Bukannya menolong, para murid malah bersorak menyemangati Nastusha yang sedang mem-bully Sarwendah. Memang tidak pernah aman jika sudah menjadi sasaran kekejaman Nastusha, apalagi bila label yang mereka punya hanyalah murid yang mendapatkan beasiswa.
"Gue, kan, udah bilang hati-hati. Emang sesusah itu ya niru tulisan gue?"
"Ma-maaf, Nas. A-aku sudah berusaha." Sarwendah tampak sangat ketakutan.
"Berusaha." Nastusha mengangguk. Dia memberikan kode pada Sherly. Tak lama, Sherly membawakannya sebutir telur mentah. Sorak-sorak di kantin terdengar semakin heboh tatkala dia memainkan telur itu di tangannya.
Sarwendah menangis, terlihat sangat menyedihkan. Dia pasrah, karena percuma melawan tidak akan ada yang membantunya. Malah, Nastusha akan semakin memperbudaknya.
Nastusha mengangkat telur itu ke atas kepala Sarwendah. Namun tiba-tiba seseorang merampasnya dan secepat kilat sudah pecah di atas kepalanya sendiri. "What the ..." umpatan Nastusha terhenti saat melihat siapa pelakunya.
Semua yang ada di situ langsung kabur, tidak ingin berurusan dengan ketua geng Monster yang paling ditakuti.
"Kalau ditindas itu jangan cuma nangis, tapi lawan," ucap Kaindra pada Sarwendah.
"Kai, kenapa ngebelain dia sih?!" protes Nastusha kesal.
Kaindra menatap Nastusha tajam. "Gue paling jijik sama cewek yang nggak bisa bersikap seperti manusia kayak lo," desisnya.
"Aku emang bukan manusia." Nastusha malah tersenyum. "Kamu lupa ya kalau satu sekolah bilang aku ini Bidadari? Nastusha Seraphina, Bidadari yang paling cantik."
Kaindra memasang ekspresi lebih jijik lagi. "Bidadari mana ada yang punya hati iblis kayak lo."
"Duh, udah nggak jaman Bidadari hatinya lembut. Mending apa adanya kayak aku." Lagi-lagi Nastusha memberi senyum percaya dirinya.
Kaindra menoleh pada Sherly. "Lo kok bisa-bisanya sih betah temenan sama orang gila?" ledeknya.
Sherly meringis.
Mata Nastusha membesar.
"Kai, ini gimana? Rambut aku lengket." Nastusha merengek manja menunjuk kepalanya.
"Mau gue bantu?" tanya Kaindra.
"Mau!" Nastusha memasang ekspresi senang.
Kaindra tersenyum miring. Diambilnya sebotol air mineral di atas meja. Baru saja ingin dituangnya air itu ke kepala Nastusha, sedetik kemudian berubah pikiran. "Tunggu," ucapnya sambil menunjuk.
Nastusha dengan senang hati menunggu. Bibirnya terus saja tersenyum, hanya Kaindra satu-satunya orang yang bisa membuat terlihat normal.
Byur!
Sherly terpekik kaget.
Betapa kagetnya Nastusha saat ternyata Kaindra menyiram kepalanya dengan minyak goreng. Dia kecolongan karena Kaindra melakukannya dari belakang. Kini pria itu ada dihadapannya, tersenyum bak devil.
"Gimana rasanya di-bully?" tanya Kaindra sembari mengelap tangannya dengan tisu.
Bila Kaindra pikir ini cukup memberi pelajaran para Nastusha, nyatanya dia salah. Nastusha tidak marah, malah tetap tersenyum lebar. "Ini sih bukan bully namanya, tapi kasih sayang. Aku merasa bahagiaaaa banget!"
Kaindra menggeleng. "Emang udah nggak punya otak." Setelah itu dia pergi.
Nastusha mematung sejenak, kemudian pergi dari kantin itu. "Nggak usah ikutin gue," ujarnya pada Sherly yang mengekor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Boss
Teen FictionNastusha seraphina, di sekolah dia dijuluki sebagai Bidadari paling cantik, sama seperti arti dari namanya. Namun di balik kecantikan itu, dia terkenal sombong dan tidak punya hati. Melalui kekuasaan yang dimiliki oleh sang Ayah, Nastusha berhasil m...