11 | Lost

12 3 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Happy reading 🤗

✨✨✨

Aneh. Sejak tadi aku menunggu Hasna di tempat ini, bangku paling pojok yang ada di kantin sekolah. Namun lima belas menit berlalu, tak juga kulihat batang hidungnya. Apakah dia tidak masuk sekolah hari ini? Atau sedang ada urusan penting?

Aku bergegas menghabiskan semangkuk siomay yang telah kupesan dari Pak Yitno. Meneguk segelas es teh untuk menghilangkan rasa pedas.

"Ini, Pak." Aku menyerahkan uang dengan tergesa, segera meninggalkan kantin menuju kelas X-AGM-1.

Sial. Sepertinya aku menghabiskan banyak waktu untuk makan di kantin, karena belum sampai di kelas Hasna bel sudah terburu berbunyi. Padahal tinggal berjalan sedikit lagi aku akan sampai di sana, tetapi karena guru mapel setelah ini terkenal killer, aku mengurungkan niat. Lebih baik kucari dia sepulang sekolah saja.

✨✨✨

Dua jam berkutat dengan rumus matematika membuatku tersenyum bahagia. Jangan salah, ini adalah pelajaran favoritku sejak SMP. Jika banyak siswa menganggap matematika sebagai momok, aku justru telah bersahabat dengannya sejak lama.

"Kanaya, nanti ajarin materi ini, ya. Materinya nggak ada yang masuk ke otak," ucap seorang gadis yang bangkunya berada di depanku.

Melihatku yang sering maju untuk menjawab pertanyaan guru, mungkin dia menganggap diriku layak untuk dijadikan objek bertanya.

"Oke. Nanti di asrama, ya."

Aku menjawab singkat, lalu bergegas meninggalkan kelas setelah mengemasi semua buku-buku. Kini tujuanku adalah gedung yang terletak di depan masjid sekolah. Tak jauh, hanya berjalan lurus ke arah selatan.

Setiba di sana, aku menengok ke dalam kelas. Rupanya mereka belum selesai pelajaran, jadi aku harus menunggu di depan kelas. Sesekali kulihat bangku paling barat di dekat jendela, bangku itu kosong. Hasna memang tidak masuk sekolah.

"Emm, maaf." Ucapku pada seorang gadis yang baru saja keluar dari kelas.

"Iya."

"Aku dari pagi belum ketemu Hasna, apa dia nggak masuk sekolah?" Tanyaku pada teman sekelas Hasna yang tak kutahu namanya.

"Iya. Dia tadi nggak masuk, " jawabnya sembari menatapku seksama, "kamu bukan dari kelas agama, kan?"

"Eh, iya. Aku Kanaya dari XI-MIPA-1," jawabku sembari mengulurkan tangan.

"Tapi nggak ada suratnya, dia nggak ngasih tahu kenapa nggak masuk sekolah."

Aku terdiam, membolos di luar kebiasaannya. Dia adalah santri yang kukenal sangat disiplin, jika sampai membolos pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Oh, gitu. Makasih," aku pergi meninggalkan sekolah dengan dipenuhi rasa penasaran. Ada apa dengan Hasna? Sejak kemarin aku belum sekalipun bertemu dengan dia.

Aku harus mencari di kamarnya atau mungkin bertanya kepada Mbak Rahma, mungkin dia tahu.


✨✨✨

Usai makan siang, aku tidak istirahat. Seperti yang sudah kurencanakan tadi, aku akan mencari Hasna. Kamar Rufaidah A adalah tujuan pertama. Kamar yang terletak paling depan, dekat dengan pintu masuk.

ABHINAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang