[01] Kesenduan di Senja Hari

104K 6.8K 193
                                    

BUNGA anggrek layu diusik kenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BUNGA anggrek layu diusik kenangan.

Langit membentak, awan hitam menangis. Matahari enggan hadir, suara isak tangis menguar. Pukul tiga sore. Berbagai merk mobil terparkir dengan berantakan di depan rumah megah berwarna putih tersebut.

Semua orang di sini mengenakan pakaian berwarna hitam. Mata mereka merah, wajah mereka lesu. Leona menarik selendang hitamnya ke depan, menunduk, menghormati seluruh kesedihan yang memeluk suasana dengan sendu. Seluruh teman-teman yang dulu pernah sekelas dan satu sekolah dengannya pun hanya bisa menunduk sedih, dan kebanyakanーpara perempuan tersebutーjuga menangis kehilangan.

Hari ini, hari pemakaman Stevanno Astellio, teman satu kelas Leona dari kelas 10 sampai 12, ketika masih SMA dulu. Hari ini, dia bahkan sudah berusia 22 tahun. Meski sudah lima tahun berlalu, setidaknya Stevanno meninggalkan kesan yang cukup baik untuk diingat oleh warga SMA.

Meski pendiam dan tidak berniat berteman dengan siapapun, setidaknya Stevanno kerap mengharumkan nama kelas dan nama sekolah melalui prestasinya, dulu.

Lelaki yang terkenal irit bicara dan antisosial itu memiliki wajah tampan dan nilai yang bagus saat masih SMA. Dia tak tertarik untuk berteman dengan siapa pun, baik itu perempuan atau pun laki-laki, entah kenapa. Karena dia adalah pemilik nilai kelulusan tertinggi, Stevanno diberi kehormatan untuk berpidato pada acara perpisahan, mewakili seluruh anak kelas dua belas, dulu. Sayang, dia tak hadir.

Dia juga tak hadir pada promnight, apalagi acara reuni yang beberapa kali diadakan. Dia tak masuk ke dalam grup alumni SMA mereka, dan tak ada satu pun yang memiliki kontaknya. Dia seakan-akan menghilang. Satu-satunya informasi yang warga sekolah dapatkan adalah dia memilih untuk menjadi mahasiswa kedokteran hewan. Itulah kenapa, kepergiannya membuat kaget seluruh alumni SMA mereka.

Leona yang paling kaget. Pasalnya, baru dua hari yang lalu, Stevanno dan Leona bertemu lima hari berturut-turut dalam urusan pekerjaan mereka. Mereka berbicara banyak, namun dalam topik pekerjaan. Sebagai Art Director, Leona meminta Stevanno untuk terlibat dalam wawancara mengenai perlindungan hewan langka, karena pekerjaannya yang merupakan Dokter Hewan.

Stevanno nyaris menempati kesempurnaan. Dia memiliki wajah yang tampan, rambut yang hitam, alis yang tebal, hidung yang mancung, dan tubuh yang jangkung. Hampir seluruh perempuan di sekolah tergila-gila padanya. Meski dia tak suka, dia tak pernah bersikap kasar pada mereka. Dia hanya diam dan tak peduli. Yah, meski bagi sebagian orang, diam jauh lebih menyakitkan.

Leona bahkan tak pernah melihatnya tersenyum sekali pun, selama enam semester bersekolah di SMA yang sama dengan Stevanno.

Kondisi keluarga Stevanno sudah menjadi rahasia umum bagi angkatan mereka. Kedua orang tuanya bercerai. Mungkin itulah kenapa, dia menjadi pribadi yang sangat dingin. Beruntung, Stevanno masih memiliki nilai yang bagus di sekolah, meski dia tak pernah berniat mengikuti organisasi apa pun, di luar akademik sekolah.

Hari ini, Stevanno meninggal. Wajahnya tampak lebih dewasa dan tetap sama, masih tampak sedingin dulu. Stevanno kecelakaan pada pukul tiga pagi. Entahlah, sebagian orang percaya bahwa lelaki itu mungkin sengaja menabrakkan dirinya, dan sebagian orang lagi percaya bahwa mungkin lelaki itu tengah memiliki masalah sehingga menyebabkan keteledoran dalam mengemudi mobilnya. Yang pasti, kemungkinan besarnya, tak ada alasan baik dari seseorang yang berkendara sendirian di malam hari.

Namun, yang pasti, Tante, Om, dan keluarga Stevanno lainnya percaya, bahwa penyebab kecelakaan yang Stevanno alami adalah depresi yang dia alami, serta perselingkuhan yang Papa Stevanno perbuat. Selain itu, sebelum kecelakaan terjadi, sempat terjadi perkelahian besar antara Stevanno dan papanya. Apakah penyebab perkelahian itu adalah perselingkuhan papanya? Ya, itulah yang diyakini oleh Tante dan Om Stevanno.

Semua orang tau, Om Arham, Papa Stevanno, adalah seorang pemain wanita.

Mungkin semua akan menjadi seperti itu, sampai pria tua itu tutup usia. Selingkuh bukan kesalahan, tapi pilihan. Karakter tak bisa diubah, mungkin itulah kenapa papanya tak pernah berubah. Hal buruk itu sudah mendarah daging dengan dirinya. Benar-benar bencana.

Papanya tak menampakkan wajah sedih selama pemakaman dan mama kandungnya belum tampak hadir sedaritadi. Tapi setidaknya, mama tiri dan anak perempuannya; adik perempuan satu bapak dengan Stevanno, terlihat cukup sedih dan kehilangan.

Padahal, Leona sempat mengubah pikirannya mengenai Papa Stevanno. Sehari yang lalu, Papa Stevanno sempat menjemput Stevanno. Leona pun sempat bersalaman dan berbicara sedikit dengan papanya.

Leona menghela napas. Yah, lagipula, baginya, Stevanno bukanlah siapa-siapa. Saat SMA, dia bahkan hanya berbicara sekali setahun dengan lelaki itu. Leona juga bukanlah salah satu dari penggemar Stevanno.

Leona pulang ke rumahnya dengan wajah datar. Hatinya ikut sendu, tapi hal itu bukan karena kepergian Stevanno.

Hatinya sendu membayangkan betapa menyedihkannya kehidupan Stevanno selama hidup di lingkungan keluarga yang seperti itu. Bahkan, pria paruh baya yang Stevanno panggil papa itu tak menampakkan kekelabuan sedikit pun.

Ting!

Leona meraih hapenya, melihat pesan yang baru saja masuk.

Cinda: Lu ngobrol sm Virel ya tadi??

Leona: Knp emang

Cinda: Tuh orang keknya clbk sama lo
Cinda: Td jg nanyain lo mulu

Leona: Ah apaan anjay
Leona: Serius?

Cinda: Sensor anj*y nya woy, lo di penjara ntar

Leona: Masa clbk di pemakaman tmn seangkatan :)
Leona: Ga lucu gblk

Cinda: Pftt
Cinda: Yodah bsk gw ke rmh lo yaa
Cinda: Kan mau masak bareng
Cinda: Gw bobok dulu

Leona: Ywdh sana

Cinda: Nite sayang, huhu gada yg ngucapin kann

Leona: :(

Leona meletakkan hapenya ke atas meja berwarna soft pink tersebut, menarik selimutnya, kemudian menutup matanya.

Bisa bertemu dengan teman-teman lamanya memang menyenangkan, mengingat kini banyak yang harus dia pikirkan dan kerjakan sebagai orang dewasa. Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan, namun juga menyedihkan. Yah, sebenarnya, lebih dominan menyedihkan, sih. Menyenangkan karena dia bisa bertemu teman-teman lama dan seluruh memori ketika SMA itu kembali.

Andai waktu bisa diputar.

Leona mulai terlelap.

Semesta mengabulkan permohonannya.

--------------------------------

This story is written by myself. Apabila ada plagiat atau penjiplakan, aku akan sangat berterimakasih jika ada yang memberitahu aku lewat personal message.

------------------------------------

A/N:

Setelah hiatus aku kembali lagi. Duch keknya ga bakalan ada deh yg baca soalnya hiatus lama bgt wkwk. Ini akun dr 2016 udah berjamur woy (edit: ga nyangka ternyata di luar ekspektasi akuu, rame banget :')

Eumm aku tau di agama maupun secara logika, kembali ke masa lalu adalah hal yang gak masuk akal. But yeah, ini hanya cerita. Aku mencampurkan genre fantasi ke dalam cerita ini, jadi kalian pasti paham :)

edit: mohon maafkan kalo kalian ketemu beberapa ketidaktelitian author di cerita ini menyangkut umur, tahun, kosakata gaul, dll. kritik dipersilahkan lewat personal message ajah, jangan di komen yah, aku ga bisa baca nanti :(( makacii ^^

Love,
Author

BelongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang