Chapter: 06.

809 142 22
                                    

Akhirnya karena berhasil dipaksa oleh Pogo, ke-enam anggota The Umbrella Academy minus Vanya kini sedang berdiri berjejer menyambut kedatangan anggota Incomparable Academy.

Jane menyunggingkan senyum miringnya ketika gadis itu bertatapan dengan Five.

Five mendengus. "Belum ada beberapa menit aku melihatnya, aku sudah merasa muak."gumamnya

Klaus yang ada disampingnya menepuk pelan pundak Five, senyuman masih bertengger diwajahnya.

"Kita bertemu lagi, Noah." Klaus melambaikan tangannya kearah Noah.

Noah menahan tawanya, lelaki itu hanya mengangguk menanggapi Klaus.

Millie yang sedaritadi berdiri tak jauh dari Jane mendekat kearah saudari satu-satunya. "Anak itu terus-terusan melihat kearahmu."

Jane menoleh. "Mana?"

Manik mata milik Jane bertemu pandang dengan manik mata milik anak lelaki yang Millie maksud selama beberapa detik.

Five yang menyadari bahwa saudaranya mungkin dalam bahaya langsung berdiri melindungi Ben.

"Mau apa? Kau akan mengendalikan fikirannya lagi?"

Jane menaikan satu alisnya heran. "Apa kau baru saja bilang aku mengendalikan fikiran?"

"Ya." Five menatap tajam Jane

Jane melangkah maju mendekat kearah Five. "Tapi aku tidak bisa mengendalikan fikiran, itu bukan kekuatanku."

Senyum dibibir Jane mengembang, agak terlihat mengejek dimata Five. Tapi tidak dimata yang lain.

"Oh.. darling, Aku tidak mengejekmu."

Five membuang nafasnya kasar, lelaki itu menatap Jane tajam. "Jangan membaca fikiranku, ini peringatan terakhir."

* * *

Jane mengerutkan keningnya saat gadis itu melihat sekelibat bayangan yang akan terjadi dalam 5 menit kedepan.

"Seorang gadis?"

Jane keluar dari kamarnya dan langsung berhadapan dengan Luther. "Hey."

Luther mengangguk lalu tersenyum tipis. "Ada apa, Nn. Walton?"

"Aku tidak tahu apa aku diperbolehkan menanyakan pertanyaan ini, tapi jujur aku sangat penasaran."

Luther terdiam sebentar sebelum lelaki itu kembali tersenyum. "Kau bisa bertanya padaku."

"Selain Allison, apa keluarga Hargreeves memiliki seorang anak gadis lainnya?"

Jane terlihat mengerutkan keningnya lagi, gadis itu tidak salah melihat. Luther diam, lelaki itu bingung ingin menjawab apa.

"Apa kau melihatnya?"tanya Luther

Jane terperangah. "Jadi itu benar?"

"Apa urusannya denganmu?"

Jane berdecak, lagi-lagi lelaki yang jadi musuh bebuyutannya ini. Kenapa lelaki itu suka sekali berkeliaran disekitar Jane.

"Kau tidak perlu menjawabnya, aku akan kembali ke kamarku. Terima kasih." Jane tersenyum tipis kearah Luther.

Five mendengus ditempatnya. "Beraninya dia melupakan kehadiranku."

Luther menaikan kedua bahunya acuh, lelaki itu memilih untuk tidak perduli pada Five yang saat ini bergumam sendiri.

Five melangkah kearah kamar Jane, ia menolehkan kepalanya kekanan dan kiri bermaksud memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah dirasa tidak ada yang akan melihatnya, Five berteleportasi ke dalam kamar Jane.

Jane yang sedang duduk ditepi ranjang langsung melotot kaget. "Apa lagi yang ingin kau lakukan? Hah?"

Five menaikan satu alisnya. "Kenapa kau hobi sekali berteriak dan marah?"

"Apa urusannya denganmu?" Jane ikut menaikan satu alisnya kearah Five.

Sudut mulut Five sedikit berkedut, lelaki itu tidak menyangka gadis dihadapannya akan membalikan ucapannya.

"Gadis aneh, kau selalu berteriak marah kepadaku. Tapi kepada saudaraku yang lain, kau bertingkah manis. Tidakkah kau merasa bahwa kau sangat jelas?" Five mengeluarkan smirknya.

"Apanya yang jelas?"tanya Jane

"Kau pasti menyukaiku, kan?" Five lantas mengembangkan senyum manis miliknya kearah Jane.

"Tunggu.." Jane menatap Five, membuat lelaki itu mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Bukankah tadi kau bilang aku bertingkah manis kepada saudaramu yang lain?"

Five menganggukan kepalanya, menatap Jane bingung. Jane sendiri tertawa pelan dan maju untuk menepuk bahu Five.

"Secara tidak langsung kau mengakui kalau aku manis, oh.. jangan-jangan kau yang menyukaiku?"

Five terbatuk, lelaki itu tidak menyangka gadis dihadapannya ini sangat handal membalikan keadaan.

"Si aneh ini.." Five bergumam sendiri, membuat Jane lagi-lagi terkekeh pelan.

"Kenapa kau tidak mengucapkan sepatah katapun? Apa ucapanku benar?"

Five mendengus lalu melirik tajam Jane. "Kau aneh."

Jane tertawa. "Kau lucu."

"Tutup mulutmu." Five berniat angkat kaki dari kamar Jane, tapi gadis itu malah menahan tangan Five.

"Mukamu memerah."

"Lepas." Five menarik tangannya agar ia menjauh dari Jane, tapi gadis itu lagi-lagi tersenyum kepadanya.

"Apa?"tanya Five

"Kau jadi semakin lucu." Jane memegang perutnya, berusaha menahan tawa.

"Aneh." Five berteleportasi keluar dari kamar Jane, ia bersumpah tidak akan pernah mau masuk lagi kekamar itu.

Jane tiba-tiba membuka pintu kamarnya. "Five.."

Five menoleh, lalu menaikan satu alisnya. "Sekarang apalagi?"

"Kau benar-benar terlihat lucu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Jane menutup pintu kamarnya. Lalu tersenyum miring.

Siapa yang bermain dengan siapa? Five pikir apa Jane tak bisa membaca pikiran atau gelagatnya?

Five sendiri yang berada diluar kamar Jane menghela nafasnya kasar. "Kenapa gadis ini sangat sulit ditangani, apa aku harus menggunakan kekuatanku untuk menghilangkannya?"

to be continue

Rival | Five Hargreeves.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang