SL : 10

302 49 4
                                    


Jika saja ia bisa menghentikan bahkan memutar waktu kembali, Dahyun ingin pergi ke waktu dimana ia dan kawan-kawannya bermain di rooftop gedung sekolahnya agar hal ini tidak terjadi.

Namun, ini bukannya sebuah film dan didalamnya ada manusia yang memiliki kekuatan seperti itu. Dahyun hanya bisa menerima dengan pasrah walaupun ia harus menahan rasa ketakutan yang diakibatkan oleh trauma di masa lalu.

Saat ini ia berada di taman belakang sekolah, sangat sepi karena jarang sekali orang-orang mengunjungi tempat ini karena jaraknya lumayan jauh dari gedung utama. Itulah yang Dahyun cari, ketenangan.

Meskipun tadi Dahyun sempat berpamitan pada Jeongyeon untuk pergi ke toilet, tetapi ia malah pergi ke tempat ini.

'oh tidak, sudah lama aku tidak membawa obat' pikir Dahyun dengan merogoh sakunya mencari obat yang dimaksud, nihil. Ia tidak menemukannya. Wajar, hal ini baru terjadi 'lagi' setelah ia lulus dari sekolah menengah pertama.

Nafas Dahyun perlahan mulai kembali normal, meskipun ada sedikit sesak didada Dahyun tidak mau mengonsumsi obat penenang lagi. Ia ingin tidak mau kembali bergantung pada butir-butir putih kecil itu. Sudah cukup Dahyun bolak-balik konsultasi dengan psikolog.

Drrtt...drrttt..

1 Pesan Diterima

RyuKim
Hyung, sepulang sekolah kita disuruh Sowon hyung untuk membantunya di kedai hari ini. Abeoji sedang pergi keluar kota

Ne, nanti tunggu saja di halte


Dahyun yang sudah merasa baikan, segera merapihkan rambut dan pakaiannya kembali. Tidak lupa kacamata tebal kesayangannya juga.
Tanpa Dahyun sadari, ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan.

'Kim Dahyun? Lumayan juga. Dia akan menjadi pasanganku di prom night nanti' batin seorang gadis cantik yang sedari tadi memperhatikan Dahyun dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

At Kantin

Sana yang masih setia duduk bersama Mark beserta gengnya, meskipun ia ingin sekali pergi dari tempat itu. Tetapi, Sana tidak bisa melakukannya. Ia tahu bahwa Mark akan melaporkan hal itu kepada ayahnya. Sial, memang. Makanan yang dipesannya sudah habis, ya Sana memang lapar sedari tadi. Saat ini Mark terus saja mengoceh tentang keinginannya untuk segera bertunangan dengan Sana setelah lulus nanti. Jujur saja, Sana sebenarnya tidak ingin hal itu sampai terjadi. Sana berharap ada kejaiban yang terjadi padanya.

"Sana honey, apa sepulang sekolah kamu bisa ikut denganku ke restoran barunya Jackson, hm?" tanya Mark pada Sana dengan mengusap punggung tangannya dengan lembut.

Sana bingung, disatu sisi ia ingin menolak dan disatu sisi ia akan mendapatkan hukuman jika menolak ajakan Mark itu sampai kepada Ayahnya. Sungguh, Sana ingin diam dirumah saja.

"Eum, Mark aku--" perkataan Sana terpotong oleh Momo yang datang dengan heboh dan langsung menarik Sana dari tempat duduknya.

"Yaak, Sana-channnn. Mitang masuk UKS, ayo kita segera kesana untuk melihatnya" Kata Momo dengan nafas tersenggal karena ia berlari dari kelas ke kantin.

"Mwoo??? Bagaimana bisa, Momo-ah? Ayoo, kita segera kesana" Sana pun memanfaatkan hal ini untuk pergi dari hadapan Mark.

"Mark, aku harus segera melihat Mina. Terima kasih atas makanannya" Ucap Sana yang langsung pergi bersama Momo menuju ruang UKS.

Kesal. Itu yang Mark rasakan saat ini. Karena Sana belum menjawab ajakannya untuk pergi kencan nanti. Teman segengnya menertawakan kegagalan sang ketua, dan berakhir saling menyalahkan satu sama lain.

Secretly LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang