Part 3

70 4 0
                                    

Nana membuka bekal makanannya.  Hari ini ia duduk di pojok kantin dekat jendela. Karena tadi dia sempat telat masuk kelasnya Pak Yan. Dan harus dihukum tidak boleh masuk kelas sampe pelajaran matematika selesai, membuat mood makannya turun derastis. Ditambah lagi suka ada gerombolan cowok yang menyebutnya 'curut' karena selalu menjauhi keramaian. Jujur saja dia bukan penyendiri. Dia hanya membuat dinding pembatas karena luka masa lalu.

Yang membuatnya kesal akan keramaian kantin adalah banyaknya cewek-cewek yang selalu ngomongin tentang Ari. Belum lagi banyak gerombolan cowok yang sok ganteng bikin gak mood makan sama sekali. Semakin batin jika gerombolan cowok itu adalah gerombolannya Ari. Cowok-cowok yang hobinya ngomongin orang dan menindas siapapun manusia yang tidak bersalah di kantin ini.

Siang ini, Nana sengaja mencari tempat duduk di dekat jendela. Karena selain minim kegaduhan, ia juga bisa diam-diam melihat seseorang yang suka bermain basket pada jam istirahat. Dilemparkannya tatapan keluar jendela dengan mata jeli untuk melihat sosok yang dicarinya. Cowok itu ada di pinggir lapangan. Meneguk sebotol air mineral dengan handuk berwarna putih tersampir di pundak kirinya. Kaus putihnya yang lepek membuat bajunya tembus pandang sehingga memperlihatkan dada bidangnya.

Nana yang sedang memakan sandwich tuna buatan mamanya langsung menghentikan makannya seketika. Diperhatikannya setiap detail dari Gio yang masih asyik mengobrol bersama temannya. Dengan gerakkan terburu-buru, dikeluarkannya polaroid dari dalam tasnya. "Klik!" Bunyi dari kamera polaroidnya tanpa sadar mengundang perhatian orang-orang yang ada disekitarnya. Ketika Nana sadar beberapa pasang mata sudah menaruh perhatian padanya, segera dimasukkannya polaroidnya kedalam tasnya. Nana segera membereskan bekalnya dan bergegas bangkit dari duduknya. Ketika ada salah satu tangan menggapai lengan kirinya sehingga ia terhempas kembali ke bangku.

Ditengoknya cepat kearah tangan kasar yang menahannya. Lalu beralih naik menatap wajahnya. Ari. Cowok super usil yang datang mengganggunya di waktu-waktu tertentu. Nana menyebut cowok itu sebagai jelangkung.

"Mau kemana?' Tanya ari sambil nyengir, masih mencengkeram lengan Nana yang kini mulai memerah.

"Kelas." Jawabnya singkat, melepas paksa lengannya dari cengkraman ari.

"Buru-buru banget. Makan dulu yuk bareng gue" ajak Ari dengan cengiran lebarnya sembari menaruh tangannya di pundak kiri Nana.

"Gue udah makan kok, makasih." Jawab nana kikuk, risih dengan tingkah laku Ari yang kini mengundang semua mata. Pojok kantin yang tadinya sepi langsung ramai dipadati mata-mata yang ingin tahu antara dia dan Ari.

"Ah masa sih? Kok gue gak liat ya?" Ari pura-pura menggaruk keningnya yang tidak gatal. Nana memutar bola matanya.  Jelas aja lo gak liat. Lo kan gak ada disini, batin Nana.

"Yaudah yuk makan! Gapapa deh lo gak makan asalkan lo mau temenin gue makan" Paksanya sebelum nana sempat menjawab. Ari menyeret nana kearah pak Matsani si penjual bakso.

"Makasih ri tapi sumpah gue kenyang." Nana memaksakan senyum. Wajahnya terlihat pucat. Bagaimana tidak, Ari adalah kapten futsal di SMAnya. Semua cewek dari kelas 10 sampai 12 mayoritasnya menyukai Ari. Sifatnya yang cool dan friendly membuat cewek-cewek ingin nempel terus didekatnya. Alasannya adalah Ari selalu baik ke semua cewek. Siapapun yang memberi hadiah ke ari selalu ditanggapi. Namun, sifat Ari yang paling nyebelin buat semua cewek yang naksir Ari adalah, Ari gak pernah macarin salah satu cewek yang naksir sama dia. Contohnya gerombolan cewek-cewek cantik yang terdiri dari Caroline, Kathy, Niki Dan Shafira dari kelas 12 IPS 1. Yang paling cantik sekalipun kayak Caroline di permaluin abis-abisan. Gara-gara, Ari nolak Caroline ketika nembak Ari di depan seluruh murid di sekolah. Awalnya Caroline yakin Ari suka padanya. Ari selalu meresponsnya, menerima hadiah-hadiah darinya, Dan selalu 'mengiyakan' jika Caroline ingin pulang bersama. Namun, nyatanya Ari berlaku seperti itu ke semua cewek.

Nana memerhatikan Ari yang sedang memesan dua porsi bakso untuk mereka berdua. Dia mendekatkan wajahnya kearah Ari. Hidungnya mancung dengan rahang yang keras. Matanya berwarna kebiru-biruan dihiasi dengan alis yang agak tebal. Ditambah dengan postur tubuhnya yang lumayan tinggi, menambah kesan Ari adalah pria yang coollllll bangeettt... Kayaknya ni orang bukan Indonesia asli ya, tanyanya dalam hati.

Karena merasa diperhatikan, Ari menoleh. Membuat nana yang sedang serius memperhatikannya buru-buru melihat kearah lain. Jantung nana berdegup kencang. Tatapan Ari itu....

Ari yang melihat ekspresi wajah Nana tertawa.

"Kenapa? Serius banget liatin guenya hahaha"

"Eng.. Enggak yeeee siapa yang ngeliatin elo tadi gue cuma bingung kenapa lo hari ini cuma sendiri?"

Ari mengangkat sebelah alisnya. "Biasanya kan lo bareng sama temen-temen lo yang juga usil itu." tambahnya.

Ari tertawa. "Kenapa tumben nyariin temen-temen gue?" godanya sambil mengacak-ngacak rambut nana. Gadis itu melongo. Bingung akan perasaan yang dirasakannya sekarang.

"Mas, baksonya" Sela Pak matsani di momen itu.

"Eh iya makasih Pak," ucapnya pada Pak matsani. Lalu Ia beralih ke nana "Yuk Na!"

Mereka duduk didekat penjual minum. Kata Ari kalo duduk disini bakal lebih gampang beli minumnya. Gak ribet, katanya.

Ari mulai menyuap bakso panas yang ada didepannya. Menuangkan sedikit saos sebagai bumbu. Sedangkan Nana sama sekali tidak berniat untuk makan. Melihat cowok itu makan dengan lahap saja dia sudah kenyang.

Ari mendongak. "kok gak dimakan? Makan dong gue yang bayar ini kok"

"Iya, gue makan" Nana mengambil sendok untuk menyuap beberapa buah bakso. Terpaksa deh gue harus makan, gerutunya.

"Gitu dong!" Ari nyengir lebar sambil melanjutkan makannya.

***

Angga yang mencari-cari sosok Nana sedari tadi akhirnya menemukan cewek itu sedang menyuap bakso disalah satu meja. Namun, yang membuatnya marah adalah ada seorang cowok duduk disebelahnya. Tentu dia tahu siapa cowok yang duduk disebelah Nana. Siapa yang tidak kenal dengan Ari, cowok yang sukanya ngajak ribut gara-gara sifatnya yang terlalu baik sama cewek. Kata Ari dia bukannya playboy atau apa, tapi cuma kasian sama cewek-cewek yang terlalu baik sama dia. Apalagi kalo cewek itu tampangnya pas-pasan. Makin gak tega deh nolak apapun yang dikasih sama cewek itu. Sifatnya yang kayak gitu bikin semua cowok disekolah sebenernya kesal. Tapi bisa apa? Ari dianggap pentolan sekolah sama kelas 12.

Angga menghampiri meja mereka. Membuat Nana yang sedang menyendok untuk suapan terakhir mendongak. "Angga.." gumamnya.

"Na, gue mau ngomong" kata Angga tanpa basa-basi.

"Wes bro, permisi dulu kek! ada gue disini lo gak liat?" Sela Ari dengan tawa yang dipaksakan. Angga mengabaikan perkataan Ari lalu beralih ke Nana lagi.

"Na gue serius ada yang mau gue omongin" Angga menarik tangan Nana. Menjatuhkan bakso yang ada disendok ke meja. Membawa Nana menjauh dari kantin. Ari yang melihat itu hanya tertawa. Ia tahu betul apa yang sedang dipikirkan cowok itu.

Ketika kira-kira sudah cukup jauh dari Ari, Angga berhenti Dan langsung menatap Nana. Wajahnya terlihat serius, dengan gigi-gigi yang dikatupkan keras. Perasaan Nana mulai tidak enak. Apa yang ingin dibicarakan cowok ini sih?

Selama beberapa menit Angga masih terdiam. Nana akhirnya angkat bicara, "mau ngomong apa ngga?" tanyanya gugup.

Cowok itu terlihat berpikir lalu membuka mulut. "Jauhin Ari."
Kenapa? Nana ingin membuka mulut namun pertanyaan itu hanya menggantung ditenggorokkannya.

"Jauhin Ari. Kalo lo sayang sama diri sendiri tolong jauhin Ari." Kata Angga. Cowok itu berbalik, melangkah menjauh meninggalkan Nana yang masih bingung sekaligus penasaran. Dia tidak mengerti apa maksud Angga. Sayang diri sendiri? Apa? Kenapa?

Stay InsteadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang