BAB 01 : STILL MISS YOU✨

5 1 0
                                    

“ Hana harus janji sama Edgar, kalo udah besar nanti, jangan kemana-mana. Tetep di samping Edgar supaya kita bahagia”

.

.

Gadis itu membuka perlahan matanya, bersamaan dengan air matanya mengalir turun. Ia hanya terdiam, sambil merasakan sakit dan rindu yang tak bisa tersampaikan. Janji dua anak kecil yang begitu indah itu hanya sampai pada pertengahan perjalanan mereka menuju kedewasaan, harus berpisah karena hal yang tak pernah Hana duga.

Sudah hampir dua tahun lalu, Edgar, sahabat kecilnya yang begitu menjaganya itu dimakamkan. Disaat semua orang disekitar nya sudah sampai dititik melupakan siapa sosok nya, namun hingga sekarang diusianya yang ke tujuh belas, Edgar masih hidup dalam benaknya. Masih tersenyum didalam kepalanya, dengan begitu menenangkan.

Tok tok!

“Non, Hana, sarapan nona sudah siap dibawah”

Yang dipanggil bangkit, ia kembali memaksa tubuh dan pikirannya bangkit pada kenyataan, menghadapi dunia yang begitu membosankan tanpa sosoknya. Begitu hampa dan selalu didominasi oleh kelabu, meski teman-teman nya begitu sering membantu agar ia bisa sejenak melupakan sosok Edgar, namun, tetap saja sahabat nya begitu berarti dalam hidupnya.

Setelah selesai bersiap untuk ke sekolah, Hana segera turun untuk sarapan, sendiri. Mendapati rumahnya telah sepi sepagi ini adalah hal biasa yang selalu ia lihat, bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar.  Hana begitu dekat dengan kesunyian

Tapi, meski orang tuanya selalu membuat ia dalam keadaan sendiri, ada bibi May dan paman Jo yang selalu menemaninya saat sarapan dan paman Jo yang mengantarkannya ke sekolah.

“Bibi, aku selesai, terima kasih sarapannya” Hana tersenyum hangat pada wanita paruh baya didepannya, segera menghampiri paman Jo yang pastinya sudah menunggu di depan.

“Non! Nona Hana ingin makan apa malam ini? “ bibi May sedikit berteriak pada gadis kecilnya itu, ia selalu menyiapkan makan malam sesuai kehendak Hana. Tak ingin terulang kejadian saat Hana menolak memakan sup ayam yang ia buat, meski tidak secara terang-terangan namun, bibi May sangat paham seperti apa Hana jika tidak menyukai sesuatu.

“Ah.. Kali ini aku akan makan pilihan bibi, apapun itu” Hana berlari kecil pada bibi May, memberi kecupan tiba-tiba dipipi kanan nya. Hingga membuat senyum lebar di wajah yang setengah mengeriput itu terlihat

“Non Hana sangat menggemaskan”

***

“Di jemput seperti biasa, Non? “

Gadis itu mengangguk sambil membalas senyum paman Jo, ia segera memasuki SMA  Seater. Tahun ini,  Hana sudah ada di kelas tiga. Sedikit lega saat tahu masa-masa belajar dan menghabiskan waktu di bangunan ini akan segera berakhir

“Hana!”

Hana menoleh, mendapati  Lyra yang berlari kecil menghampirinya. Masih dengan penampilan nyentrik yang mengusung tema ‘imut’ itu,  rambut panjang yang di kuncir dua menggunakan ikat rambut berbandul boneka berukuran sedang di atasnya, gelang yang banyaknya tak bisa dihitung dan beberapa barang yang Hana malas sebutkan, melihat Lyra, seperti melihat toko aksesoris berjalan. Bahkan tak jarang,  temannya ini mendapatkan panggilan dari ruang konseling.

“Apa Vial belum datang? “

Hana menggeleng, ia bahkan baru menginjak halaman sekolah, belum masuk ke kedalam kelasnnya. Lagipula lelaki itu pasti datang terlambat, hal yang sangat jarang menemukan ia duduk manis didalam kelas.

Dua gadis  itu segera memasuki kelas, dan bersiap untuk pelajaran ibu Naya, guru Bahasa di sekolah ini. Namun, Mata mereka otomatis tertuju pada sosok yang begitu tenang sedang menutup kedua telinganya dengan headphone putih yang biasanya selalu melingkar di leher Vial.

“ Vial, kenapa kau?”

Lyra menghampiri lelaki itu yang mulai membuka matanya bingung, menatap si nyentrik ini.

“ kenapa apa?  Menajuhlah, kau mengganggu”

Vial kembali menutup matanya, namun kembali diusik oleh Lyra.

“ Vial tunggu, kenapa kau duduk di kelas?  Kau datang sepagi ini? Apa terjadi sesuatu? “

Si cerewet Lyra kembali, ia membuat Vial berdecak kesal. Sosok dingin sepertinya begitu tidak suka diganggu ketika dalam mood yang buruk seperti sekarang, dan Hana bisa merasakan itu sejak awal.

Biasanya, jika Vial ada di kelas yang dapat dihitung jari berapa kali dirinya duduk manis hingga pelajaran selesai. Maka lelaki ini sedang ada masalah dengan sang ayah, sejak awal, masalah Vial dan ayahnya selalu ada, tak pernah berakhir.

“Lyra, biarkan Vial sendiri dulu, bukankah kau begitu berharap melihat nya hadir di kelas?”

“Hana!” Lyra menatap kesal pada sosok didepannya, ia dengan cepat kembali duduk di kursinya yang tepat di depan Vial.

Hana terkikik, melihat semu merah membulat sempurna di kedua pipi Lyra adalah hal paling lucu. Kadang dirinya bingung bagaimana jadinya jika seorang yang begitu cerewet sepeti Lyra berpasangan dengan Vial yang cuek dan pemarah, tidak bisa dibayangkan.

Bel yang berdering membuat seluruh siswa di kelas dengan cepat kembali duduk di tempat masing-masing, salah satu peraturan wajib di sekolah ini adalah harus duduk diam sebelum guru yang bertugas hadir di kelas.

SMA  Seater dikenal sebagai sekolah yang mewah dengan tata tertib yang tinggi, para siswa nya pun sangat sering memberikan banyak penghargaan untuk sekolah.

“selamat pagi, my class

“selamat pagi, our teacher”

Ibu Naya masuk sembari mengucapkan salam wajib di SMA ini, ia adalah guru yang begitu tenang namun, jika ada siswanya yang melakukan pelanggaran, maka ibu Naya akan langsung melaporkan ke ruang konseling.

“Class, hari ini ibu membawa siswa baru yang akan bersekolah disini mulai hari ini, masuklah Kenu”

Yang dipanggil segera masuk, membuat semua perhatian di kelas tertuju padanya, tubuh tinggi, rambut hitam menutupi kening senyum manis dan wajah yang tampan begitu memikat para siswi. Namun, keterkejutan melanda Hana. Gadis itu terbelalak mendapati sosok Kenu begitu mirip seseorang

“EDGAR! “

Hana berdiri dengan berteriak nama sahabat kecilnya, mengubah atensi kelas dengan tatapan bingung.

.
.
.
.





Abandoned ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang