3

2.8K 217 13
                                    

Terbesit rasa bersalah yang begitu besar ketika Jimin mendapati Lea yang terbaring meringkuk di atas sofa, sekaligus kedinginan dengan beberapa bentol merah akibat gigitan nyamuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terbesit rasa bersalah yang begitu besar ketika Jimin mendapati Lea yang terbaring meringkuk di atas sofa, sekaligus kedinginan dengan beberapa bentol merah akibat gigitan nyamuk. Jimin sadar, tidak seharusnya dia menjadikan Lea sebagai tempat pelampiasannya karna bagaimanapun gadis ini juga punya hati, ditambah Jimin tidak tau apa yang akan Lea lakukan padanya jika tau dia berselingkuh.

Jimin menyingkirkan rambut halus yang menghalangi wajah Lea. Barulah terlihat dengan jelas wajah sembam Lea yang habis menangis, hal itu membuat Jimin tidak menyangka perbuatannya dapat membuat Lea sampai menangis parah seperti begini. Jimin memperhatikan wajah Lea cukup lama, meski dengan keadaan yang sangat berantakan namun Lea tetap terlihat cantik. Kendati jika dibandingkan dengan Yunjin sekalipun sebenarnya Lea memang jauh lebih cantik di usianya yang masih terbilang masih remaja. Walau sampai sekarang Jimin masih sulit untuk mencintai Lea, apalagi dengan hatinya yang dipenuhi oleh Yunjin.

Dengan hati-hati Jimin mengangkat tubuh Lea tanpa membangunkannya. Jimin meletakan tubuh Lea dengan perlahan-lahan di atas tempat tidur, dia kemudian mengambil minyak panas untuk di oleskan pada bentol-bentol merah di tubuh Lea. Dia kemudian membalut tubuh Lea dengan selimut.

Pagi hari Lea terbangun dengan bau gosong yang tercium sampai ke kamar, hal itu sekaligus menyadarkannya karna sekarang dia sudah berpindah di dalam kamar. Lea tau pasti Jimin yang memindahkannya tadi malam yang tertidur di ruang tamu. Entah mengapa itu hanya membuat Lea merasa jijik tubuhnya disentuh-sentuh oleh Jimin.


Jika saja Jimin bukan suaminya, mungkin Lea sudah bersikap kurang ajar sejak lama. Tapi sekarang Lea masih sabar untuk tetap menghargai Jimin.

Karna saat ini Lea masih menunggu waktu yang pas untuk bercerai dari Jimin dan membongkar segalanya.

Lea masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi dan mencuci muka kemudian turun ke bawah untuk melihat apa yang sedang Jimin lakukan.

"Ah, kau sudah bangun ya? ayo makan," ajak Jimin pada Lea.

Lea tersenyum terpaksa untuk menyembunyikan rasa malas tidak minatnya. Sumpah Jimin sok baik seperti ini malah semakin membuat Lea merasa muak dengannya. Oleh karna itu Lea hanya membalas dengan deheman singkat.

Bahkan masakan yang di masak Jimin saja jauh dari kata layak untuk di makan, hanya telurnya saja yang bagus namun nasi gorengnya separuhnya sudah gosong dengan minyak yang kebanyakan. Lagi-lagi Lea berusaha sekuat tenaga untuk tetap menghargai Jimin. Ya, setidaknya pria itu sudah mau repot-repot hanya untuk menyiapkan makanan.

Lea hanya makan sedikit nasinya karna tidak bisa memakan nasi yang kebanyakan minyak tersebut, untuk telurnya Lea habiskan. "Lea," panggil Jimin membuka suara.

"Aku minta maaf soal kejadian tadi malam, maaf soal kelancanganku."

Lea membalas ucapan Jimin dengan menganggukan kepala, "Aku juga minta maaf karna menampar pipi mu," ucap Lea, karna bagaimana pun dia tidak mau durhaka karna telah menampar suaminya sendiri. Lea juga sadar, tugasnya sebagai istri yaitu memenuhi kebutuhan biologis Jimin namun setelah mengetahui Jimin berselingkuh di belakangnya. Lea sama sekali tidak bisa melakukan itu.



Tidak banyak basa-basi yang mereka lakukan sampai Lea lebih dulu meninggalkan Jimin yang masih di ruang makan.


✨💫✨

Dengan sangat-sangat terpaksa siang ini Lea harus mengantarkan makanan ke kantor Jimin. Bukan kemauan Lea sendiri ya, karna ini dia lakukan karna rasa 'terpaksa'. Melihat wajah Jimin di dalam rumah saja sudah membuat Lea muak setengah mati, apalagi harus melihat si nona selingkuhan mungkin nafsu makan Lea akan hilang setelah ini.

Lagipun yang memasak makanan tersebut bukan Lea, melainkan Ibunya yang membuatkan makan siang untuk menantunya. Lea membuka pintu kantor Jimin dimana saat itu Yunjin sedang tengah membuka bekal di atas meja, dan Jimin yang masih sibuk di mejanya. Biar Lea tebak, pasti kedua orang itu ingin makan bersama.

Kedatangan Lea membuat Jimin dan Yunjin menaruh fokus kepad Lea, "Lea, tumben kau ke kantorku. Dengan siapa kesini? kenapa tidak meminta ku untuk dijemput?" ucap Jimin dengan sederetan pertanyaan.


"Aku hanya ingin mengantar makanan."


" Sayang sekali aku sudah memesankan makanan untuk Sajangnim." Yunjin menghela nafas sok-sokan merasa sedih dengan makanan yang telah dia beli. Kemudian dia mengambil gerakan untuk mengemasi kembali makanan tersebut.

"Tidak apa Yunjin aku pasti akan memakannya," larang Jimin membuat alis Lea sontak naik. Lea tau Jimin sangat-sangat menghargai orang lain, bahkan terkadang meskipun dia sudah makan di luar bersama Yunjin saat pulang kerja. Namun ketika sampai di rumah Jimin tetap makan lagi makanan yang Lea masakan.

Lea mendatangi Jimin lalu mengeluarkan bekal makanan yang dia bawa serta membukanya.

"Itu seafood, ya?" tebak Yunjin yang memang bisa melihat dari jarakaknya berdiri saat ini, "Maaf kelancanganku, tapi sajangnim tidak suka makanan seafood." ucap Yunjin dengan senyuman menang.


"Aku juga tau," tegas Lea pada selingkuhan Jimin, "Ibuku yang membuatnya untuk Jimin oppa."

"Ibu ada mampir ke rumah?" tanya Jimin cepat, "Tidak kok pasti akan kumakan, kelihatannya ini juga enak." Liatkan, meskipun Jimin tidak suka dia tetap menghargai memberian orang lain.

Tapi Lea tau Jimin sangat-sangat tidak suka seafood mau seenak apapun orang yang memasaknya. "Tidak usah, Oppa makan saja makanan punya Yunjin. Mungkin besok aku akan membawakan makanan kesukaan Oppa."

"Tapi, Ibu sudah memasak untukku, tidak apa-apa kok pasti akan kuhabiskan."

"Tidak apa-apa Ibuku pasti bisa memahami nya," tanpa banyak bicara lagi Lea segera mengemasi bekal yang dia bawa dan segera pergi dari ruangan Jimin. Lagipun Jimin memang tidak mengejar Lea dan bodohnya Lea malah merasa kalah dari Yunjin padahal mereka sama sekali tidak sedang berlomba.

Saking tergesa-gesanya Lea sampai menabrak tubuh seseorang, "Mianhae." dia menunduk dalam-dalam untuk meminta maaf atas kecerobohannya.


"Lea?"


" Jungkook Oppa!" kata Lea semangat, "Oppa sudah makan?" tanyanya tiba-tiba.

Jungkook adalah teman Jimin, dan karna itu juga Lea dan Jungkook jadi sedikit akrab. Dia juga sangat asik dan pintar bermain game. Pernah Lea berfikir bahwa Tuhan menciptakan Jungkook dengan bubuk bakat yang begitu banyak sampai-sampai Jungkook hampir bisa melakukan segala hal, "Belum."

"Ayo makan denganku!"

𝐃𝐚𝐦𝐚𝐠𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang