawan saling lirik.
"Hahaha. Anak-anak memang susah mengutarakan maksud di hatinya, mereka sangat pemalu. Sepertinya itu lebih dari cukup mengungkapkan segalanya, bukan?" Wisnu mencoba mengalihkan perhatian mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Boss
Teen FictionNastusha seraphina, di sekolah dia dijuluki sebagai Bidadari paling cantik, sama seperti arti dari namanya. Namun di balik kecantikan itu, dia terkenal sombong dan tidak punya hati. Melalui kekuasaan yang dimiliki oleh sang Ayah, Nastusha berhasil m...